Sebenarnya tidak ada pembagian waktu yang dijadwalkan bagi mereka untuk menjaga Nakhala. Siapa yang memiliki waktu luang, itulah yang menjaga si kecil. Maka sewaktu Jay dan Juan berada pada masa ujian akhir, yang menjaga Nakhala adalah Kun dan Yudhi.
Seperti saat ini, Yudhi mengantar Nakha ke sekolah untuk pertama kalinya. Nakhala dimasukkan ke Taman Kanak Kanak, sebab PAUD sangat jauh dari rumah. Memang nggak ada usahanya bapak-bapak ini.
Yudhi serta Kun sempat khawatir sebab sebelumnya Nakhala belum pernah memiliki teman. Adapun mereka yang lebih tua dari Nakhala. Misal tetangga depan rumahnya. Jevian namanya, sudah kelas dua SD. Sering juga mengajak Nakhala bermain bersama Jovan sepupunya, namun terkadang dilarang oleh Yudhi. Sebab bocah bernama Jevian itu sedikit nakal.
Dua hari lalu saja, anak itu datang dengan satu kresek mangga muda. Katanya di kasih Pak Omar, satpam komplek, padahal aslinya dia mencurinya bersama Jovan si sepupu juga temannya yang lain. Maka dari itu, Yudhi agak was-was dengan bocah tengil itu. Padahal setahu Yudhi, ayah dari anak itu termasuk orang yang paling disegani di komplek.
"Yayah Yayah..." Nakhala menarik jas berwarna hitam milik Yudhi. Suara anak itu pelan sekali. Kentara jika bocah itu sedang gugup sekarang.
"Iya iyaa..." Yudhi meniru suara si kecil. Membuat si kecil tertawa pelan.
"Nanti Adek halrus apah, Yayah?" tanyanya bingung. Tadi saat di rumah, Kun sudah memberi wejangan untuknya. Kun bilang, coba mencari teman dan belajar dengan baik. Juga harus sopan dengan Ibu Guru.
Di umurnya yang sudah empat setengah tahun, Nakhala masih susah melafalkan huruf-huruf tertentu, seperti S juga R.
"Hmm ngapain ya?" Yudhi berjongkok, mensejajarkan tubuhnya dengan Nakhala. "Cari teman dulu gimana?" tawar Yudhi.
"Teman syeperti Abang Jeje?" tanya si kecil polos. Yudhi langsung melengos malas.
"Iya, tapi yang baik. Jangan seperti Abang Jevian oke?"
Si kecil mengerutkan dahinya bingung. "Tapi Abang Jeje baik Yayah. Kemalrin Adek dikashyih syusyu trrus keik." ujar Nakhala.
Yudhi menggaruk keningnya bingung, ternyata anaknya ini sudah pintar menjawab. "Cari yang lebih baik lagi oke?"
"Heum, oke Yayah." Nakhala mengangguk. "Tapi Yayah, kalau ndak adah, Adek boleh syekolah dengan Abang Jeje ajah ndak?" tanyanya polos. Sungguh Nakhala begitu khawatir, ini kali pertamanya mencari teman, biasanya teman-teman yang mencari dia.
Yudhi menepuk keningnya tak habis pikir. "Nggak dong Adek, Abang Jeje kan sudah SD kalau Adek masih TK." ujar Yudhi memberi pengertian.
"Ooo beralti, Adek halrus syekolah TK dulu ya, Yayah?" tanya si kecil lagi.
Jujur Yudhi sedikit lelah, mana sekarang tidak ada Kun lagi. Yudhi harus menyerahkan Nakha pada siapa?
Untungnya instruksi untuk anak-anak agar segera masuk ke dalam kelas sudah terdengar. Membuat Yudhi akhirnya dapat bernafas lega.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nakhala (SELESAI)
Teen FictionNakha bukannya tidak bersyukur karena sudah hidup lebih dari berkecukupan dan punya empat ayah. Tetapi Nakha hanya bingung. Bagaimana bisa dia punya empat ayah tanpa adanya seorang ibu?