"Abi!"
Kun tengah fokus pada gunting tanaman dan juga satu tutup oli di tangannya. Gunting itu sedikit susah digunakan, maka dengan telaten Kun membenarkannya. Hanya memberikan sedikit oli dan gunting itu dapat kembali digunakan. Laki-laki itu bahkan sudah memulai memotong daun-daun yang layu.
Lalu Nakhala datang dengan sedikit berlari. Dahinya dipenuhi keringat, kaos singlet miliknya juga sudah basah. Ada noda merah disekitar leher kaosnya itu, noda dari buah naga yang sudah dipotong oleh Juan. Bocah berumur tujuh tahun itu langsung memeluk Kun erat.
"Saya, nak. Kenapa lari-lari, sayang?"
Kun bertanya lembut. Tangannya mengusap keringat di dahi Nakhala dengan kaosnya.
"Abi, sekarang Adek sudah tidak mau jadi presiden. Adek sekarang maunya jadi pilot."
"Oh kerennya anak Abi. Mau terbang keliling dunia ya, nak?" tanya Kun yang sudah kembali fokus pada tanaman-tanaman miliknya.
Ada banyak jenis bunga di halaman rumah mereka. Ada yang Kun tanam sendiri, ada pula milik Jay dan juga Nakhala yang dibeli mereka pada tukang tanaman yang sering lewat sekolah Nakhala. Berbagai tanaman yang ditanami oleh Kun ada beberapa macam.
Ada bunga matahari yang menjadi favoritnya, bunga jarum kesukaan Nakhala, mawar putih kesukaan Jay, dan juga peace lily kesukaan Yasha.
"Bukan Abi! Adek mau terbang seperti burung."
Tangan kecilnya direntangkan dan berpura seperti terbang. Kun tergelak mendengar jawaban Nakhala. Apalagi saat anak itu memajukan bibirnya. Lucu sekali. Anaknya memang selalu menggemaskan.
"Kenapa mau seperti burung, nak?"
"Adek mau lihat bintang sama bulan."
"Kan kita juga bisa lihat dari sini."
Tangan Kun meletakkan gunting tanamannya pada meja di dekatnya. Lalu mensejajarkan tingginya dengan Nakhala. Memegang bahu anak itu dan memberikan kecupan singkat pada pipi tembam Nakhala.
"Adek mau lihat dari dekat Abi."
"Oh okay. Nanti ajak Abi ya?"
"Iyah! Adek ajak Abi, ajak Yayah, Ajak Papa juga." jawab Nakhala semangat.
"Didi?!" tanya Jay dari dalam rumah. Pasalnya dia adalah satu-satunya yang tak disebutkan namanya oleh Nakhala.
"Oh iya Didi! Hihi Adek lupa terus kalau sama Didi." ucap si kecil meringis gemas.
Kun tertawa mendengarnya, begitupun Jay dan juga Juan yang berada di di dalam rumah. Semuanya tertawa karena tingkah si kecil yang menggemaskan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nakhala (SELESAI)
Fiksi RemajaNakha bukannya tidak bersyukur karena sudah hidup lebih dari berkecukupan dan punya empat ayah. Tetapi Nakha hanya bingung. Bagaimana bisa dia punya empat ayah tanpa adanya seorang ibu?