Nakhala tahu bahwa apa yang pernah terjadi padanya adalah masa lalu yang harusnya menjadi pelajaran. Sedari kecil, anak itu tak pernah menerima penolakan. Orang-orang disekitarnya selalu ada untuk dirinya. Bahkan walaupun Nakhala tak meminta, orang-orang akan mengajukan diri untuk membantunya.
Apalagi keempat ayahnya. Nakhala sudah terbiasa selalu dibantu dan ditemani. Dirinya pun tak pernah melakukan apapun sendiri. Karena walau sesibuk apapun ayah-ayahnya, Nakhala akan menjadi prioritas bagi mereka. Pun begitu pula sebaliknya. Nakhala tak pernah mau membayangkan bagaimana hidupnya kalau saja tidak bertemu orang-orang baik seperti Abi, Yayah, Didi, dan Papa.
Apalagi saat dirinya tahu, baik ayah maupun ibu kandungnya tak ada satupun yang menginginkannya. Sakit sekali. Air mata Nakhala bahkan tak mau berhenti mengalir. Tanpa diketahui empat lelaki yang tinggal bersamanya, Nakhala menangis setiap malam. Meratapi nasibnya yang terombang-ambing bagai kapal kecil di tengah laut dengan ombak yang besar.
Namun keesokan harinya, anak itu akan kembali menjadi Nakhala yang manja dan manis. Semuanya ditutupinya seorang diri.
"Selamat ulang tahun, selamat ulang tahun, selamat ulang tahun, Nakha. Selamat ulang tahun."
Nakhala terkejut saat pintu kamarnya terbuka dan menampilkan empat orang lelaki dewasa yang tengah memakai topi kerucut dan juga confetti bersama mereka. Ada Juan yang sedang memegang kue dengan lilin angka 15 di sana. Nakhala terpaku sebentar. Hatinya menghangat, disusul air matanya yang mengalir cepat. Anak itu segera menghapus air mata bahagia miliknya.
Anak itu segera meniup lilin yang telah disodorkan Juan di hadapannya dengan segera.
"Selamat ulang tahun, Adek. Semoga kalau bangun pagi nggak perlu dibangunin lagi ya." ucapan Juan membuat Nakhala tersenyum lebar. Juan juga tak lupa mencolekkan krim kue pada wajah Nakhala.
"Selamat ulang tahun kesayangan Didi. Semoga tahun ini Adek mau ya nemenin Didi nonton Mbak Wendy." ucapan Jay membuat semua orang terkekeh. Laki-laki yang hampir menginjak umur 30 itu memakaikan Nakhala topi kerucut yang sama seperti mereka.
Lalu setelahnya, Yudhi maju dan mendekap Nakhala dengan erat bagai tak mau kehilangan Nakhala. Yudhi melepaskan pelukannya dan menghadiahi Nakhala dengan kecupan di setiap sisi wajahnya. Anak itu bahkan menggeliat geli. Entah kenapa kalau Yudhi yang melakukan, Nakhala menjadi sedikit geli, padahal kalau Kun saja anak itu akan menerima dengan suka cita.
"Selamat ulang tahun ya anaknya Yayah yang super imut dan menggemaskan. Besok-besok latihan taekwondo nya nggak usah dilanjut aja. Soalnya Yayah abis dibantai sama Abi-mu. Lihat nih buktinya." Yudhi menunjukkan keningnya yang memerah. Nakhala tertawa dibuatnya. Kenapa keluarga ini begitu aneh.
Setelah menyelesaikan tawanya, Nakhala menatap Kun yang berada di sisi kanannya. Ayahnya yang satu itu tampak sedang sedih. Dengan inisiatif besar, Nakhala memeluk Kun. Membiarkan Kun mengusap punggungnya dengan lembut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nakhala (SELESAI)
Teen FictionNakha bukannya tidak bersyukur karena sudah hidup lebih dari berkecukupan dan punya empat ayah. Tetapi Nakha hanya bingung. Bagaimana bisa dia punya empat ayah tanpa adanya seorang ibu?