18. Mimpi Buruk

2.7K 404 46
                                        

Sesampainya di rumah, Nakhala dibiarkan tertidur hingga selesai maghrib. Kebiasaan yang sangat dihindari oleh Kun namun dibiarkan oleh Yudhi. Kasihan katanya. Anaknya itu terlihat begitu kelelahan. Bahkan tidurnya saja gelisah.

Nakhala terbangun tepat setelah Kun menyelesaikan salat maghrib. Anak itu terbangun dengan menangis kencang. Wajahnya memerah dan berkeringat. Saat ditenangkan anak itu malah memeluk Kun dengan erat.

Kun sudah tahu ini akan terjadi, tapi Yudhi bersikukuh membiarkan Nakhala tertidur hingga maghrib. Anak itu bahkan belum mandi. Sekarang saja dia masih mengenakan kaos lengan pendek berwarna putih juga celana dalam berwarna kuning.

"Shhh anak Abi kenapa, sayang?" Kun mengipas wajah si kecil dengan kertas-kertas bekas miliknya.

Anak itu masih menangis, walau tak sekencang saat terbangun tadi. Omong-omong orang-orang rumah sedang pergi. Jay dengan Juan pergi bersama, malam mingguan katanya. Lalu Yudhi pulang ke rumahnya.

"Udah? Udah tenang Adek, nak?" Kun mengurai pelukannya. Menatap wajah si kecil yang memerah dan basah. Diusapnya wajah Nakhala. Anak itu sudah sedikit tenang.

"Udah sayang?" tanya Kun lagi. Anak itu mengangguk dengan bibirnya yang melengkung ke bawah.

"Adek— Adek mimpi dikejel monsytel. Tlus Abi bantu Adek, tapi—tapi Abi di mam monsytel huaaa." tangis Nakha kembali lagi. Kun yang memperhatikan Nakhala tak dapat menahan senyumnya. Anaknya sedari tadi menangis karena mimpi buruk. Lucu sekali.

Dibawanya Nakhala berjalan ke luar kamar. Dia tak akan memandikan Nakhala malam ini, niatnya dia hanya membersihkan Nakhala dengan handuk basah saja.

"Abi~ nanti kalau ada monsytel lagi gimana?" tanya si kecil saat Kun membuka pintu kamar mandi dengan handuk disampirkan di bahunya.

"Abi makan monster nya. Biar dia nggak jahat sama Adek." ucap Kun. Tangannya dengan telaten membuka pakaian Nakhala. Lalu mengelapnya dengan lembut.

"Nanti jadi monsytel Abi dong?" ucapnya sendu.

Kun tertawa, hal itu malah membuat Nakhala sedih. Wajahnya semakin masam dan hendak menangis. Dia takut sekali padahal. Tapi kenapa ayahnya ini malah tertawa.

"Nggak Adek. Nanti monster nya Abi usir aja deh." Kun melilit tubuh si kecil dengan handuk berwarna coklat miliknya.

"Kalau mosytel nya gede?" tanyanya penasaran.

"Tetap Abi usir. Biar anaknya Abi ini nggak takut." jawab Kun.

"Abi ndak takut emangna?" Nakhala memegang rahang Kun, memusatkan perhatian Kun pada dirinya. Kun mencuri satu kecupan pada bibir mungil di kecil.

"Nggak dong. Abi ini kan kuat. Lihat otot Abi, besar 'kan?" Kun mengangkat lengannya, memamerkan ototnya yang tak terlalu besar pada Nakhala.

"Adek juga besal." Nakhala ikut-ikutan mengangkat lengan kecilnya. Menggulung piyama panjangnya agar Abi dapat melihat ototnya.

"Oh ya? Wah besarnya." Kun berucap dengan mata berbinar, membuat si kecil tersenyum bangga pada dirinya.

"Mana ada besar. Besaran juga jempol Didi." ucap Jay dari pintu besar rumah itu.

Di tangannya ada beberapa paper bag yang Kun yakini adalah belanjaan untuk Nakhala. Jay ini memang sangat loyal pada Nakhala. Dari manapun dia pergi, remaja itu akan pulang dengan belanjaan untuk Nakhala. Ntah itu mainan, makanan, baju, atau barang tidak penting seperti bunga yang dipetiknya dari mana. Katanya itu adalah bentuk cintanya untuk Nakhala.

Sedangkan Juan dibelakangnya membawa barang belanjaan yang dititipkan oleh Kun kepada mereka berdua. Berhubung susu juga buah untuk Nakhala sudah habis, jadi Kun memanfaatkan dua bujang ini.

Nakhala (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang