Ken tak tahu harus bereaksi bagaimana lagi saat dirinya mengetahui ada orang lain dalam pernikahan kedua orang tuanya. Dulu, sewaktu Mama mengajaknya berkemas dengan dalih akan bertemu 'adik', Ken sungguh senang. Tak dapat dipungkiri bahwa hati kecilnya terasa dipenuhi bunga-bunga indah seperti taman kota. Namun Ken tak pernah berpikir bahwa 'adik' yang dikatakan Mama adalah adik kandungnya.
Dia pikir, 'adik' yang dimaksud Mama, sama dengan Louis. Tetangganya yang sudah dianggapnya sebagai adik. Tetapi Ken salah. Adiknya, adik kandungnya, bukan orang lain seperti hanya sekedar tetangga.
Semenjak kepindahan keluarga kecil mereka ke Indonesia, Ken dapat menyadari perubahan yang signifikan pada sang ayah. Ayahnya kerap kali pulang dini hari atau bahkan tak pulang, ibunya juga semakin sering melamun.
Ken tidak tahu harus menyalahkan siapa selain ayahnya. Karena bagi Ken, semua ini tidak akan terjadi kalau saja ayahnya tak mengkhianati kepercayaan ibunya.
"Ken?"
"Papa? Tumben udah pulang."
Syamil menghela napas mendengar ucapan putranya. Dia tidak tahu selama apa dia pulang terlambat sehingga membuat Ken berkata seperti itu. Tapi yang Syamil tahu, jarak antara dirinya dan juga Ken semakin terbentang. Mereka semakin jarang mengobrol atau bahkan hanya untuk bertegur sapa. Padahal dulu, keduanya senang menghabiskan waktu bersama. Bahkan sampai membuat Utara cemburu.
"Haha iya nih, Papa mau ajak Ken dan Mama makan di luar. Mau nggak?" tawarnya pada Ken. Remaja laki-laki itu mengerutkan dahinya menatap sang ayah sangsi.
"Tumben?" ucapnya.
Syamil berdecak lalu mengusap rambut anaknya. "Tumben tumben mulu ah, Papa -nya lagi kangen juga."
Ken tertawa mendengarkan ucapan ayahnya. Lalu, putra tunggal Syamil itu bangkit dan meletakkan stik PS seri terbarunya pada pangkuan sang ayah yang tengah duduk di atas sofa. Anak itu mendudukkan dirinya di samping Syamil. "Makanya jangan kerja terus! Papa tuh nggak tau ya kalau sekarang Mama makin jago main PS-nya? Papa mah sekarang kalah. Ayo main sekali, abis itu aku mau mandi dan kita makan di luar!"
Syamil tak dapat menahan senyumnya, laki-laki itu menarik pipi kurus Ken sangking gemasnya. "Ayo siapa takut! Papa pasti bakal lebih jago dari Mama! Ken lihat aja."
Keduanya bermain beberapa kali ronde. Sampai akhirnya Syamil mengaku kalah dan meminta Ken agar lekas mandi dan bersiap untuk makan malam mereka nanti. Dirinya pun sama, laki-laki itu berjalan menaiki satu persatu anak tangga menuju kamarnya dan Utara. Sesaat membuka pintu kamar, yang didapati Syamil adalah istrinya yang tengah terduduk di balkon kamar mereka. Dengan beberapa tangkai bunga yang sepertinya akan dirangkai oleh Utara.
"Selamat sore, sayangku." ucap Syamil memeluk Utara dari belakang. Tak lupa memberikan kecupan hangat pada pucuk kepala wanitanya.
Utara mendongak dan tersenyum menatap Syamil yang masih terlihat rapi dengan kemeja dan juga jas yang pagi tadi dipakainya. "Selamat sore juga, sayangku." balas Utara juga memberikan kecupan pada pipi sang suami.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nakhala (SELESAI)
Teen FictionNakha bukannya tidak bersyukur karena sudah hidup lebih dari berkecukupan dan punya empat ayah. Tetapi Nakha hanya bingung. Bagaimana bisa dia punya empat ayah tanpa adanya seorang ibu?