PERLOGUE

14K 567 10
                                    

Mungkin, karena followers wp Mimin tidak menyukai cerita biasa, jadi Mimin kembali datang dengan cerita islami berjudul Serayu yang artinya hembusan angin.

Jangan berkeliaran dan hendak maling karya saya, tuhan tau apa yang kamu lakukan.

Semoga suka, maaf tidak membuat squel tentang Ghazi, masih belum kepikiran mau bagaimana buatnya.

Harus vote meski tidak suka! Mau follow atau tidak terserah, asal setia dari awal hingga akhir.

Jangan jadi manusia jahat yang hanya menunggu tamat, percayalah mencari membaca itu susahnya masyaallah.

Terimakasih untuk kedatangan kalian suatu kehormatan untuk Mimin.

Tetap setia dengan Mimin kece >< jangan sungkan untuk kritik dan bertanya, tegur Mimin jika ada kesalahan dalam lukisan.

Bicarakan baik-baik jangan asal bully, oke lest go my friend!

••• HAPPY READING •••

"Ratih!"

Ratih, gadis cantik berusia 18 belas tahun yang seharusnya bersekolah di bangku SMA kini tidak lagi karena tidak di lanjutkan sejak kelas 11. Bukannya tidak mau, tapi Ratih tidak ingin. Alasannya logis, karena dia tidak ingin merepotkan Nenek Zena yang mengurus nya lima tahun lalu, setelah kepergian orangtuanya.

Ratih menoleh kepada nenek Zena yang memanggilnya tadi, "ya nek?" Ratih menghentikan aktivitasnya yang sedang memetik sayur di halaman belakang rumah nenek. Dia berjalan menghampiri nenek yang sedang berdiri di ambang pintu dapur. "Nenek memanggil Ratih? Ada apa?" Tanya gadis itu.

"Kenapa masih memetik sayur? Kau lupa nanti malam ada pengajian di mushola?"

Ratih menggeleng, "tidak nenek, justru itu Ratih ingin membawa sedikit makanan untuk anak-anak yang ikut pengajian itu." Ucap Ratih, nenek Zena tersenyum sambil mengusap kepala Ratih yang terbalut hijab.

"Sudah masuk, hari sudah sore."

"Baik, nek." Ucap Ratih, lalu masuk ketika nenek sudah pergi ke kamarnya.

Ratih meletakkan sayuran yang ia petik tadi di ruang makan. Rumah ini hanya satu lantai, namun nuansa nya indah dan elegan. Ruang dapur dan setiap ruangan lain nya sangatlah luas, bahkan kamar yang di pakai Ratih saja luasnya masyaallah.

Setelah mencuci tangannya, Ratih pergi ke kamar untuk membersihkan diri.

Hingga beberapa menit berlalu Ratih keluar dari kamar mandi dengan menggunakan gamis Turki berwudhu hitam, gamis ini di belikan oleh nenek saat wanita paruh baya itu liburan ke Turki bersama kakek dan keluarga yang di kota.

Selama lima tahun disini, Ratih tidak pernah melihat keluarga nenek. Wanita paruh baya itu hanya menceritakannya saja, nenek sering cerita tentang pebisnis yang terkenal di Roma. Katanya, pebisnis itu adalah cucunya. Ratih tidak tau cucu yang mana, karena yang ia tau hanyalah Galang. Remaja yang masih SMP, meski Galang tinggal di Bali bersama orang tuanya, Ratih tau mereka karena sering kesini. Yang Ratih tidak tau hanyalah anak pertamanya nenek. Nenek hanya menceritakan jika mereka sukses dan memiliki perusahaan terbesar di beberapa negara. Apa mungkin karena mereka sibuk akan bisnisnya sampai-sampai lupa berkunjung dengan nenek.

"Ratih, kau sudah selesai?"

Terdengar suara ketukan pintu dan ucapan kata dari nenek, "sudah nek," saut Ratih, dia berjalan ke arah pintu untuk membukakan pintu itu.

"Boleh nenek bicara?" Tanya nenek Zena, Ratih hanya mengangguk dan langsung mengikuti nenek dari belakang.

Nenek duduk di kursi samping kakek yang sedang ngopi di ruang TV, mata Kakek yang tadinya fokus dengan TV kini teralihkan saat Ratih ikut duduk di hadapan mereka berdua.

"Nenek ingin bicara apa?"

Nenek tersenyum saat mendengar ucapan Ratih, "kakek yang akan berbicara."

Mata Ratih yang tadinya menatap nenek kini teralih pada kakek, "apa kek?"

"Ratih," ucap kakek lembut, "usia Ratih berapa tahun?" Tanya kakek, membuat Ratih mengerutkan keningnya.

"18, tahun kek, memangnya kenapa?"

"Jika menikahkan Ratih, Ratih mau?"

Deg

Apa yang di maksud pertanyaan kake barusan? Menikah? "M-maksud kakek?"

Kakek menghela nafasnya, "kakek ingin menjodohkan kamu dengan cucu kakek."

Ratih diam membisu dengan mulut terbuka, Ratih syok, dada nya berdetak tak karuan. "M-maksud kakek Galang?" Tebak Ratih, sungguh Ratih takut. Galang lebih muda darinya, apa maksud kakek.

Kakek dan nenek menggeleng bersama, "bukan Galang, tapi cucu kakek yang di Jakarta." Jawab nenek mewakili kakek.

"R-ratih..."

"Nenek mohon padamu, Tih."

"T-tapi Ratih.."

"Nenek tau kamu belum mengenalnya bahkan melihat, lusa. Mereka akan datang kesini, untuk bertemu kamu. Nenek harap kamu bisa menerima ini."

"Ratih, kakek dan nenek ingin menjodohkanmu karena nenek ingin mengikatmu di keluarga ini. Kakek tidak ingin kau hanya menjadi cucu angkat saja, tapi kakek ingin kau menjadi istri cucunya kakek dan nenek agar kita selalu terikat."

"Nenek, Kakek, R-ratih.. tidak tau..."

Ratih pergi ke kamarnya tanpa permisi, nenek dan kakek hanya bisa menghela nafasnya. "Semoga dia bisa menerima nya, aku tidak ingin dia menikah dengan orang yang, dan menjauh dari kita."

"Ku harap begitu," timpal Kakek.

••••√•

Ratih menutup pintu kamarnya dengan mulut yang di tutup, pikiran kacau apa maksud perkataan kedua orang tua tadi.

"Aku harus bagaimana?"

Ratih bingung, ia harus bagaimana? Di sisi lain, alasannya logis karena ingin mengikat dirinya dalam keluarga ini. Namun, di sisi lain usia Ratih masih muda.

Apakah dia harus menerima perjodohan ini? Udah membalas kebaikan nenek dan kakek selama lima tahun ini? Dan ingin mengikat nya terus dalam satu keluarga. Dan apa dia harus menolak dan membuat kakek dan nenek sedih? Dan kebaikan mereka tidak terbalas kan oleh nya, Ratih bingung saat ini.

"Allah, kenapa terlalu sulit memikirkannya?"

••• TERSANDUNG •••

VOTE AND COMEN!

Maaf jika terpaksa, tapi gapapa Mimin ikhlas kalau kalian vote meski terpaksa.

Sampai bertemu di part satu, maaf jika banyak kesalahan dan typo yang mengundang audnfidnnw

See you, orang-orang hebat 👋👋👋

Serayu | Berlanjut Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang