CHAPTER 16

5.1K 534 421
                                    

Di mansion, Leonard mondar mandir seperti setrikaan di ruangan tengah-tengah mansion. Tubuhnya panas dingin karena pikirannya selalu berputar saat pemuda yang bersama Ratih tadi.

Pintu besar mansion terbuka kala Ratih datang. Semua bodyguard bahkan maid menundukkan tubuhnya pada Ratih sebagai hormat.

Sedangkan Leonard, pria itu duduk di sofa sambil menyilangkan kedua kakinya dan melihat kedua tangan di depan dada.

"Ratih," langkah Ratih berhenti di depan tangga kala Leonard memanggilnya.

Ratih menghela nafasnya. Ia harus membuang egonya untuk tidak mengacuhkan Leonard, mau bagaimanapun itu tidak boleh.

Ratih berjalan kearah Leonard. Berdiri disamping Leonard lalu membungkukkan badannya.

"Ada apa tuan."

"Darimana saja?" Tanya Leonard.

"Anda tidak harus tau tuan."

Leonard berdiri dan langsung menghadap Ratih. Mata Leonard memanas, urat-urat lehernya menonjol dan rahangnya mengeras.

Leonard memegang bahu Ratih kuat hingga gadis itu meringis, "darimana aku tanya?!"

"Tuan."

"DARI MANA RATIH!"

Ratih memejamkan matanya kala Leonard membentak, "l-luar, sa-saya dari luar."

"Untuk apa kau keluar bukankah aku sudah melarang mu?!"

"Maafkan saya," ucap Ratih menunduk menahan nyeri karena Leonard masih menekan bahunya kuat.

"Siapa pemuda itu?"

Ratih mendongak, melihat Leonard dengan tatapan kaget.

"Kekasih? Atau selingkuhan?"

"A-anda.."

"Kenapa? Terkejut?" Leonard tersenyum miring. Pria itu menakan pipi Ratih kuat hingga bibir Ratih sedikit monyong, "apakah pemuda itu sudah memakai mu? Hah?"

"A-apa m..maksud anda?" Ratih memegang pergelangan tangan Leonard agar pria itu melepaskan cengkeramannya dari pipinya.

"SUDAH BERAPA KALI PEMUDA ITU MEMAKAI MU?!"

Ratih menutup matanya karena terkejut akibat bentakan Leonard. Air mata Ratih sudah tidak tertahankan lagi karena sakit yang menjalar di pipi hingga lehernya.

"DASAR BIRCH! BERANINYA BERMAIN DI BELAKANG KU," Leonard mendekatkan bibirnya pada bibir Ratih. Namun Ratih menggelengkan kepalanya, dan itu cukup membuat Leonard kesal karena ia tidak bisa menggapai bibir itu.

"Diam!"

"Hmm," Ratih terus menggeleng sambil menutup mulutnya.

Karena kesal, Leonard membanting Ratih ke sofa. Dengan cepat Leonard membuka bajunya.

Sedangkan Ratih, gadis itu meringkuk kesakitan karena punggungnya membentur sandaran sofa. Saat Ratih ingin berdiri, Leonard berjalan kearahnya dengan sorot mata tajam. Tubuh Ratih tidak bisa bergerak karena takut. Hingga Leonard mengunci pergerakan Ratih, Leonard tersenyum miring.

"J-jangan tuan.."

"Hmm? Bukankah kau sudah berpengalaman dengan pemuda itu?"

Ratih kembali meneteskan air matanya ketika mendengar ucapan itu. Lagi-lagi Ratih menggeleng saat Leonard ingin merapatkan menyambar bibirnya.

"Diam!" Leonard memegang pipi Ratih kencang agar Ratih diam.

Leonard mendekatkan wajahnya pada wajah Ratih, hingga satu senti lagi hidung mereka akan bersentuhan. Ratih sudah ketakutan, dan menangis sambil menggelengkan kepalanya tidak mau.

Serayu | Berlanjut Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang