"kau darimana saja?"
Baru saja Leonard datang dengan membawa Kay di pundaknya, Almisa turun dari tangga mansion dengan wajah cemasnya.
Leonard menurunkan Kay, mendudukkan bocah itu di sofa.
"Tadi paman dan bi-"
"Aku habis menjemput Kay dari pondok," potong Leonard.
"Dari pondok?"
"Ya," angguk Leonard. Pria itu menatap Kay dengan serius, "Kay pergilah main, paman ada urusan," usirnya. Bisa gawat jika bocah itu bicara sesuatu yang bisa membuat hubungan mereka hancur.
"Baik paman."
"Anak pintar," Leonard tersenyum. Setelah kepergian Kay, Almisa menggandeng tangan Leonard. Membawa pria itu duduk di ruang tengah.
"Aku mencarimu kemana-mana pagi ini, aku khawatir!" Tegas Almisa. Pasalnya, tadi malam dia bermimpi sesuatu yang seharusnya tidak ia impikan.
"Aku tidak kemana-mana, Misa."
"Terus, kau ke pondok kenapa lama sekali? Ini sudah hampir siang, Leo!"
"Tenanglah, Almisa. Aku lama karena aku menunggu Kay di mandikan orang pelayan itu," jelas Leonard. Padahal dia tidak menunggu apa-apa, hanya kembali dengan membawa baju ganti Kay dan sarapan bersama mereka berdua, "jangan marah lagi, aku minta maaf." Ucap Leonard membawa Almisa dalam dekapannya. Di dalam dekapan itu, Leonard merasakan kepala Almisa mengangguk, "kau sudah makan?"
Almisa melepaskan pelukan mereka, "belum, aku menunggumu."
"Yasudah, makan sana."
"Kau tidak makan?"
Leonard menggeleng, "tidak, aku akan makan nanti." Padahal perutnya saja yang sudah terisi makanan, mana bisa lapar lagi.
"Temani."
Leonard tersenyum, "yaudah ayok."
Mereka berdua beranjak dari ruang tengah, melangkah kaki masing-masing ke meja makan utama.
••••••
Disore hari, Ratih kembali dari kebun dengan membawa sayuran. Hari ini sepertinya dia akan membuat salad sayur untuk malam ini, biasanya dia akan membuat salad buah. Dikarenakan tidak ada cukup buah yang di panen hari iniia tidak bisa membuatnya.
Saat Ratih sudah sampai di depan pondok, dia melihat sosok pria dengan gagah berdiri membelakanginya. Dengan langkah cukup takut, Ratih menghampiri pria itu.
"Assalamualaikum, maaf anda siapa?"
Pria itu menoleh kearahnya, seketika Ratih mundur karena kaget.
"Jangan takut, aku Mike kakak Leonard."
Ratih mengusap dadanya yang cukup berdebar karena kaget. Ratih membukukan tubuhnya sebagai hormat.
"Jangan," cegah Mike, ketika melihat Ratih ingin menghormat padanya, "jangan seperti itu, kau adik iparku."
"Maaf tuan."
"Tidak papa," jawab Mike.
"Tuan, mari duduk," ajak Ratih. Gadis itu berjalan kerah kursi yang ada di teras pondok. Ia meletakkan sayuran yang ia bawa tadi di meja.
Mike mendudukkan bokongnya untuk duduk di kursi kayu samping meja.
"Apa yang membuat anda datang kemari?" Tanya Ratih tiba-tiba membuat Mike tertawa. Seketika nyali Ratih menciut, Mike lebih menyeramkan dari Leonard ternyata.
Mike, pria itu merongrong saku bajunya untuk mengambil suatu, "ini," ujarnya, memberikan satu lembar kertas kecil.
"Apa ini?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Serayu | Berlanjut
SpiritualSegudang luka yang di alami seorang gadis berusia 18 tahun. Saat nenek dan kakek yang mengurus nya sejak lima tahun lalu ketika orang tuanya pergi untuk selamanya, membicarakan keinginannya untuk menjodohkan ia dengan cucu sang nenek, di sanalah pen...