Setelah kejadian bangun tidur tadi yang cukup mengejutkan, Ratih pergi kedapur setelah melaksanakan shalat subuh. Gadis itu berjalan kerah lemari es untuk melihat apakah masih ada makanan untuk dirinya masak.
Ratih tersenyum senang ketika melihat ada tiga telur ayam sisa beberapa hari lalu. Sudah hampir satu Minggu dirinya disini dan Leonard hanya mengirimkan bahan pangan sekali kesini, itupun awal pindah.
Sarapan pagi ini ia akan membuat telur kecap dan cah kangkung, kebetulan dirinya memetik kangkung yang berada di halaman pondok.
Memotong-motong kangkung sesuai selera, lalu mencucinya dengan air bersih. Setelah itu, Ratih mulai menyalakan kompor dan memasak kangkung itu. Tak lupa juga dengan telur kecapnya.
"Bibi.."
Ratih menoleh, dia melirik anak tangga-yang ternyata Kay sedang berdiri di tengah-tengahnya dengan mengucek mata.
"Jangan dikucek terlalu kencang Kay," ucap Ratih, gadis itu mengecilkan api kompor lalu berjalan kearah tangga, menghampiri Kay.
"Ayok turun," ajak Ratih, Kay hanya mengangguk sebagai jawaban.
"Sudah pagi ya bi."
"Ya."
"Apa tidur Kay nyenyak?"
Kay mengangguk kecil, "nyenyak," jawab anak itu membuat Ratih tersenyum.
Setelah datang di dapur-tepatnya samping ruang makan, Ratih mengangkat tubuh Kay untuk duduk di kursi ruang makan.
"Kay tunggu disini ya?"
"Ya, bibi."
Ratih tersenyum sambil mengacak rambut Kay gemas. Setelah itu, Ratih kembali pada masakannya.
Tak lama setelah itu, akhirnya Ratih bisa menyelesaikan semuanya dengan sangat memuaskan.
"Kay mau mandi?" Tanya Ratih setelah menyelesaikan semuanya.
Kay mengangguk, "ya, tapi Kay tidak bawa baju ganti."
"Hmm," Ratih mengetuk-ngetuk dagunya dua kali dengan telunjuknya.
"Aku akan ambil baju ganti untuk Kay, kau cukup mandikan dia saja."
Ratih mendongak melihat Leonard yang sudah ada di depannya. Rambut pria itu acak-acakan dengan kancing kemeja yang terbuka di bagian atas. Membuat Ratih langsung menundukkan kepalanya.
"Baik, tuan."
Sebelum pergi, Leonard mengacak rambut Kay lembut, "tunggu disini."
"Ya paman," jawab bocah itu.
Leonard pergi meninggalkan mereka berdua di pondok. Hari masih gelap,. Waktu juga baru setengah enam. Namun, Leonard terpaksa bangun karena tidak ada kehangatan lagi pada tubuhnya.
Diperjalanan, Leonard cukup kesusahan karena jalannya yang becek akibat hujan.
Jika dipikir-pikir, bukankah kejadian malam dan pagi tadi seperti keluarga kecil yang penuh dengan keharmonisan?
Leonard menggeleng, "tidak, kau akan seperti itu bersama Almisa Leonard. Jangan sampai kau goyah hanya karena kebaikan gadis itu."
•••••••
"Pakai handuknya," titah Ratih ketika Kay sudah selesai mandi. Bocah berusia 3 tahun itu keluar dari kamar mandi dengan handuk yang menyelimuti seluruh tubuhnya. Ratih terkekeh kecil, "ayok."
Ratih membawa Kay ke lantai yang sudah ia beri tikar disamping tempat tidur.
"Kita tunggu paman mengambil baju ganti dulu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Serayu | Berlanjut
EspiritualSegudang luka yang di alami seorang gadis berusia 18 tahun. Saat nenek dan kakek yang mengurus nya sejak lima tahun lalu ketika orang tuanya pergi untuk selamanya, membicarakan keinginannya untuk menjodohkan ia dengan cucu sang nenek, di sanalah pen...