Sesampainya di atas. Mereka berdua langsung keluar, Ratih terus mengikuti langkah Leonard hingga mereka berdiri didepan pintu kaca kamar Leonard.
Leonard membukanya lalu masuk yang di ikuti Ratih di belakangnya. Gadis itu menunduk kala melihat Kay yang sedang menatap kearah jendela.
"Paman."
Leonard tersenyum pada Kay kala bocah itu melirik kearahnya.
"Sudah datang? Kenapa lama sekali."
"Maafkan paman Kay," Leonard duduk di samping Kay yang berbaring di atas king size milik Leonard.
Kay mengerucutkan bibirnya kesal membuat Leonard terkekeh.
"Kay."
Kay menoleh ke sumber suara, tiba-tiba raut wajahnya yang selalu tenang koni berubah jadi dingin pada Ratih. Ternyata benar jika Kay anak dari Leonard, dari segi apapun bocah itu mirip sekali dengan Leonard. Lihatlah raut wajahnya sekarang, sungguh menggemaskan.
Senadainya kau adalah anakku Kay, mungkin tuan tidak akan bersikap seperti ini padaku.
Namun, mau bagaimanapun. Ratih harus menebus kesalahannya pada Kay dan Leonard, karena dirinya anak dan ayah ini sering terpisahkan. Untuk saja dengan umur Kay yang terbilang kecil sudah mengerti apa yang harus dilakukan.
"Maafkan bibi," Ratih meletakkan mangkuk buburnya di atas nakas. Gadis itu duduk disamping Leonard sambil memegang tangan Kay, "maafkan bibi yang sudah menyakitimu."
Kay hanya diam membuat Ratih kembali terisak. Anak itu terlalu dingin jika marah untuk di hangatkan.
"Kay, jangan diam seperti itu... Maafkan bibi Ratih," kali ini Leonard yang bicara. Bocah itu melirik Leonard kesal.
"Apa jaminan bibi jika aku memaafkannya?"
Leonard terkekeh. Kenapa Kay sangat mirip dengannya jika ingin menagih hutang.
"Bibi akan memberikan ikan hias-mu."
Mata Kay tiba-tiba berbinar, "benalkah bibi?"
Ratih mengangguk, "benar."
"Yey!" Seru Kay memeluk tubuh Ratih, membuat gadis itu tersenyum.
"Kay makan dulu."
Ratih melepaskan pelukannya lalu mengambil mangkuk yang berisikan bubur di tangan Leonard.
"Biar aku yang menyuapinya."
"Tidak, biar saya saja."
Leonard menghela nafasnya, "ya sudah.."
Saat Leonard beranjak dari duduknya Ratih bersuara, "anda mau kemana."
"Ke bawah, makan."
••••••••
"Memangnya bibi membelikan ikan hias untuk Kay?" Kata bocah itu, ceria kembali.
"Ya, tapi bibi belum sempat memberikannya untukmu."
"Berapa?"
"Apanya?"
"Ikan hias-nya berapa ekor?"
"Satu, tidak papa-kan Kay?"
"Tidak papa, Kay sudah senang di belikan itu oleh bibi, hihi," bocah itu tertawa kecil.
"Sudah habiskan makananmu."
"Ya."
Ratih kembali menyuapi Kay, dan setelah itu meminumkan obat pereda nyeri pada Kay.
KAMU SEDANG MEMBACA
Serayu | Berlanjut
SpiritualSegudang luka yang di alami seorang gadis berusia 18 tahun. Saat nenek dan kakek yang mengurus nya sejak lima tahun lalu ketika orang tuanya pergi untuk selamanya, membicarakan keinginannya untuk menjodohkan ia dengan cucu sang nenek, di sanalah pen...