CHAPTER 08

5.5K 446 113
                                    

Setelah melaksanakan makan malam tadi, Leonard berserta mommy dan Daddy sedang mengobrol di ruang kerjanya. Sedangkan Ratih, gadis itu berada di dapur dengan mencuci piring sendiri. Para maid sudah pulang ke asrama karena mereka juga harus makan malam dan istirahat.

Untuk kesekian kalinya, Ratih makan dengan sisa masakan hari ini. Sisa tadi makan habis karena bertambah dua orang. Selama satu Minggu menjadi istri Leonard Ratih selalu makan sisa makanan Leonard. Akan tetapi hari ini tidak lantaran semuanya habis. Terpaksa, ia harus memasak bahan masakan seadanya. Stoknya hampir habis, mungkin dia harus pergi berbelanja besok.

Ratih tidak ingin merepotkan para maid untuk kebutuhan di mansion ini. Ratih ingin sekali berbicara pada Leonard tentang para maid. Ratih ingin, biarlah para maid yang membersihkan mansion ini, dan bekerja sesuai tugas mereka. Akan tetapi Ratih tidak ingin para maid bertugas di dapur. Kenapa? Karena Ratih tau mereka juga harus memasak untuk mereka sendiri. Lagi pula jika para pelayan disini cukup banyak begitu juga bodyguard. Otomatis, rasa lelah yang mereka jalani di setiap harinya akan selalu bertambah. Ratih tidak ingin itu terjadi lantaran sebagian maid seperti bibi Nahla sudah lansia.

"Ratih."

Ratih terlonjak kaget kala mendengar seseorang memanggil namanya dekat dengan dauh telinganya.

"Astaghfirullah halazim," Ratih memegang dadanya kaget kala membalikkan tubuhnya dia melihat Leonard sedang berdiri dekat dengan wajahnya. Hingga kepala Ratih terbentur rak, "aduh," keluhnya. Namun Leonard hanya diam saja dengan menatapnya acuh tanpa kata maaf yang keluar.

"Ikut aku."

Pria itu menarik paksa tangan Ratih untuk ikut dengannya.

"T-tuan.. kita akan kemana?"

Wajah Ratih panik saat Leonard membawanya keluar dari pintu belakang mansion. Pria itu membawa Ratih pergi cukup jauh dari sekitar mansion. Melewati perkebunan buah dan sayur milik tuan Tunggara. Hingga mereka sampai di sebuah rumah kecil yang terbuat dari kayu dengan dua lantai.

Bisa dilihat dari luar jika rumah itu kecil, paling lantai bawahnya hanya ada dapur dan ruang tamu saja. Itu perkiraan Ratih bukan sebenarnya yang di lihat karena mereka masih di luar.

"T-tuan?" Ratih menatap sang suami dari belakang. Sedangkan pria itu malah kembali menariknya.

"Masuk," katanya dengan membuka pintu.

Ratih hanya mengikuti langkah Leonard dengan ringisan di wajahnya. Tarikan Leonard begitu kuat pada tangannya, dan menyeretnya dengan paksa. Padahal tanpa di cengkraman pun Ratih akan ikut.

Mereka masuk, dan benar saja dugaan Ratih. Di bagian yang mereka masuki yaitu lantai dasar hanya terdapat dapur dan ruang tamu saja tanpa ruang makan. Dan disudut ruangan ini ada satu tangga untuk menuju lantai dua.

Rumahnya kecil dan juga banyak debu, "mulai malam ini kau tidur disini dan tinggal disini, aku tidak ingin kau," Leonard menunjuk pundak Ratih dengan tatapan tajam, "berkeliaran di mansion."

"Apa maksud tuan?" Tanya Ratih, cukup bingung juga kenapa dirinya tiba-tiba di asingkan seperti ini.

"Kau belum paham juga? Bukankah aku sudah bilang padamu jika aku akan menghukummu, kau ingat?"

Ratih mengangguk kecil.

"Dan ini adalah hukuman mu, kau tidak boleh menginjakkan kaki kampungmu itu di mansion ku."

"T-tapi taun, ini s-sangat jauh dari pekarangan mansion anda."

"Kau tidak suka dengan kehendakku?"

"T-tuan."

"Aku akan menghukummu lagi," Leonard mendorong kedua bahu Ratih hingga punggung gadis itu membentur pintu hingga pintu yang tadinya terbuka kini tertutup. Leonard mengunci pergerakan Ratih dengan keuda tangannya yang menempel pada pintu dekat dengan kedua bahu Ratih.

Serayu | Berlanjut Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang