CHAPTER 09

4.8K 427 218
                                    

"Hm?"

Ratih berdiri, gadis itu menunduk sebagai hormat.

"Maaf," ucapnya. Namun Leonard hanya menatapnya datar.

"Untuk apa kau mengambil buah itu?"

"Ee.. saya suka dengan warnanya yang indah, rasanya juga enak."

"Oh."

"Tuan ingin saya ambilkan?"

"Ya," jawabnya sambil berjalan menjauh dari Ratih, "ambilkan anggur dan belimbing, aku tunggu di pondok."

"Baik tuan."

Setelah kepergian Leonard, Ratih mulai memetik buah stroberi, lalu anggur dan belimbing. Saat ingin mengambil belimbing Ratih cukup susah karena tidak ada galah. Maka dari itu dia terpaksa memanjat. Jangan aneh, memanjat memang hobi Ratih sejak kecil.

Setelah selesai memetik buah, Ratih pergi untuk menemui Safira yang sedang memetik sayuran.

"Sudah selesai?" Tanya Ratih ketika melihat Safira yang duduk di atas rerumputan hijau yang indah.

"Sudah, nyonya."

Ratih tersenyum, "mari ke pondok."

Safira mengangguk dan tersenyum sebagai jawaban. Dengan santai mereka berdua mengobrol dengan canda tawa dari Safira. Sengaja jalan santai karena pondok dan kebun jaraknya dekat sekali.

"Nyonya."

"Ya?"

"Kudengar, tuan muda Mike dan nona Angelina berkunjung kemari."

"Siapa mereka Safira? Dan kapan mereka berkunjung? Untuk apa?"

Safira terkekeh mendengar pertanyaan Ratih, "mereka kakak-kakak tuan Leo."

"Tuan memiliki saudara?"

Safira mengangguk, "iyah, tuan anak ketiga dari empat bersaudara."

"Lalu dimana adiknya tuan?"

Safira terdiam, lalu menghela nafasnya, "dia sudah meninggalkan dunia ini."

"Inalillahi....."

"Namanya Azalea, dia meninggal lima tahun lalu saat usianya sepuluh tahun. Tuan sangat dekat dengan nona Lea, dia sangat cantik dan periang. Namun kecelakaan pesawat waktu itu merenggut nyawa nona Lea."

"Tuan pasti sedih."

Safira mengangguk, "tuan hampir di bawa kerumah sakit jiwa karena depresi."

"Astaghfirullah, kita doakan yang terbaik ya untuk nona Lea."

Safira mengangguk, "ya, Nyonya."

••••••

Leonard sudah pergi sejak dua jam yang lalu, Safira juga sudah kembali ke mansion utama satu jam lalu.

Ratih kembali sendiri di pondok ini, gadis itu baru saja selesai mengupas buah untuk ia makan sisa ia metik untuk sang suami. Leonard memang tidak jahat, tapi sikapnya selalu dingin dan tatapannya terus datar padanya membuat Ratih selalu takut bila ada di sampingnya.

Saat ingin membawa buah yang sudah di kupas di atas piring ke ruang tamu, ia mendengar ketukan pintu dari luar. Dengan cepat Ratih berjalan kearah pintu utama masih dengan membawa piring yang berisi buah.

Ceklek.

"Halo.." kata orang yang mengetuk pintu itu, dengan melambaikan tangannya, tersenyum.

Serayu | Berlanjut Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang