Selamat berjuang untuk mendapatkan tujuan.
-Serayu.••• HAPPY READING •••
"Jangan terus menangis, Tih. Nanti make up nya kembali luntur," tegur mba Lisa yang mendandani nya.
Hari ini adalah hari pernikahan nya dengan tuan itu, meski sudah dua hari keluarga itu ada disini namun dia tidak pernah melihat pria itu. Bahkan namanya pun Ratih sudah lupa, lantaran orang nya tidak ada dan kedua orangtua pria itu yang tinggal disini pun tidak pernah membicarakan bahkan menyebut namanya di hadapan dirinya pun juga tidak.
"Maaf Mba."
"Jangan nangis lagi, atau mba biarkan make up mu seperti itu."
"Ya, mba. Maafkan Ratih."
Mba Lisa hanya tersenyum hangat pada Ratih, sekarang dia bisa leluasa untuk merias wajah Ratih.
"Mau pake cadar?" Tanya mba Lisa, dan Ratih hanya mengangguk sebagai jawaban.
Mba Lisa mengangkat cadar yang sudah ia sediakan, berwarna putih persis seperti gaun yang di pakainya.
Setelah selesai memakaikan cadar pada Ratih, mba Lisa menyuruh Ratih untuk berdiri.
"Ayok keluar."
Ratih mengangguk, dengan menahan sesak di dadanya. Padahal ini sudah pilihannya untuk menerima Perjodohan ini, namun tetap saja. Rasanya masih tidak percaya jika dirinya menerima semuanya, menerima dengan keterpaksaan.
Ratih menarik nafasnya, anggap saja ini balas budinya untuk kebaikan nenek padanya selama lima tahun terkahir.
••••••••
"Saya terima nikah dan kawinnya, Ratih Gloria binti Abdurahman Azali, dengan maskawin tersebut tunai."
•••••••••
Acara pernikahan sudah selesai beberapa menit lalu, tidak banyak tamu yang datang karena hanya kerabat terdekat dari keluarga nenek. Sedangkan dari keluarga Isabelle tidak, karena jauh di Itali dan juga acara nya yang terlalu mendadak juga di laksanakan nya di kampung.
Ratih duduk di pinggiran kasur, rasa lelah menyelimuti nya padahal acaranya hanya di selenggarakan selama 4 jam saja.
Ceklek.
Pintu terbuka menampilkan sosok Leonard dengan kemeja putih yang melekat di tubuhnya dan jas yang di lipat pada tangan kirinya. Ratih menundukkan kepalanya saat Leonard berjalan mendekat ke arahnya.
"Bereskan semua barang-barang mu, kita akan pergi sekarang juga." Ucapnya, lalu melempar jasnya keatas kasur tempat di samping Ratih. Pria itu mengambil handuk pink milik Ratih yang menggantung, lalu masuk kedalam kamar mandi.
Ratih hanya menghela nafas panjang, dia beranjak dari duduknya untuk mengambil koper dan memilih baju yang setidaknya bagus untuk ia bawa.
Saat Ratih ingin mengambil hijab blus nya yang berada di lemari bawah, dia terdiam kala melihat album foto dirinya bersama ayah dan ibunya. Ratih mengambil foto itu lalu memeluknya dengan mata yang sudah berair.
KAMU SEDANG MEMBACA
Serayu | Berlanjut
SpiritualSegudang luka yang di alami seorang gadis berusia 18 tahun. Saat nenek dan kakek yang mengurus nya sejak lima tahun lalu ketika orang tuanya pergi untuk selamanya, membicarakan keinginannya untuk menjodohkan ia dengan cucu sang nenek, di sanalah pen...