CHAPTER 03

5.6K 403 27
                                    

Dimanapun kamu berada, semoga kau selalu dalam lindungan yang maha kuasa.
-Ratih.

••• HAPPY READING •••

Maghrib telah lewat, dan sebentar lagi waktu isya tiba. Namun, ada perasaan yang membuat Ratih tidak tenang entah kenapa. Apa mungkin karena tuan Leonard belum juga terlihat sesampainya di mansion? Tapi untuk apa dia cemas? Bukankah orang-orang mansion bilang bahwa dia pergi ke kantor.

Ratih menggelengkan kepalanya, 'tidak Ratih, apa yang kau pikirkan?'

"Nyonya ada apa ke dapur?"

Ratih yang tadinya memainkan jari-jarinya dengan kepala menunduk, kini mendongak kala mendengar pertanyaan seorang maid.

Maid itu tersenyum ramah padanya, wajahnya cantik, dewasa pula, mungkin maid ini sedikit lebih tua darinya.

"Aku hanya ingin memasak."

"Tidak, Nyonya. Kau tidak boleh memasak," cegah maid itu, membuat Ratih menaikan alisnya.

"Mengapa?"

"Ini tugas kami sebagai maid, kau tunggu saja di ruang tengah. Sebentar lagi tuan akan datang."

"Akan datang? Darimana kau tau dia akan datang?"

Maid itu menghela nafasnya, lalu tersenyum hangat. "Tuan selalu pulang di jam 7 malam."

"Itu waktu rutinnya pulang?" Tanya Ratih, dan maid itu mengangguk.

"Ya, nyonya. Lebih baik kau siapkan dirimu untuk menyambutnya."

Setelah mengatakan itu, maid yang tadi mengobrol dengan Ratih kembali ke pekerjaan nya. Ratih melirik jam di handphonenya, sebentar lagi isya, apakah dia akan bisa? Ratih tidak tau bagaimana cara menyambut yang di maksud maid tadi.

Tidak ambil pusing, Ratih langsung berjalan ke arah ruang tengah. Baru saja berada di samping tangga yang besar, Ratih mendengar suara klakson mobil yang sepertinya itu adalah, "tuan Leonard."

Ratih berlari secepat mungkin kearah pintu, hingga pintu besar mansion pun terbuka lebar saat sang tuan menginjakkan kakinya di depan teras depan.

Semua para bodyguard dan maid yang menjaga di pintu utama pun, membungkukkan tubuhnya sebagai hormat.

Di depan pintu mewah itu, hanya Ratih lah yang tidak memberi hormat pada sang tuan. Gadis itu hanya mematung dengan melihat semua yang telah terjadi tadi, 'apa ini? Kenapa mereka berlebihan dalam menghormati pria itu?' dalam lubuk hati, Ratih merasa heran, kenapa pria itu sok sekali dengan kekuasaan yang bersifat sementara itu dan mata tuhan.

Leonard menatap Ratih dari bawah hingga atas, "tetap sama, lusuh," gumam Leonard.

Leonard memberikan tas kerjanya pada maid, begitupun jas kerjanya. Maid itu pergi ke kamarnya untuk meletakkan semua perlengkapan kerjanya. Sedangkan sang pemilik, ia malah pergi ke kursi ruang tamu yang penuh dengan kemewahan.

"T-tuan."

Ratih menunduk takut, entah kenapa dia merasa takut ketika melihat mata Leonard yang menatapnya tajam.

Serayu | Berlanjut Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang