Laura Marano sebagai Mia Webbers
*Mia*
Aku terbangun. Rasanya hangat dan nyaman sekali
Kasur? Ya Tuhan, aku tidur dikasur? Astaga! Akhirnya, akhirnya tidur dikasur lagi!
Mataku akhirnya terbuka melebar saat aku merenggangkan badanku di tempat tidur. Aku melihat diriku terbalut kemeja kebesaran tanpa celana tetapi celana dalam yang bersih terpasang. Aku melihat sekeliling ruangan besar ini. Aku pun memutuskan untuk mengitari ruangan ini
Ruangan yang didominasi warna abu-abu, hitam dan putih memberikan nuansa maskulin. Hordeng abu-abu yang tinggi menjulang menutupi jendela yang pasti juga tinggi menjulang. Lampu gantung modern tergantung indah ditengah ruangan. Jendela besar dan meja rias terletak diseberang kasur Mia dan di hiasi vas bunga kaca yang berisi mawar putih.
Aku tergoda untuk bangun dan menelusuri seluk beluk ruangan ini. Aku jalankan jemariku menelusuri meja rias dan bunga mawar yang indah itu
"Surga" batinku dengan senyumku yang merekah
Tanpa aku sadari, gagang pintu dibelakangku terputar dan seorang pria tampan dan gagah masuk ke ruangan ini
Hatiku mencelos, seketika aku langsung menarik-narik kemeja yang kebesaran ini untuk menutupi bagian bawahku
Pintunya dibanting dan sekarang tertutup sempurna
Aku yang kaget setengah mati, seketika menatap ke arahnya, bukan menatap matanya
Aku langsung menundukkan kepalaku dan aku dengar langkah kakinya yang semakin mendekat. Jantungku berdetak amat kencang, rasanya seperti berlari belasan kilometer. Jari-jariku bertautan kencang
"Mereka yang gue tawarkan kerja di club tau benar siapa gue dan gimana gue" suara baringtonnya yang berat dan sexy, membuat ku bergindik, "so, gue gak main-main"
"Angkat kepala lo dan liat gue"
Kepalaku terdongak dan aku langsung menatap matanya. Matanya indah. Hitam, legam, tajam dan menuntut. Kebanyakan orang beranggapan bahwa mata biru itu indah, tapi mata pria ini, mata hitam terindah yang pernah aku lihat
Tanpa aku sadari, sekarang dia berdiri sejajar denganku, tinggi badannya, walaupun dengan berjinjit pun, aku tidak bisa meraihnya. Matanya menatap tajam dan entah kenapa penuh dengan rasa amarah yang aku tau berusaha dia kendalikan. Aku teliti garis rahangnya, begitu tegas, bibirnya yang begitu menggoda untukku sentuh dan lagi, kulitnya, kulit lehernya begitu bersih
"Sa..saya tidak bercanda Tuan" gleg "Saya memang butuh pekerjaan"
Dia kemudian membukkukan badannya sedikit, sehingga aku tidak terus mendongak ke atas. Terima kasih, pikirku.
"Gue dikasi tau kalau lo punya banyak luka lebam, terutama bagian pinggang ke bawah"
Jantung gue langsung mencelos, "luka lebam?"
Dia kembali berdiri tegak, kini kedua tangannya sudah masuk ke saku celananya. Menatapku dengan tatapan yang sulit diartikan. Dia meneliti tubuhku dari ujung kepala hingga kaki, dan kini ia berjalan ke meja kecil dengan 2 sofa single di sisinya di pojok ruangan. Meja itu dipenuhi beberapa botol minuman keras dan dia mengambil botol yang bertuliskan "Buffalo Trace whiskey".
Aku menatapnya kagum. Cara berjalannya saja menggambarkan sisi dominanya, punggungnya pun segagah itu. Dia menuangkan minuman keras itu ke dalam gelas dan tiba-tiba
![](https://img.wattpad.com/cover/336348330-288-k218466.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
THE TEMPTATION (21+)
Romance🔞🔞🔞🔞 3/4 dari buku ini isinya 21+ 🔞🔞🔞🔞 Read at your own risk Nicholas Payne, laki-laki maskulin, cerdas dan sangat tampan, berusia 27 tahun pemilik club malam terbesar di Amerika, pemilik perusahaan penyewaan tentara bayaran, The Punisher da...