34 - In The World of Lies, You Are The Truth

359 10 2
                                    


Mia

"Apa aku bisa percaya sama kamu?"

Aku dan Kevin saling menatap, kepalanya mendongak melihatku dan kepalaku menunduk melihat matanya. Sepertinya dia terkejut mendengar pertanyaanku itu, tapi aku ingin tau apakah aku bisa mempercayainya. Semua fakta yang dia berikan padaku, tentang keluargaku dan apa yang terjadi, seperti sebuah mimpi. Aku tidak mengenal Kevin tapi anehnya dia mengenal keluargaku. Kenapa aku tidak pernah dikenalkan pada Kevin?

Kevin berdiri sambil membersihkan bagian bokongnya karena ia duduk di tanah tadi. Kini dia berdiri didepanku dan kepala kita bertukar posisi. Dia menunduk menatapku dan aku mendongak untuk melihatnya. Wajah tampan dengan sorot mata tajam nan lembut, jenggot tipis dikedua rahangnya yang tegas membingkai wajahnya. Angin sepoi-sepoi memembelai rambut bagian atasnya. Bibirnya yang agak kemerahan pun tersungging, tersenyum.

"Pasti, kamu pasti bisa percaya sama aku. Memangnya kenapa?"

"Tidak apa-apa. Ayo kita pulang"

Kevin mengangguk dan kami menunggangi kudanya, dengan posisi yang sama dan menelusuri jalan yang sama untuk pulang. Langit mulai sedikit menghitam, sepertinya akan turun hujan. Kevin memacu kudanya lebih cepat, membuatku sedikit terkejut. Tangan kirinya memeluk perutku dari belakang sedangkan tangan kanannya memegang tali kuda.

"Supaya kamu gak jatuh. Pegangan ya"

Aku hanya menangguk menuruti perintahnya. Hujan mulai turun sedikit demi sedikit, tidak lebat tapi cukup membuat kami basah kuyup ketika sampai dirumah. Salah satu bodyguard Kevin mengambil kudanya untuk dimasukan ke kandang dan kami langsung masuk ke rumah

"Mandi lah dengan air hangat, kamu menggigil"

Aku mengangguk dan meninggalkan dia di ruang tamu. Aku naik ke lantai atas menuju pintu kamar putih gading yang terletak diujung koridor. Pintu putih gading yang besar ini cukup berat. Aku dorong pintunya pelan-pelan dan terbuka lah itu. Kamar putih gading yang cantik, bernuansa elegan khas klasik moderen. Ini kamarku? Sampai kapan? Angin dingin tiba-tiba berhembus dari jendela dan pintu balkon kamar yang terbuka. Secepat mungkin, dengan tubuh yang menggigil aku menutup jendelaku dan terakhir menutup pintu balkon kamarku yang terbuat dari kaca. Aku menatap keluar sesaat, langitnya begitu gelap, angin berhembus kencang, pemandangan didepanku begitu kosong, hanya ada pohon-pohon lebat layaknya hutan dan satu ruas jalan.

Pikiranku langsung tertuju pada Nicholas. Sedang apa pria itu? Apa dia tau aku diculik? Ah mana mungkin dia tidak tau, pasti dia tau. Aku dirumahnya, banyak bodyguardnya yang terbunuh. Maria pasti tau dan Maria pasti beritahu Nicholas dan Travis. Tapi....... Apakah Nicholas peduli dan mencariku? Apa Travis berusaha mencariku? Rumah ini begitu sama dengan rumah Nicholas. Rumah megah, dijaga oleh puluhan orang dan berada di tenah-tengah antah berantah. Siapa sebenarnya mereka? Apa hubungan keluargaku dan mereka?

Angin dingin kembali berhembus dan menyadarkanku untuk segera menutup pintu itu. Aku larikan diriku ke kamar mandi, mengisi bath tubku dengan air hangat dan berendam disana untuk beberapa saat. Rasanya sangat tenang dan nyaman. Pikiranku kembali dihantam ingatan orang tuaku. Aku belum tau dimana orangtuaku di makamkan! Di hari aku kabur dari rumah itu, di hari itu juga lah aku tidak pernah kembali. Aku buru-buru menyelesaikan mandiku dan buru-buru memakai bath robe dan pergi menemui Kevin.

Aku keluar kamarku dan mencari Kevin di ruang tamu, ruang keluarga dan dapur. Tidak ada

"Anda mencari siapa Nona?"

Suara wanita muda mengagetkanku dari belakang

"Aku mencari Kevin. Dimana dia?"

"Tuan Kevin mungkin sedang di kamarnya. Di lantai dua, ke kanan, diujung"

THE TEMPTATION (21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang