6 - Thank you for being...honest

2.3K 26 0
                                    


*Mia*

Aku memasuki sebuah ruangan gelap yang sekarang menjadi kamarku, perutku terasa mual, kakiku melemah. Otakku mencoba menerka dan memikirkan jawaban-jawaban yang belum terjawab

Siapa pria itu sebenarnya?

Dimana aku sekarang?

Apa yang akan terjadi nanti?

Apa aku terlibat masalah?

Apa orang-orang tau laki-laki seperti itu ada didunia ini?

Orang macam apa yang punya ruangan khusus untuk sex?

Apa aku akan disakiti lagi?


Terlalu banyak pertanyaan yang tidak bisa kujawab seorang diri. Aku mengutuk diriku yang mau saja menandatangani berkas-berkas itu tanpa tau detail dari isi perjanjiannya. Ini termasuk scam kan? Bagaimana bisa detail seperti aku akan dicambuk, disiksa atau melayani birahi laki-laki tampan tapi berhati binatang tidak tercantum disana? Aku tau akan mustahil bagiku untuk menemukan berkas itu.

Angin dingin menerpa kulitku, dan kusadari ada sebuah jendela besar berukuran seperti pintu itu terbuka. Cahaya bulan yang terang masuk dan menyinari ruanganku, romantis. Aku berjalan mendekati jendela itu dan kenyataan pahit menghantamku seketika. Jarak antara jendela kamarku dan tanah sangat jauh, lampu-lampu menyala sangat terang, dan para bodyguard lengkap dengan senjata mereka berjalan mondar mandir disekitar mansion ini. Ku urungkan niatku untuk kabur dari sini, kabur sama saja dengan bunuh diri kan? Ku tutup jendela besar itu dan bersandar disana. Kacanya cukup dingin walaupun aku memakai coat yang cukup tebal.

Tubuhku amat lelah, aku tidak bisa terus seperti ini, aku harus tidur. Ketika ku membalikkan badan, alangkah terkejutnya diriku melihat Nicholas berdiri di ambang pintu. Kenapa dia selalu mengagetkanku seperti itu?

"Mau cari angin malam, Almia?"

Nafasku tiba-tiba tercekat, tenggorokkanku rasanya sakit dan sulit mengeluarkan suara. Apa karena aku ketakutan padanya?

"Maaf"

"Lo gak coba-coba untuk kabur kan?"

Kalimat itu menghantamku dengan rasa ketakutan yang hebat. Seketika bayangan akan ruang penyiksaan terlintas dipikiranku dan aku pun menggelengkan kepalaku kuat-kuat. Disatu sisi aku penasaran, seperti apa ruangan itu? Apakah sama seperti ruangan yang aku lihat tadi?

"Saya ingin diskusikan sesuatu"

Jari-jariku kini tertaut didepan tubuhku, meremas-remas hebat untuk menyalurkan ketakutanku pada Nicholas

"Diskusi apa?"

Nicholas kini berjalan mendekatiku

"Lo ngomong apa, gue dengerin"

Entah kenapa, langkah Nicholas yang mendekat justru membuatku merasa terintimidasi. Seketika aku melangkah mundur untuk memperbesar jarak diantara kami

"Di berkas yang tadi saya tanda tangani tidak tertulis bahwa saya setuju untuk disiksa dan dilecehkan"

Aku berusaha sekuat tenaga untuk menahan ketakutanku, tapi suaraku tadi terdengar sangat lirih. Aku tau Nicholas menyadari hal itu

Ruangan ini cukup gelap karena disinari hanya oleh cahaya bulan. Aku tidak bisa melihat jelas ekspresinya, tapi aku tau Nicholas tersenyum karena aku melihat sedikit gigi putihnya

"Gue akan bohong sama lo kalo gue bilang gue gak menikmati nelanjangin lo tadi sore"

Aku merasa malu, pipiku memanas dan aku yakin sekarang pipiku sudah merah. Nicholas semakin mendekat padaku dan sekarang tubuhku tertahan kaca jendela dibelakangku.

THE TEMPTATION (21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang