39. Love Story

165 26 6
                                    

Setelah menghabiskan waktu semalaman, kini mentari sudah siap menyapa keduanya yang masih enggan untuk bangun, bahkan sekedar untuk membuka mata pun rasanya malas, padahal waktu sudah menunjukkan pukul sembilan dan tinggal beberapa menit lagi akan berganti pukul sepuluh, terlalu siang jika di sebut pagi dan terlalu pagi jika di sebut siang.

Rosé menggeliat dalam tidurnya saat merasakan getaran dari ponselnya yang ada di atas berbunyi, dengan segera ia meraihnya walau sedikit malas, bisa ia lihat yang menelpon adalah manajer oennie mereka.

Dengan segera ia mengangkat panggilan tersebut dan berjalan sedikit menjauh dari Lisa, takut gadis berponi itu terganggu, masih dalam keadaan menelpon dan dengan tanpa sehelai benang pun ia berdiri di depan kaca meja rias, melihat sekujur tubuhnya yang polos terdapat bercak-bercak merah karya ilmiah Lisa, membuat ia tersenyum sendiri jika memikirkannya.

"Tapi oennie bukankah itu sangat cepat sekali, kenapa sangat terburu-buru seperti ini."ucap rosé menggelengkan kepalanya tak percaya.

"_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_"

"Ayolah, ini hanya bercanda kan oennie."ucap rosé di seberang sini tak percaya.

"_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_"

"Ok baiklah oennie, hahh dengan jennie oennie, nde..."ucap rosé lagi dan langsung mematikan ponselnya.

Rosé berjalan kembali ke arah tempat tidur, meletakkan kembali ponsel miliknya di tempat semula kemudian masuk kembali ke dalam selimut hangat mereka, memeluk erat tubuh gadis berponi itu yang tidak terusik sedikit pun.

"Apakah sangat lelah oeh sampai tidak merasakan gangguan ku sedikit pun."lirih rosé tersenyum sambil mengelus pipi tirus milik sang kekasih.

"Chae.. jangan menggangguku."Lirih Lisa kesal, membuat rosé terkekeh.

"Bangun honey, ini sudah hampir siang."ucap rosé tersenyum sesekali mengecup wajah sang kekasih.

"Ahhh.. Chae."pekik Lisa yang langsung bangun saat rosé menggigit bibir bawahnya.

"Makanya cepat bangun, saat aku sudah menyuruh mu untuk bangun."lirih rosé terkekeh melihat wajah bantal Lisa yang merenggut.

Dengan sekejap Lisa sudah memeluk gadis kesayangannya itu begitu erat, merapatkan tubuh polos keduanya, rosé tersenyum tipis dan membalas pelukan sang kekasih.

"Chang-ah apa yang lebih kau takutkan di dunia ini." Ucap Lisa tersenyum.

"Ada banyak yang ku takutkan, tapi yang lebih sangat-sangat ku takutkan adalah kehilangan, aku tidak mau kehilangan apapun dari milikku."lirih rosé tersenyum kecil sambil merapikan poni sang kekasih.

"Lalu kau Lisa..apa yang lebih kau takutkan di dunia ini."tanya rosé balik.

"Kau yang lebih ku takutkan rosé.." ucap Lisa menatap dalam mata gadis itu.

"Wae..aku tak mengerti Lisa-ah." rosé mengerutkan alisnya binggung.

"Aku sangat takut, kelak.. ketika engkau membuka mata di pagi hari kau tak mendapati aku lagi di samping mu chaeng-ah". Ucap Lisa tanpa mengalihkan tatapan matanya.

rosé terdiam sebentar memahami maksud perkataan dari orang yang di cintainya itu, sungguh ia tak mengerti.

"Maka dari itu jangan lah berniat meninggalkan ku ne.." ucap rosé kemudian mengecup kening gadis di depannya itu.

"Chae, beberapa hari lagi adalah hari anniversary kita, apakah kau sudah menyiapkan hadiah untuk ku."ucap Lisa tersenyum sambil mengelus pipi mulus chipmunk itu.

Korean, Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang