Jari-jari hangatnya kini menyentuh wajah pucat nan dingin itu, tangannya bergetar saat melihat wajah yang biasanya cantik dan rupawan itu kini telah di hiasi dengan luka yang pastinya itu sangat menyakitkan.
"T-tuhann.."
Hancur rasanya saat melihat orang yang mengatakan rindu padanya beberapa hari yang lalu kini telah berbaring tak bergerak dengan keadaan yang sangat miris di depannya.
Hancur rasanya saat mengetahui bahwa orang tersebut adalah sang kekasih, orang yang sangat di cintai, hancur rasanya, hancur..
"Lisayaaa bangun paboya, kau hanya bercanda kan jangan bilang ini adalah satu kejutan mu, bangun lah bodoh kau sudah berhasil mengejutkanku hik.."pekiknya dengan air mata yang terus mengalir.
"Bangunlah sekarang bodoh katakan kalau kau hanya sedang bercanda, kau terlalu sering menjahili ku Lisa, kali ini aku tidak akan percaya, bangunlah, perlihatkan dirimu yang sok keren dan menyebalkan itu, ini tidak lucu lisayaaa hik.."tangis pilu gadis itu terus menggoncang tubuh dingin sang kekasih berharap sang empunya terbangun.
"Rosé-ah.."lirih jennie sendu ia ingin menenangkan sang adik tapi bagaimana bisa ia menenangkan sang adik jika ia saja belum bisa menerima semua ini.
"Oennie lihat Lisa oennie, kemarin dia berjanji akan menjemput ku hari ini dan akan merayakan anniversary kami, tapi apa, dia malah di sini oennie, dia terlalu banyak berjanji pada ku, tapi semuanya hanya bohong, dia bilang ingin memberi ku hadiah yang sangat spesial bahkan aku tidak akan pernah melupakannya, apakah ini yang dia maksud oennie, yes dia berhasil oennie, aku terkejut tapi kenapa dia tidak mau bangun oennie, bangunkan dia untuk ku, siapa pun bangunkan dia untuk ku hik.. hik.."pekikan pilu itu membuat siapapun ikut merasakan kesedihan yang mendalam.
"Lisayaaa kau bilang kau merindukanku, aku sudah di sini bangun lah chagiya, bangunlah dan lihat aku, aku ingin mendengar kata-kata rindu mu pada ku hik.. hik.."Lirih gadis tersebut memeluk tubuh dingin sang kekasih sambil mengelus wajah pucat itu.
"Rosé-sii maafkan kami, kami sudah bekerja semampu kami, mohonlah untuk menerima semua ini."lirih seorang dokter untuk memberi pengertian kepadanya.
Sedangkan gadis itu hanya menggeleng kecil dengan deraian air mata dan rintihan kecil yang menyesakkan, ia tidak bisa menerima semua ini, ini semua seperti mimpi baginya, beberapa jam yang lalu ia masih berkomunikasi dengan sang kekasih, mereka masih berbicara tentang apa saja yang akan mereka lakukan nanti, mereka masih tertawa dan mengungkapkan rasa rindu masing-masing, tapi kini apa, ia ingin cepat-cepat bangun dari mimpi buruk ini.
"Lisaaa hik.. hik.. apa yang harus aku lakukan kau menyakitiku, kau sangat menyakiti ku, kau bilang kau tidak akan meninggalkan ku, kau bilang kau akan selamanya bersama ku, kau menyakitiku, kau sudah membunuh ku secara perlahan Lisa hik.. hik.."tangisnya pilu bahkan seluruh tubuhnya terasa bergetar hebat sekarang.
Tangisan pilu itu sangat menyayat dan menyesakkan, rasanya tak mampu lagi untuk sekedar mengeluarkan rintihan sekali pun, ia hancur, hancur sehancurnya melihat sang kekasih, melihat belahan jiwanya yang Kini telah kaku dengan tubuh yang sangat dingin.
Air matanya terus meluruh dengan deras, jari-jari tangannya terus menelisik seluruh wajah cantik sang kekasih yang di penuhi luka dan memar yang membiru, lagi-lagi air matanya meluruh dengan deras saat melihat keadaan mengenaskan sang kekasih.
Pandangan matanya terus melihat seluruh tubuh itu dari bawah ke atas, melihat dengan jelas saat salah satu dokter itu membuka perban tebal yang melekat di atas kepala sang kekasih, sakit rasanya melihat itu, tapi lebih sakit lagi saat melihat bekas membiru pekat di dada sebelah kiri sang kekasih, perlahan tangannya mengelus tempat tersebut yang ternyata tidak kecil, tangisan nya yang menyesakkan tadi kembali lagi, benar-benar sangat menyesakkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Korean, Love Story
Romance"Lalu kau lisa..apa yang lebih kau takutkan di dunia ini." Tanya rosé balik "Kau yang lebih ku takutkan rosé.." ucap Lisa menatap dalam mata itu. "Wae..aku tak mengerti Lisa-ah." rosé mengerutkan alisnya binggung. "Aku sangat takut, kelak.. ketika e...