4 | Kekejaman Terselubung

1.4K 144 7
                                    

Gani membaca pesan balasan dari Raja dengan perasaan penuh dengan amarah. Ia segera mengetik balasan untuk dikirimkan pada pria itu, namun sayang pesannya tidak bisa terkirim. Gani baru menyadari kalau Raja sudah memblokir nomornya, sehingga ia tidak akan bisa menghubungi Raja seperti dulu lagi. Amarah di dalam dadanya semakin meluap karena hal itu. Nalurinya mendadak memerintahkan untuk memeriksa nomor milik Ziva. Dan saat ia memeriksanya, ia mendapati hal yang sama seperti yang terjadi pada nomor milik Raja.

"KURANG AJAR!!! SIALAN KAMU RAJA!!! BERANI-BERANINYA KAMU MENGKHIANATI AKU!!!" teriak Gani, benar-benar lantang.

Arlita dan Tomi mendengar hal itu dari lantai bawah. Asisten rumah tangga yang sedang mencuci piring bekas makan malam pun bisa mendengar teriakan itu saking kerasnya. Tomi bisa melihat kegelisahan yang nyata melalui tatapan mata istrinya. Kondisi mental Gani menjadi terganggu sekarang, akibat emosinya yang terus saja naik-turun tak menentu. Setelah Ziva benar-benar tidak memberinya kesempatan kedua, hal itu jelas menjadi pemicu yang memperparah kondisi mentalnya tersebut.

"Bagaimana ini, Pa? Kita benar-benar sudah tidak bisa mendapatkan kesempatan lagi dari Pak Faris dan Bu Mila. Tapi hal itu jelas membuat Gani menjadi sangat kacau. Kamu tahu sendiri kalau Gani benar-benar jatuh cinta pada Ziva sejak awal bertemu dengannya satu tahun lalu. Gani pasti akan terus meledak-ledak seperti itu jika kita biarkan," ujar Arlita.

"Tapi kita mau bagaimana lagi, Ma? Kita mau berbuat apa lagi? Semua terjadi karena kesalahan Gani sendiri yang memilih berselingkuh dengan Rere. Sikap kasarnya dia kepada Ziva di belakang kita, keputusannya untuk memutuskan Ziva, serta tertutupnya kesempatan dari Ziva maupun kedua orangtuanya ... semua itu adalah salah Gani sendiri. Kita mau berbuat apa lagi? Pak Faris bahkan sudah bilang sendiri tadi, bahwa dia tidak akan pernah memaafkan Gani atas sikap buruknya terhadap Ziva. Gani menampar Ziva di depan umum hanya karena Ziva terlambat datang beberapa menit, Ma. Ayah mana yang mau Putrinya menjadi korban kekerasan yang dilakukan oleh orang lain? Semuanya sudah berakhir. Semuanya sudah tidak bisa lagi kita perbaiki," jelas Tomi, agar istrinya juga berhenti berusaha untuk memaksa Ziva kembali pada Gani.

Gani turun dari lantai atas dan langsung berdiri di hadapan kedua orangtuanya. Wajahnya memerah karena tampak sedang menahan-nahan luapan emosinya.

"Ziva ... dia ... dia memblokir nomor teleponku! Raja juga begitu! Mereka pasti sudah benar-benar menjadi dekat sekarang, sehingga Raja bisa mempengaruhi Ziva untuk ikut memblokir nomorku! Aku tidak bisa lagi menghubungi Ziva gara-gara Raja!" jelas Gani, sambil berteriak-teriak.

"CUKUP GANI!!! CUKUP!!!" teriak Tomi, membalas dengan teriakan yang jauh lebih keras.

Gani maupun Arlita tampak kaget saat mendengar teriakan Tomi saat itu. Wajah Tomi juga memerah akibat amarah yang kini akhirnya meluap.

"DUDUK KAMU!!!" perintah Tomi kepada Gani.

Gani pun langsung menurut. Ia duduk di sofa dan menundukkan kepalanya. Tomi berkacak pinggang seraya mondar-mandir di ruang tengah rumah itu untuk mencoba menurunkan emosinya.

"Semuanya adalah kesalahan kamu sendiri! Kamu yang berselingkuh dengan Rere! Kamu yang berkhianat dan akhirnya memutuskan Ziva demi Rere! Berhenti menyeret-nyeret nama Raja di dalam masalahmu! Raja tidak tahu apa-apa! Dia hanya rekan kerja Ziva! Kalau akhirnya mereka mulai dekat, itu adalah hal yang lumrah! Mana ada rekan kerja yang saling membenci? Akan jadi apa pekerjaan mereka jika saling membenci dan menjauh? Pakai otak kamu! Kalau sudah tahu dirimu tolol, jangan libatkan orang lain dalam ketololanmu!"

Tomi benar-benar mengungkapkan semua kekesalannya tanpa peduli lagi dengan perasaan siapa pun di dalam rumah itu. Ia meraih tongkat golf miliknya lal mulai memukuli Arlita seperti dulu lagi. Hal itu membuat Gani semakin kaget dan ketakutan.

SLAPH!!! SLAPH!!! SLAPH!!!

"ARRRGGGHHH!!! AMPUN, PA!!! AMPUN!!!" jerit Arlita, yang benar-benar menerima pukulan membabi buta dari Tomi.

Kekerasan dalam rumah tangga bukanlah perkara baru di dalam rumah Keluarga Jatmiko. Hanya saja, setahun belakangan--tepatnya setelah Gani memiliki hubungan dengan Ziva--tindak kekerasan itu tiba-tiba berhenti total dan tidak pernah terulang. Tomi berhasil menahan semua amarahnya, karena Gani tidak pernah lagi berulah setelah menjadi kekasih Ziva. Arlita pun tidak pernah lagi terkena pukulan dari Tomi, karena dianggap berhasil menjaga Gani dengan baik. Namun saat akhirnya Gani kembali berulah dan semuanya menjadi berantakan, Tomi akhirnya mulai kembali merasa muak serta tidak bisa menahan amarah di dalam dirinya.

"Pa, berhenti Pa. Papa ... Gani mohon Pa, berhenti pukul Mama," mohon Gani.

SLAPH!!! SLAPH!!! SLAPH!!!

"AMPUN, PA!!! SAKIT!!!" jerit Arlita.

Tomi tidak peduli dan terus saja memukuli istrinya sampai benar-benar babak belur. Setelah tongkat golf miliknya patah, barulah Tomi benar-benar berhenti melakukan tindakan gilanya.

PRANG!!!

Tomi melempar sisa tongkat golf yang dipegangnya hingga membuat satu lemari berisi hiasan rumah pecah. Gani segera meraih tubuh Arlita dan memeluknya dengan erat.

"Sampai aku dengar ada satu saja yang membicarakan Ziva atau Raja di rumah ini, maka aku tidak akan segan-segan untuk membunuh orang itu! Kalau sudah salah, ya salah saja! Tidak usah banyak gaya dan tidak usah banyak tingkah!" tegas Tomi.

Gani tidak menyahut dan tidak juga berani menatap ke arah Tomi. Arlita sudah begitu lemas setelah menerima pukulan yang membabi buta dari Tomi.

"Sekarang, bawa Mama kamu ke atas dan obati dia seperti biasanya! Jangan pernah kamu muncul di bawah sini, kalau Papa ada di rumah!" perintah Tomi, tanpa ada niat untuk mengulangi lagi.

Gani pun segera menggendong Mamanya dan membawanya ke lantai atas. Tomi kembali duduk di sofa dengan santai, lalu kembali duduk sambil memasang wajah tenang seperti biasa.

"Bi Lastri, cepat bersihkan semuanya," perintah Tomi, dengan nada seperti biasanya.

"Baik, Tuan," sahut Bi Lastri dengan cepat.

Tomi kini membuka ponselnya dan membaca semua pesan yang masuk dari kantor. Di lantai atas, Gani kini tengah membersihkan semua darah dan luka yang didapat oleh Arlita setelah Tomi mengamuk. Arlita sendiri hanya bisa menangis tanpa suara. Dirinya kini kembali merasakan penderitaan itu, setelah setahun lamanya semua kekejaman Tomi terhentikan oleh hadirnya Ziva.

"Maafkan Gani, Ma," lirih Gani, sambil menahan airmatanya. "Ini semua salah Gani. Gani memang bodoh, sehingga membuat Ziva akhirnya tidak lagi ingin memberikan kesempatan kedua."

Arlita meraih tangan Gani dan membuatnya mendekat. Jarak mereka menipis, dan Gani bisa merasakan embusan nafas Mamanya tepat di telinga.

"Balas dendam pada Rere! Dia adalah penyebab semua kehancuran yang kembali terjadi di dalam keluarga kita! Pada Rere-lah sebaiknya kamu membalas dendam!" desis Arlita, agar Gani paham dengan keinginannya.

* * *

TELUH BAMBUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang