3 | Mempertanyakan Maksud

1.5K 137 3
                                    

Setelah melewati satu jam perjalanan dari Bandara Internasional Kualanamu, mereka akhirnya tiba di rumah saudara ipar Jonathan. Satpam yang menjaga gerbang rumah itu membukakan pagar setelah mendengar suara klakson sebanyak dua kali. Setelah minibus milik Jonathan terparkir sempurna di halaman rumah megah itu, Rasyid pun memberi kode pada anggota timnya untuk segera turun. Ziva dan Raja langsung mengawasi situasi di sekeliling rumah itu dari posisi mereka berdiri. Jonathan sempat memperhatikan ketika Ziva dan Raja sama-sama menatap ke arah atap rumah begitu lama.

"Itu dua orang anggota tim kalian sedang apa? Kenapa mereka terus mengawasi atap-atap rumah?" tanya Jonathan kepada Tari yang saat itu sedang menimang-nimang Batagor.

"Mereka sedang mengamati situasi di sini, Pak Jo. Mereka berdua adalah orang-orang yang bisa melihat makhluk tak kasat mata di dalam tim kami," jawab Tari.

Jonathan pun mengangguk-anggukkan kepalanya, pertanda dirinya sudah paham dengan apa yang sedang dilakukan oleh Ziva dan Raja. Ziva kini menatap ke arah Raja setelah selesai mengawasi sekeliling atas rumah yang mereka datangi.

"Ada yang aneh, Ja," ujar Ziva.

"Apa yang aneh, Ziv? Hanya karena beberapa makhluk bukan terlihat ada di bagian atas rumah, kamu berpikir ada yang aneh?" tanya Raja, sambil mengerenyitkan keningnya.

"Iya. Justru karena beberapa makhluk yang kita lihat tidak berada di bagian atas rumah, yang membuat segalanya menjadi aneh bagiku. Ada arti tersendiri ketika kita melihat lokasi keberadaan makhluk-makhluk itu, Ja," jelas Ziva.

Ziva pun segera berjalan mendahului Raja untuk mengambil kopernya. Raja pun mengikuti langkah Ziva untuk ikut mengambil ransel miliknya. Mereka kemudian diarahkan oleh Jonathan menuju salah satu rumah yang berada di dekat rumah utama. Di dalam rumah itu terdapat beberapa kamar pada lokasi yang berbeda-beda. Tiga kamar di lantai bawah, tiga kamar di lantai atas. Jonathan keluar dari rumah itu setelah mengantar mereka. Urusan pembagian kamar jelas bukan urusannya.

"Aku, Rasyid, dan Batagor akan menempati salah satu kamar di bawah," ujar Tari.

"Aku akan menempati salah satu kamar di atas," sahut Hani.

"Iya, aku juga akan mengisi kamar di atas. Mungkin yang tepat di sebelah kamar Hani," tambah Ziva.

"Kalau begitu Raja dan Mika harus menempati dua kamar kosong di bagian bawah. Satu kamar yang tersisa di lantai atas tidak masalah jika harus kosong, tapi tidak dengan kamar di lantai bawah. Kita sebaiknya mencegah hal-hal yang tidak diinginkan," saran Rasyid.

"Ya, itu benar. Kami setuju kok dengan saranmu, Ras," sahut Ziva dengan cepat.

Raja tampak keheranan dengan apa yang baru saja ia dengar. Ia sudah berencana ingin menempati kamar di sebelah kamar Ziva sejak tadi. Namun niat itu harus batal setelah ia mendengar hal yang tidak lazim.

"Maksudnya gimana? Kita sebaiknya mencegah hal-hal yang tidak diinginkan? Mencegah hal-hal yang tidak diinginkan apa yang kalian maksud?" tanya Raja.

Mika pun segera merangkul Raja dengan cepat setelah mendengar pertanyaan yang pria itu ajukan.

"Insya Allah nanti aku ceritakan sama kamu, Ja," janji Mika. "Sekarang sebaiknya kita segera tempati kamar-kamar yang sudah ditentukan, lalu beristirahat sebelum kembali bekerja besok pagi."

Mereka pun akhirnya berpisah menuju kamar masing-masing. Raja masih sempat menatap ke arah Ziva yang kini tengah mengangkat kopernya menuju lantai atas bersama-sama dengan Hani. Ia benar-benar harus mengurungkan niatnya menempati kamar di samping kamar Ziva setelah mendengar soal hal-hal tidak diinginkan yang harus dihindari. Ia memasuki kamar yang dipilihnya, lalu segera menyimpan ransel tepat di samping tempat tidur. Berbaring sejenak adalah tujuan pertamanya malam itu. Ia mengeluarkan ponsel dan mulai mengetik pesan dengan cepat.

KAKANDA RAJA

Mau menjelaskan padaku soal apa maksud kata-kata Rasyid tadi?

Ziva--yang mendengar ponselnya berbunyi--segera menyudahi kegiatan bersih-bersih yang ia lakukan. Wajah basahnya segera ia seka dengan handuk kecil yang tersampir di pundak. Ziva sudah merasa jauh lebih segar setelah berganti pakaian, mencuci muka, dan menyikat giginya malam itu. Ia segera membuka pesan yang masuk dari Raja, seraya berbaring di tempat tidur.

ADINDA ZIVA
Mika sudah menjanjikan akan cerita padamu, Kakanda Raja. Mika harus bisa menepati janjinya, agar besok tidak perlu ada yang mengomel padaku sepanjang hari karena telah membuatnya tidak bisa memenuhi janji yang sudah dia buat padamu. Mika itu selalu ingat dengan janjinya, dan akan merasa tidak senang kalau tidak bisa memenuhinya.

Ziva membetulkan letak bantal pada kepalanya, ketika sedang menunggu balasan dari Raja. Balasan itu masuk tak lama kemudian, membuat Ziva segera membacanya tanpa berlama-lama.

KAKANDA RAJA
:-( Padahal aku ingin dengar penjelasannya dari kamu. Tapi ya sudahlah. Aku akan tunggu Mika cerita saja, daripada aku harus melihatnya mengomel padamu sepanjang hari. Sekarang kamu lagi apa? Sudah siap untuk tidur?

ADINDA ZIVA
Aku sudah ganti baju, cuci muka, dan sikat gigi. Sekarang sudah di tempat tidur dan sedang berbalas pesan dengan Kakanda Raja yang tampaknya sedang kecewa karena tidak bisa bersebelahan kamar denganku. Aku benar 'kan, kalau kamu sedang merasa kecewa karena tidak bisa bersebelahan kamar denganku? Karena hal itu jelas melawan janjimu yang selalu ingin berada di sisiku kapan pun dan di mana pun.

Di kamar bawah, Raja pun tertawa sambil menyeka wajah basahnya yang baru selesai ia bersihkan. Entah kenapa ia selalu merasa terhibur setiap kali Ziva menebak dengan tepat sesuatu yang terkait dengan dirinya.

KAKANDA RAJA
Kamu itu cenayang atau apa? Kok selalu bisa menebak dengan tepat ketika aku melakukan sesuatu atau ketika aku membicarakan sesuatu?

ADINDA ZIVA
Aku ini Psikolog, Kakanda Raja. Jelas aku bisa langsung menebak tentang apa yang sedang terjadi hanya dari melihat gesturmu (jika kita saling berhadapan) atau dari caramu membicarakan sesuatu padaku (baik itu bicara secara langsung ataupun melalui tulisan seperti sekarang). Oh ya, aku sudah ngantuk berat. Boleh aku tidur duluan, Kakanda Raja?

KAKANDA RAJA
Oh? Kamu Psikolog? Kok enggak kerja di rumah sakit atau buka praktek mandiri? Iya, boleh. Segeralah tidur sebelum ayam jantan berkokok.

ADINDA ZIVA
Ayam jantan sudah berkokok sejak kita tiba di Bandara Kualanamu pada pukul satu dini hari tadi, Kakanda Raja. Jangan buat aku jadi ingin menceramahi kamu, deh.

Raja pun tertawa terbahak-bahak saat membaca nada sebal di dalam kalimat yang Ziva tulis. Ia sengaja tidak membalas lagi pesan dari wanita itu, agar wanita itu bisa segera beristirahat. Raja mendekat ke arah jendela untuk menutup gorden yang masih terbuka sebagian. Pada saat itulah ia bisa melihat satu sosok yang berada di luar dan tengah menatap tepat ke arahnya.

* * *

TELUH BAMBUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang