Raja segera mendekat pada Rasyid dan Mika, lalu masuk ke kamar Tanjung di lantai dua untuk mengurusnya seperti yang sudah direncanakan. Rianti dan Jonathan kini sedang duduk bersama Tari serta Hani di ruang tengah rumah itu. Ziva mendekat dan duduk tepat di samping Rianti. Rianti menatapnya dari dekat, lalu Ziva pun segera meminta izin untuk memegang kedua tangan Rianti. Ziva diberi izin, Jonathan mulai memperhatikan ketika Ziva membuka kedua telapak tangan Adiknya.
"A'udzubillahi minasy-syaithaanirrajiim. Bismillahirrahmanirrahim. Bismillahilladzi laa yadhurru ma'asmihi syai'un fil ardhi wa laa fissamaa'i wa huassami'ul 'alim," lirih Ziva, lalu meniup kedua telapak tangan Rianti sebanyak tiga kali.
"Mohon maaf," sela Jonathan, "kalau boleh aku tahu, untuk apa Dek Ziva melakukan hal barusan itu kepada Adikku?"
"Untuk menghindari serangan gaib yang tidak terduga, Pak Jo," jawab Hani.
"Hal pertama yang dilakukan oleh seorang tamu ketika datang ke rumah seseorang adalah berjabat tangan dengan orang yang dia tuju. Maka dari itulah Ziva membentengi diri Bu Rianti melalui kedua telapak tangannya. Jika ada serangan gaib yang akan diberikan kepada Bu Rianti ketika berjabat tangan dengan orang-orang yang datang ke sini, maka Insya Allah Bu Rianti akan tetap aman. Siapa pun yang mengirim teluh bambu kepada Pak Tanjung, jelas juga ingin membuat Bu Rianti merasakan hal yang sama," jelas Tari.
Jonathan pun mengangguk-anggukkan kepalanya, setelah mendengar penjelasan mengenai apa yang dilakukan oleh Ziva. Ziva pun kini memberi tanda pada Tari untuk segera menjelaskan pada Rianti dan Jonathan mengenai rencana mereka.
"Begini Bu Rianti," Tari memulai. "Kami sudah selesai melakukan perkerjaan pertama, yaitu membuat Pak Tanjung berhenti merasakan sakit pada seluruh tubuhnya dan membentengi halaman serta rumah ini agar terhindar dari kiriman makhluk-makhluk tak kasat mata yang dikirim oleh si pengirim teluh. Selanjutnya ... setelah Pak Tanjung tidak lagi merasa kesakitan dan makhluk-makhluk tak kasat mata itu pergi dari sini, maka si pengirim teluh bambu itu akan mulai merasa penasaran tentang siapa yang sudah berani mengusik kegiatan menyenangkan yang dia lakukan terhadap Pak Tanjung. Maka dari itu kita harus bersiap-siap untuk menyambut siapa pun yang akan datang ke rumah ini. Intinya, orang itu tidak akan datang sendirian ke sini dan akan membawa orang lain bersamanya. Dia jelas tidak mau Bu Rianti langsung tahu kalau dirinya adalah orang yang sudah mengirimkan teluh bambu pada Pak Tanjung."
Rianti tampak gugup dan sesekali menatap ke arah Jonathan. Jonathan sendiri terlihat berusaha menenangkan dan menguatkan Adiknya. Seakan Jonathan mengatakan bahwa sebaiknya Rianti mengikuti semua hal yang dikatakan oleh Tari pada saat itu.
"Baiklah, aku paham Dek Tari. Lalu, apa yang harus aku lakukan jika memang akan menghadapi orang-orang yang datang itu?" tanya Rianti.
"Bu Rianti bersikap wajar saja seperti biasanya," jawab Hani. "Kami berenam yang akan bermain peran pada saat ada orang yang datang ke rumah ini. Aku akan berperan sebagai Sekretaris sementara Pak Tanjung dan Tari akan berperan sebagai Kepala asisten rumah tangga di rumah ini. Sementara Ziva yang akan berperan menjadi asisten rumah tangga dan Bu Rianti wajib meminta kepada Tari untuk menyediakan apa pun yang biasanya disajikan untuk tamu. Nanti Tari yang akan meminta Ziva untuk membawa semua sajiannya keluar."
"Dan apa yang akan dilakukan oleh ketiga rekan pria kalian pada saat itu?" tanya Jonathan.
"Rasyid akan berperan sebagai tukang kebun, dia akan ada di samping rumah bersama Pak Jo dan Batagor. Mika akan berperan sebagai asisten khusus Pak Tanjung, sementara Raja akan berperan sebagai sopir dan hal itulah yang akan dia gunakan akhirnya ketika akan mengikuti orang yang mengirim teluh bambu kepada Pak Tanjung, bersama dengan Ziva. Mereka akan berperan penuh dalam urusan sandiwara ini," jawab Tari.
"Tunggu ... Batagor? Maksudnya, kami akan makan Batagor di samping rumah?" tanya Jonathan lagi.
Tari dan Hani meringis kompak saat mendapat pertanyaan seperti itu dari Jonathan.
"Batagor itu nama kucingku dan Rasyid, Pak Jo," jawab Tari.
"Oh ... kucing cantik yang mahal itu namanya Batagor? Sama seperti nama makanan, ya?"
Jonathan tampak heran, namun keheranan itu segera dihentikan oleh Rianti yang masih ingin banyak bertanya.
"Tapi ... semua orang tahu kalau aku tidak pernah mempekerjakan siapa pun untuk mengurus rumah ini. Jadi, apa yang harus kukatakan jika ada yang tiba-tiba bertanya mengenai hal itu?" tanya Rianti.
"Bu Rianti bersikap alami saja dan katakan bahwa akhirnya Ibu sadar kalau pekerjaan rumah dan semua hal tidak bisa dikerjakan sendirian. Maka dari itulah Ibu mempekerjakan tukang kebun, asisten rumah tangga, serta sopir," saran Ziva.
"Dan menurutmu itu tidak akan ketahuan sebagai sebuah kebohongan oleh orang yang mengirim teluh?" Jonathan terlihat sangsi.
"Insya Allah tidak akan ketahuan, Pak Jo. Selama Bu Rianti bersikap santai dan alami, maka semuanya akan aman-aman saja," Tari berupaya meyakinkan Jonathan.
Sekitar setengah jam kemudian, Rasyid, Mika, dan Raja akhirnya keluar bersama Tanjung yang sudah selesai mandi serta melaksanakan shalat dhuha. Tanjung juga sudah diberi tahu oleh Rasyid mengenai sandiwara yang akan mereka jalani. Wajah Tanjung terlihat jauh lebih segar setelah mandi dan shalat. Rianti pun mendadak gemetar saat menyambutnya di lantai bawah, saat melihat kondisi Tanjung yang sudah bisa kembali berjalan meski masih perlahan-lahan.
Tanjung tersenyum dan langsung menghapus genangan airmata pada kedua mata Rianti. Mereka pun segera berjalan bersama menuju ke sofa yang ada di ruang tengah rumah itu.
"Aku sudah dengar soal Rosi. Aku benar-benar tidak menyadari apa-apa saat dia menggunakan pelet terhadapku. Aku harap, jika ada sikapku yang sangat keterlaluan kepadamu, maka kamu akan memaafkan sikapku itu Dek. Demi Allah aku tidak pernah sama sekali berniat untuk menyakitimu. Bahkan saat aku di luar bersama Rosi selama ini, tidak pernah satu kali pun aku punya niatan untuk main gila dengannya. Aku selalu berada jauh darinya dan aku selalu mengusahakan hal itu selama dia bekerja bersamaku," ujar Tanjung, tampak sangat menyesal karena pernah mempercayai Rosi.
"Iya, aku paham Bang. Aku juga yakin kalau Abang tidak akan pernah menyakiti aku. Intinya, mulai sekarang sebaiknya Abang bekerja saja dengan karyawan laki-laki. Kita tidak pernah bisa menebak hati manusia, Bang. Bahkan sakitnya Abang saat ini pun menurut Dek Ziva adalah kiriman dari orang terdekat kita sendiri. Demi Allah aku ingin sekali tidak mempercayai dugaan itu, Bang. Kamu tahu betapa aku sangat menghargai keluarga besarmu ataupun keluarga besarku. Tapi melihat betapa yakinnya Dek Ziva dengan dugaannya itu, mau tak mau aku harus mencoba mempercayainya. Dan kalau sampai terbukti, Bang, aku jelas tidak akan tinggal diam. Aku akan membuatnya membayar tindakan jahatnya terhadap Abang," janji Rianti.
Tanjung pun mengangguk-anggukkan kepalanya, lalu segera mendekap Rianti sambil menangis. Ziva menutup kedua matanya saat merasakan ada hawa berbeda yang kembali muncul di sekitaran rumah itu.
"Kuntilanak itu kembali lagi," ujar Ziva. "Mungkin si pengirim teluh bambu itu sudah hampir berada di dekat sini," tambahnya, tanpa ragu.
* * *
KAMU SEDANG MEMBACA
TELUH BAMBU
Horror[COMPLETED] Seri Cerita TELUH Bagian 2 Setelah melewati kasus pertama bersama Ziva sebagai partner kerjanya, Raja pun memutuskan untuk menetap dan tidak akan lagi mencari pekerjaan lain. Ia merasa nyaman bekerja bersama Ziva, terutama setelah Raja b...