Jonathan tiba di lokasi tempat mobilnya--yang dipakai oleh Raja dan Ziva--dan mobil milik Dudi terparkir. Beberapa orang anggotanya yang ikut dalam upaya penelusuran itu kini mengikuti langkah Jonathan yang akan memasuki area hutan. Jonathan berusaha menghubungi Ziva, agar bisa mendapatkan informasi tentang keadaan yang terjadi di dalam hutan tersebut.
"Halo, assalamu'alaikum Pak Jo," sapa Ziva, dengan suara amat lirih.
"Wa'alaikumsalam, Dek Ziva. Kalian sudah ada di dalam hutan?" tanya Jonathan.
"Iya, Pak Jo. Kami sudah di dalam sini. Sekarang kami sedang melihat seorang dukun yang tengah berupaya memulai lagi ritualnya. Pak Dudi dan Bu Erin sedang diarahkan untuk bertapa oleh dukun itu. Raja akan datang menjemput Bapak dan anggota Bapak. Kalian tidak boleh melalui jalan setapak yang dilalui oleh Pak Dudi dan Bu Erin," jawab Ziva, sebisa mungkin suaranya ia buat jelas meski hanya berupa bisikan.
"Oke. Kalau begitu aku akan tunggu Dek Raja di sini, baru setelah itu kami akan mendatangi kamu," balas Jonathan.
Ziva pun langsung menutup telepon begitu saja, karena akan mengabari Rasyid untuk melakukan langkah selanjutnya terhadap Tanjung.
ZIVA
Lakukan ruqyah luar dan dalam terhadap Pak Tanjung sekarang juga. Bentengi Pak Tanjung sebisa yang kalian mampu. Aku akan menyerang dukun itu saat waktunya sudah tepat. Kalau dirasa kamu dan Mika tidak cukup menerima bantuan, minta tolonglah pada kedua Adik Pak Tanjung yang ada di sana. Ingat, jangan biarkan Bu Rianti melihat prosesnya. Dia tidak akan kuat.Rasyid membaca pesan itu, lalu menunjukkannya kepada Mika. Mika paham dengan arahan itu, lalu segera memberi tanda pada Hani dan Tari bahwa mereka akan segera memulai pekerjaan selanjutnya.
"Pak Tanjung, mari ikut dengan kami berdua ke atas. Kami akan melanjutkan pekerjaan kami untuk mengurus Pak Tanjung," ajak Rasyid.
"Jika tidak keberatan, Pak Reno dan Pak Riko boleh ikut dengan kami. Bantuan kalian akan sangat kami butuhkan, karena saat ini anggota kami yang bernama Raja serta Pak Jo sedang tidak ada di sini untuk bisa memberikan bantuan," jelas Mika.
"Iya, tentu. Insya Allah kami tentu bisa ikut membantu," tanggap Reno dengan cepat.
"Bagaimana dengan aku, Dek? Apa aku boleh ikut juga ke atas?" tanya Rianti.
"Sebaiknya Bu Rianti di sini saja bersama dua rekan kami yang lain. Yang akan kami lakukan untuk mengurus Pak Tanjung kali ini jauh berbeda dengan saat kami membantunya mandi, tadi," jawab Rasyid.
"Itu benar, Bu Rianti. Sebaiknya Ibu di sini saja bersama kami agar semuanya bisa cepat diselesaikan dan Pak Tanjung bisa cepat dijauhkan dari ancaman teluh bambu yang mungkin saja akan kembali lagi," Tari ikut membujuk Rianti.
Rianti akhirnya menuruti bujukan Tari, lalu kembali duduk di sofa bersama Rania dan Dira. Tanjung kini dipapah oleh Reno dan Riko menuju ke atas, sementara Rasyid dan Mika sudah lebih dulu tiba di sana untuk mempersiapkan apa yang mereka butuhkan.
"Nanti kalau Bu Rianti mendengar suara teriakan Pak Tanjung, jangan kaget ya, Bu. Itu adalah hal biasa yang sering terjadi ketika kami sedang bekerja dan membantu korban teluh. Insya Allah Pak Tanjung akan baik-baik saja, karena kedua rekan kami akan membantu untuk membentengi diri Pak Tanjung dari luar maupun dari dalam," jelas Hani.
"Tapi kalau ternyata akan ada apa-apa pada Suamiku bagaimana, Dek? Aku khawatir sekali," ungkap Rianti.
"Ibu tidak mau dukun yang saat ini sedang kita lihat ritualnya melalui layar laptop itu kembali menyerang Pak Tanjung, bukan? Ibu ingin semuanya kembali seperti biasa, 'kan? Kalau Ibu ingin semuanya selesai dan kembali seperti sediakala, maka tolong abaikan saja suara teriakan Pak Tanjung yang akan terdengar sampai ke sini. Ini demi kebaikan Pak Tanjung dan Bu Rianti sendiri," jelas Tari, agar Rianti paham dengan yang mereka kerjakan.
Rania segera memeluk Rianti dengan erat, agar Rianti bisa tabah menghadapi keadaan yang sedang tidak stabil.
"Sabar, Kak. Sabar. Aku dan Kak Dira ada di sini untuk menemani Kakak. Insya Allah kami tidak akan meninggalkan Kakak dan Bang Tanjung, sesulit apa pun keadaanya," janji Rania.
"Bahkan kalau aku diberi izin untuk membuat mereka berdua babak belur pun, aku jelas tidak akan menyia-nyiakan izin itu. Kalau perlu akan kujambak rambut mereka sampai rontok tidak ada sisa," tambah Dira, yang tampaknya sangat gemas dengan apa yang dilihatnya pada layar laptop.
"Jangan, Dek. Nanti Mamak dan Bapak bisa shock kalau kamu memberi mereka pelajaran. Biar saja Allah yang memberi mereka pelajaran. Kita tidak perlu mengotori tangan untuk membalas dendam, karena itu akan membuat kita menjadi sama saja dengan mereka," larang Rianti, sambil meraih Dira untuk dirangkul.
"Nah ini ... Kakak terkadang terlalu baik dan terlalu pasrah terhadap orang lain," sahut Dira, sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
Raja tiba di pinggir hutan untuk menjemput Jonathan. Jonathan menatapnya seakan butuh sebuah penyampaian atau laporan mengenai keadaan di dalam hutan.
"Aku tahu kalau Pak Jo butuh informasi, tapi sebaiknya Pak Jo melihat sendiri apa yang tengah Pak Dudi dan Bu Erin lakukan di dalam hutan itu bersama seorang dukun pemelihara kuntilanak. Oh ya ... jangan kaget kalau nanti akan ada banyak kuntilanak yang bisa Bapak lihat bersama anggota-anggota Bapak. Saat ini dukun itu sedang beraksi, jadi semua kuntilanaknya akan menampakkan diri agar bisa terlihat oleh Pak Dudi dan Bu Erin. Bagi orang-orang yang memiliki mata biasa seperti Pak Jo, kuntilanak-kuntilanak itu akan terlihat sangat jelas serta beterbangan ke sana kemari di puncak pepohonan," jelas Raja, sebisa yang ia mampu.
"Sebanyak apa kuntilanaknya?" tanya salah satu anggota tim yang Jonathan bawa.
Raja menatap ke arah orang itu dan memperlihatkan wajah yang sangat jauh dari kesan 'segalanya baik-baik saja'.
"Banyak, Pak. Sangat banyak," jawab Raja, yang sudah jelas tak mampu menghitung berapa banyaknya kuntilanak peliharaan dukun itu.
"Dan kamu meninggalkan Dek Ziva di dalam hutan sana sendirian? Kenapa kamu tidak membawa dia ke sini biar lebih aman? Kalau dia diserang bagaimana?" tanya Jonathan, terdengar sedikit panik.
"Pak ... dia yang punya ilmu, bukan aku. Aku cuma bisa melihat hal-hal tak kasat mata, sementara keahlian dia lebih daripada aku," jelas Raja.
Jonathan jelas masih sangsi soal perkara yang baru saja dikatakan oleh Raja. Ia belum tahu kalau Ziva memang ujung tombak di dalam timnya, sehingga membuat Raja yakin untuk pergi sebentar dari sisinya demi menjemput Jonathan. Mereka akhirnya berjalan bersama memasuki area hutan tersebut, melalui jalan lain yang tadi ditempuh oleh Raja dan Ziva.
* * *
KAMU SEDANG MEMBACA
TELUH BAMBU
Horror[COMPLETED] Seri Cerita TELUH Bagian 2 Setelah melewati kasus pertama bersama Ziva sebagai partner kerjanya, Raja pun memutuskan untuk menetap dan tidak akan lagi mencari pekerjaan lain. Ia merasa nyaman bekerja bersama Ziva, terutama setelah Raja b...