EPILOG

1.7K 144 17
                                    

Raja langsung mencoba menghubungi Rasyid setelah dirinya dan Ziva tiba di Bandara Soekarno Hatta sore itu. Rasyid terdengar begitu lega setelah tahu kalau Ziva dan Raja sudah tiba dengan selamat. Pasalnya, Rasyid dan yang lainnya baru akan berangkat dari Bandara Internasional Kualanamu satu jam lagi menuju Bandara Soekarno Hatta. Setelah menelepon Rasyid, Raja pun segera memesan taksi online agar bisa mengantar Ziva sampai ke rumahnya. Ziva tampak sedikit lelah, namun berusaha mati-matian untuk terlihat baik-baik saja. Sayangnya, Raja tahu betul bahwa Ziva sedang dalam keadaan tidak baik-baik saja saat itu.

"Ziv ...."

"Aku harus mencegah Ayah dan Ibuku mengurusi Rere, Ja. Aku sudah meminta mereka untuk menunggu kedatanganku, karena aku ingin menjelaskan sesuatu pada mereka," ujar Ziva, tiba-tiba.

Raja pun menganggukkan kepalanya beberapa kali, usai mendengar apa yang Ziva katakan. Ziva kini menoleh ke arah Raja yang duduk tepat di sampingnya dan belum mengalihkan tatapannya ke arah lain sejak mereka berada di pesawat siang tadi.

"Kalau pada akhirnya kamu merasa aku egois karena berusaha mengabaikan Rere, kamu boleh mengatakannya mulai dari sekarang. Aku benar-benar tidak ingin keluargaku terlibat dalam kehidupan Rere, karena dia adalah orang yang paling hobi membuat masalah agar aku terkena masalah. Aku capek, Ja. Aku capek menghadapi dia, tapi aku berusaha terus bertahan dan diam agar tidak perlu ada yang sadar kalau aku capek menghadapinya. Andai dia bukan keponakan Ayahku, maka sudah lama aku berhenti untuk memiliki hubungan dengannya. Tapi dia adalah keponakan Ayahku, Ja. Mau tidak mau aku harus tetap menghargainya dan menganggap dirinya sebagai keluarga. Padahal aku sudah tidak sanggup, Ja. Aku sudah tidak sanggup."

Ziva berhenti sejenak untuk menghapus airmatanya yang sulit sekali untuk ditahan kali itu.

"Sekarang dia mulai lagi memainkan peran yang baru. Menempatkan seakan dirinya adalah korban dari hal yang dia buat sendiri. Aku sudah banyak kehilangan teman karena ulahnya yang menempatkan aku di dalam sebuah masalah. Maka jangan heran kalau temanku sampai hari ini hanya Tari, Mika, dan Hani. Aku tahu, Ibumu telah dia jadikan alat hari ini dan dibuat merasa bersimpati atas diri Rere. Tapi aku punya bukti, bahwa apa yang dia perlihatkan pada Ibumu secara sengaja ataupun tidak, adalah sebuah kebohongan besar lainnya yang sudah dia rencanakan. Jadi kalau nanti kamu merasa aku sangat egois setelah membongkar semua tentang Rere di depan kedua orangtuaku maupun di depan Ibumu, aku harap kamu akan mengatakannya secara langsung di hadapanku, Ja. Nanti aku akan terlihat sangat ingin memojokkan Rere di depan mereka bertiga. Jadi setidaknya biarkan aku tahu, kalau aku akan kembali kehilangan seorang teman akibat membuka kenyataan tentang Rere. Karena sejak dulu, temanku selalu meninggalkan aku begitu saja setelah Rere menempatkan aku di dalam masalah. Janji, Ja," pinta Ziva, yang kini sudah kembali bersikap tegar seperti biasanya.

Raja pun segera menatap ponselnya, lalu terlihat mengetik sesuatu di sana. Setelah itu Raja kembali menatap Ziva, lalu menggenggam tangannya dengan erat.

"Aku enggak perlu menjanjikan apa pun sama kamu. Aku percaya kamu dan hal itu tidak akan pernah goyah meski Rere sendiri yang mendatangkan masalah tentang kamu ke hadapan aku. Insya Allah, semuanya akan selalu baik-baik saja. Mari kita hadapi semuanya sama-sama," Raja meyakinkan Ziva agar menjadi semakin kuat.

Taksi online yang mereka tumpangi saat itu memasuki halaman rumah Keluarga Adinata. Raja dan Ziva langsung turun setelah membayar ongkos perjalanan dan menurunkan barang dari bagasi. Mereka tampaknya sudah ditunggu-tunggu oleh Faris, Mila, maupun Retno. Mila langsung memeluk Ziva dengan erat dan tampak lega karena saat itu belum ada tindakan apa pun yang mereka lakukan untuk Rere.

"Ibu, Ayah, dan bahkan Ibunya Raja sudah dengar semua penjelasanmu kepada Raja," ujar Mila, saat mereka semua sudah berada di dalam rumah.

Ziva pun menoleh ke arah Raja selama beberapa saat. Namun Raja hanya menganggukkan kepalanya dan memberi tanda pada Ziva untuk mendengarkan saja apa yang dikatakan oleh Mila saat itu.

TELUH BAMBUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang