TOK! TOK! TOK!
"Buka pintunya!" Teriak seseorang dari luar dengan kencang.
Stella yang sedang memandangi foto mendiang ibunya di samping kasur tipisnya pun terkejut. Badannya seketika bergetar mengetahui siapa yang datang. Stella beringsut menjauh hingga tubuh mungilnya menabrak dinding kamar.
"BUKA!"
Masih di tempat yang sama, Stella tak punya cukup nyali untuk membuka pintu itu. Netra indahnya menatap tak berkedip kearah depan.
Jari-jemarinya saling bertautan untuk menguatkan dirinya sendiri.BRAK!!
Pintu dibuka paksa dari luar. Seorang pria bertubuh kekar dan seorang gadis ber-kepang terlihat jelas diambang pintu. Pria itu berjalan mendekat kearah Stella dengan wajah penuh amarah, sementara gadis itu berdiri menyenderkan punggungnya santai di dekat pintu sambil bersidekap dada.
Plak! Plak! Plak!
Tiga tamparan keras sekaligus di dapatkan oleh Stella, membuat pipinya tertoleh ke kanan dan kiri secara bergantian. Mata Stella langsung berkaca-kaca. Ia memegangi pipinya yang terasa sangat sakit dan panas.
"Dimana kamu sembunyikan jam tangan saya?! HAH!" Pria itu mengangkat dagu Stella dan memaksanya untuk melihat matanya.
Stella yang ketakutan pun berusaha menjawab, "a-aku gak tau pah"
"Dasar anak bodoh! Menyusahkan!" Hardik pria yang bernama Bryan itu.
"Asal kamu tau, itu adalah jam tangan edisi limited edition, hanya orang-orang pilihan yang bisa memilikinya. Satu jam yang lalu kamu bertugas membersihkan kamar saya dan sekarang jam tangan itu sudah tidak ada di tempat!!" Lanjut Bryan.
Stella menggeleng lemah, "aku memang membersihkan kamar papa, tapi aku gak pernah nyentuh jam tangan itu pa, bahkan tau bentuknya aja ngga"
"JANGAN PANGGIL SAYA DENGAN SEBUTAN PAPA! KAMU BUKAN ANAK SAYA! KAMU ITU HANYA ANAK YANG TERLAHIR DARI SEBUAH KESALAHAN!!!" Bentak Bryan tepat di depan wajah Stella.
"Udah ketahuan salah, masiihh aja mau ngelak" Celetuk Anna, kakak tiri Stella.
"Pelayan! Seret anak ini keluar rumah! Biarkan dia tidur diluar selama seminggu dan jangan beri dia makan selama 3 hari" Titah Bryan kepada pelayan yang bertugas di lantai 1 itu.
Pelayan yang bernama pak Kemal itu pun hanya menatap iba kearah Stella yang berdiri ketakutan. Ia tau, sebenarnya Stella tidak mungkin melakukan hal seperti itu, tapi apalah daya dirinya yang hanya ber-profesi sebagai pelayan. Tidak mungkin Ia akan membantah ucapan majikannya.
Pak Kemal dengan langkah ragu berjalan mendekat kearah Stella dan Bryan. Ia menarik lembut lengan Stella untuk menjauh dari Bryan. Setidaknya, Ia tidak akan membiarkan Stella mendapat lebih banyak tamparan lagi di tempat ini.
"Saya bilang SERET, pelayan!" Geram Bryan melihat pak Kemal yang terkesan seperti menyelamatkan seorang tawanan dari raja yang kejam.
Stella menatap pak Kemal sebentar, lalu mengedipkan matanya sebelah. Lewat kedipan mata, Stella berusaha meyakinkan pak Kemal bahwa Ia baik-baik saja.
"Lakukan saja apa yang papa minta" Begitulah kira-kira maksud Stella.
Dengan terpaksa, pak Kemal pun berpura-pura menyeret Stella di depan Bryan dan Anna. Namun ketika sudah sampai di depan pintu utama, pak Kemal langsung memeluk hangat tubuh Stella.
"Maaf.. maafin pakde, pakde ngga bisa menyelamatkan kamu lagi Nak.." Ucap pak Kemal dengan suara seraknya.
Stella hanya tersenyum kecil, "ngga apa-apa kok pakde"
Pak Kemal duduk berlutut menyamakan tinggi gadis SMP itu, "malam ini kamu tidur di dalam pos satpam nya pak Karto saja ya, nanti kalau tuan Bryan ngecek, kamu pura-pura tidur di halaman depan lagi, ok?"
"Ok, terimakasih pakde" Stella mengangguk.
"Sama-sama, yang penting Stella jangan sedih-sedih ya, selalu ingat bahwa kami disini sayang banget sama Stella, Stella yang kuat ya Nak.."
"Iya pakde, tapi kenapa ya papa sama kak Anna jahat banget sama aku? Aku salah apa sih pakde? Setiap hari dimarahin terus, padahal aku gak ngelakuin yang aneh-aneh" Tanya Stella dengan wajah murung.
Pak Kemal tertegun sejenak mendengar pertanyaan Stella. Ah, bagaimana cara menjelaskannya pada gadis ini? Tidak mungkin jika dirinya mengatakan bahwa Stella adalah anak hasil perselingkuhan nyonya Rebecca dengan pria lain yang tidak diketahui identitasnya.
"Suatu saat Stella akan menemukan sendiri jawabannya, sekarang Stella tidur dulu ya, udah malem, pakde mau masuk kedalam lagi, takut dicariin sama tuan Bryan" Pak Kemal mengusap pucuk kepala Stella.
Stella hanya mengulum senyum mendengar ucapan pak Kemal yang seperti menghindari pertanyaannya. Sebenarnya bukan jawaban seperti itu yang Ia inginkan, tapi.. ah sudahlah. Mungkin ucapan pak Kemal ada benarnya juga, siapa tau Ia harus tumbuh besar dulu baru mengerti mengapa ayah dan kakaknya begitu membencinya.
***
Sementara di balkon kamar mewahnya, Anna sedang tersenyum puas sambil memandangi bintang-bintang yang menghiasi langit malam. Ia duduk di kursi panjangnya sambil sesekali menyeruput jus jeruk kesukaannya.
"Stella..Stella.. ternyata cukup kuat juga ya kamu bertahan disini" Anna menggeleng-gelengkan kepalanya.
Kekayaan dan jabatan belum tentu menjamin kehidupan seseorang akan bahagia, contohnya seperti keluarga Aditama ini, meski keluarga tersebut menempati peringkat 5 di orang terkaya se-Asia. Kejadian kelam 10 tahun lalu lah yang membuat semuanya berubah drastis, termasuk sifat Anna.
Tidak ada lagi Anna Lorreynza Aditama yang periang dan suka mengoceh, semua itu sudah digantikan dengan Anna yang pendendam dan penuh tipu muslihat. Tujuannya hanya satu, yaitu membuat Stella menderita! Kalau bisa sampai dia mati bunuh diri. Dan kejadian tadi juga termasuk salah satu ulah kelicikan dari Anna.
Flashback on
Sekarang masih jam 7 malam, yang artinya 3 jam lagi papanya akan pulang dari kantor perusahaan. Setelah selesai makan malam, Anna pun berjalan mengendap-endap kedalam kamar papanya. Di kamar itu memang sengaja tidak di pasang CCTV, yang bertujuan untuk menjaga privasi Bryan. Dan hal itu lah yang semakin melancarkan aksi jahat Anna.
Anna berjalan menuju sebuah laci di samping jendela. Ia membuka laci pertama dan menemukan sebuah kotak jam tangan. Anna menyeringai licik, Ia menyembunyikan kotak jam tangan itu dibalik baju nya dan membawa keluar dari kamar Bryan yang entah akan dia bawa kemana.
Setelah mengamankan jam tangan itu, Anna menyuruh salah satu pelayan untuk sengaja menyuruh Stella membersihkan kamar Bryan sebelum Ia pulang kerja dengan alasan untuk kenyamanan Bryan sendiri. Pelayan yang tidak tau apa-apa itu pun hanya menuruti perintah Anna.
"Kamu suruh Stella membersihkan kamar papa, tapi jangan bilang kalau saya yang menyuruh kamu, mengerti?" Titah Anna.
Pelayan itu mengangguk, "mengerti nona"
"Lakukan tugasmu dengan baik" Pelayan itu pun mengangguk patuh.
"Habis kamu kali ini, Stella!" Batin Anna sambil tersenyum licik.
Flashback off
"Aku bakal pastiin hidupmu gak bakal bahagia selamanya Stella, SELAMANYA! Kamu harus ngerasain apa yang aku rasain!" Anna mengepalkan tangannya.
"Sebentar lagi, aku berani bertaruh kalau kamu akan diusir dari rumah ini, liat aja nanti!" Anna tersenyum devil sambil membalik badannya untuk kembali ke kamar.
"Ini baru permulaan"
TBC.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEKAPAN HUJAN | END
Teen FictionJudul awal: BUKAN LEMAH HANYA LELAH "Dia, hujan. Yang selalu mengerti isi getaran kalbu. Membelenggu atma disaat lara menguasai rongga dada. Menyimpan kenangan dalam untaian nadanya yang tak beraturan." **** Kisah ini tentang Stella Maribelle, seora...