Eps. 07

169 43 50
                                    

Hai, thanks everyone yang udah mau ikutin cerita Stella dari awal sampai bab ini yaa

Kalau kalian suka, tolong tinggalkan jejak dengan vote dan komen!

Happy reading..

***

Anna menepis kasar tangan Stella. Ia menghapus kasar air matanya, lalu masuk kedalam mobilnya dan segera melenggang pergi dari tempat itu, meninggalkan Stella dan Eros berdua.

"SHIT! Awas aja, aku gak bakalan lepasin kamu gitu aja Stella!" Geram Anna dalam hati sambil memukul setir mobilnya.

-•-

Stella langsung terduduk lemas di tempat. Ia menangis sejadi-jadinya di atas trotoar itu. Sesak, sakit, pedih. Stella hampir tidak sanggup lagi menahan semua ini. Sepertinya Anna dan Bryan benar adanya jika dirinya hanya benalu di dalam kehidupan mereka yang seharusnya tidak pernah hadir.

"Hiks.. aku gak berhak hidup di dunia ini! Kenapa mama gak bunuh aku aja waktu di kandungan? Kenapa aku harus lahir dengan keadaan dibenci oleh semua orang? Bahkan binatang pun lebih baik di mata papa dan kak Anna dibanding aku!" Racau Stella sambil mengacak-acak rambutnya kasar diselingi dengan Isak tangisnya.

Eros ikut duduk menjiplak di samping Stella, "kamu gak salah Stel, gak ada yang bisa disalahkan disini karena semuanya sudah terlanjur terjadi, ini adalah bagian dari skenario Tuhan yang harus kamu jalani"

Stella menggeleng lesu, "kenapa Tuhan tega banget kasih aku cobaan seberat ini? Kenapa? KENAPA HARUS AKU, ER? AKU GAK SEKUAT YANG KALIAN BAYANGKAN!"

"Ssstt tenang Stel, tenang.. disini ada aku yang gak akan pernah benci kamu" Eros memeluk erat tubuh Stella.

Stella memukul-mukul tubuh Eros yang melingkari tubuhnya sambil menangis terisak. Ia benar-benar stres berat dengan semua ini. Bertahun-tahun lamanya Ia hidup di rumah neraka itu dengan papa dan kakaknya yang sama-sama berhati iblis, bertahun-tahun Stella merasakan kekerasan fisik dan batin, bahkan di sekolah pun Ia masih di-bully habis-habisan.

"Untuk apa aku dilahirkan jika hanya untuk dibenci dan dibenci, Er? Kehadiran ku disini gak pernah diinginkan.." Lirih Stella.

"Semua manusia yang diciptakan Tuhan itu udah ada alasannya masing-masing Stel, termasuk kamu. Udah ya, kamu jangan nyalahin diri sendiri terus, ok? Kamu harus kuat Stella.." Eros menepuk-nepuk punggung Stella.

Stella menatap Eros dengan tatapan sendu, "aku bukan lemah, aku hanya lelah Er, 15 tahun bukan waktu yang singkat untuk aku, bahkan aku selalu berharap bahwa tidak ada lagi hari esok agar aku tidak merasakan sakit kembali"

"Stella.."

Stella mengusap air matanya yang sudah membanjiri pipinya. Ia beranjak berdiri sambil mengambil tas ranselnya yang tadi terjatuh. Dan tanpa berpamitan terlebih dulu kepada Eros, Stella langsung pergi berjalan begitu saja meninggalkan laki-laki itu disana sendirian.

Sementara Eros di tempat pun juga tak berniat untuk mengejar Stella. Biarlah dia menenangkan diri dahulu karena pikiran dan hati Stella saat ini sedang campur aduk. Eros menaiki motor sport nya dan memakai helm. Ia pun mengendarai kendaraannya menuju rumahnya dengan kecepatan rata-rata.

"Aaarrrghhh!" Teriak Eros di tengah keheningan jalan raya.

Jujur saja, saat ini Eros juga sama frustasinya dengan Stella dan Anna. Ia cinta dengan Stella sejak SMP dan tentu saja tidak ingin kehilangan Stella. Tapi di sisi lain, dirinya juga sudah menganggap Anna seperti adiknya sendiri yang harus Ia lindungi dan Ia jaga. Dilema. Ya, satu kata yang cocok untuk menggambarkan perasaan Eros saat ini. Ia sungguh bingung harus bersikap bagaimana dengan keduanya.

Duaarr...

Entah mengapa alam seperti bisa ikut merasakan apa yang mereka bertiga rasakan. Matahari yang tadinya bersinar amat terang sekarang tergantikan oleh gumpalan awan dengan warna hitam pekat. Tidak ada lagi langit biru yang cerah, sekarang sudah digantikan oleh langit kelabu disertai petir dan kilat yang menyala dengan amat mengerikan.

Tes.. tes.. tes...

Eros semakin menambah kecepatan motornya mengetahui bahwa hujan telah turun. Ia tak peduli jika melanggar peraturan ayahnya yang melarang dirinya untuk ngebut di jalanan, yang terpenting Ia tidak terkena air hujan karena Eros adalah salah satu orang yang sangat tidak suka dengan hujan.

Sedangkan Stella, Ia masih berada di trotoar jalan. Gadis itu sengaja memilih jalan yang lebih jauh dari rute biasanya. Sebenarnya, Stella sangat malas jika harus kembali ke rumah itu. Tetapi jika tidak pergi kesana, kemana lagi Stella akan bernaung?

Stella memutuskan untuk duduk di kursi trotoar sebentar. Ia memejamkan matanya sambil mengadahkan kedua tangannya, menikmati setiap detik tetesan dari hujan. Aroma air tanah yang khas langsung semerbak menyeruak di hidungnya. Damai. Itulah yang Stella rasakan setiap kali bersentuhan dengan buliran-buliran air hujan.

Sementara di kamarnya, Anna yang sedang meminum kopi hangat pun segera menuju balkonnya. Ia mendengarkan dengan seksama setiap alunan melodi yang dibentuk dari hujan. Jika Stella menyukai buliran hujan, maka berbeda dengan Anna. Ia menyukai dentingan suara yang ditimbulkan dari hujan. Tenang dan segar. Dua kata yang tepat untuk Anna saat ini.

Tiga orang yang saling bertautan, namun memiliki perbedaan pandangan terhadap hujan, tetapi perbedaan itu tidak memungkinkan takdir mempersatukan mereka. Jika kalian mengira bahwa hanya Stella yang tersiksa disini, kalian sungguh keliru. Karena kita tidak bisa hanya menghakimi seseorang hanya dari satu pihak. Semuanya mempunyai tingkat frustasi nya masing-masing, hanya saja yang membedakan adalah bagaimana cara mereka menghadapi masalah-masalah itu. Apakah dengan bijak dan lapang dada? Atau malah dengan cara licik? Itu tergantung pilihan masing-masing.

***

Hujan sudah mulai reda. Stella berniat melanjutkan kembali perjalanannya menuju rumah karena hari sudah mulai gelap. Ia berjalan cepat menyusuri trotoar yang membawanya ke rumahnya.

Sebuah mobil Alphard berwarna silver bergerak seperti mendekati dirinya. Stella menoleh dan mengamati sebentar, lalu berjalan dengan cepat tanpa menatap kembali mobil itu. Firasatnya mengatakan bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi.

HAP!

Dan benar saja, dari arah belakang, tiba-tiba seseorang membekap mulut Stella dan mengunci pergerakannya. Stella yang panik pun berusaha menendang brutal perut dan orang itu, yaa walaupun tak bisa dipungkiri tenaganya tentu saja kalah jauh.

"Hmmmff, lepasss!"

"Errgghh" Stella masih berusaha berteriak.

"Diam! Arnold, segera suntikkan cairan itu ke tubuhnya sebelum dia memberontak lebih kuat" Titah orang itu.

Seseorang dengan hoodie hitam itu mengangguk. Ia memegang erat lengan Stella yang terus berusaha melepaskan diri. Orang ber-hoodie itu pun mengeluarkan sebuah suntikan cairan berwarna kuning dan langsung menyuntikkannya kepada Stella. Dalam hitungan detik, Stella pun terlepas dari genggaman orang itu dan terjatuh lemas di atas trotoar.

"Segera bawa dia ke dalam mobil!"

Dengan dibantu oleh dua orang bertubuh kekar, Stella pun di angkat dan dimasukkan kedalam bagasi mobil. Dan tanpa menunggu lama lagi, mobil misterius itu segera melesat jauh meninggalkan jalan raya yang teramat sangat sepi.

TBC.

DEKAPAN HUJAN | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang