Eps. 29

158 19 97
                                    

3 hari kemudian....

Stella sudah sadar.

Itu adalah sebuah kabar yang benar-benar membuat mereka bersujud syukur. Keadaan Stella naik drastis. Detak jantung dan pernafasan nya perlahan-lahan kembali normal. Bahkan ketiga dokter kepala hanya bisa menatap tak percaya dengan semua keajaiban yang terjadi.

Hari ini Stella akan dipindahkan ke ruang inap VVIP. Ia akan terus mendapat pengawasan dan pengobatan rutin dari rumah sakit. Bahkan, Agas dan Alina sudah mengurus surat-surat Stella untuk berobat di salah satu rumah sakit terbaik Singapura. Apapun akan mereka lakukan untuk kesembuhan Stella.

Krieek...

Pintu kamar dibuka. Adrian dan keluarganya datang dengan membawa sekeranjang buah-buahan kesukaan Stella.

Eros yang saat itu sedang mengerjakan tugas sekolah di sofa tersenyum. Kemarin memang jadwalnya menjaga Stella. Ia berdiri, memberi salam kepada mereka.

"Pagi sayang, gimana kabar kamu hari ini? Tante ada bawa banyak buah nih, Stella suka kan?" Alina duduk di samping ranjang Stella sambil meletakkan buah-buahan itu diatas nakas.

Stella mengangguk, "alhamdulillah baik Tante, makasih om tante buahnya, jadi ngerepotin nih" ucapnya disusul senyum canggung karena tak enak.

Agas menggeleng, "nggak repotin kok, kita kan udah anggap kamu kayak keluarga"

"Ah iya, Minggu depan kamu bakal berobat di Singapura sayang, kamu siap kan?" Tanya Alina dengan mengelus lembut pucuk kepala Stella.

Stella tidak menjawab. Ia hanya bergeming sambil memainkan jari-jarinya. Perlakuan keluarga Adrian yang sangat baik membuatnya seperti memiliki hutang. Stella benar-benar merasa tidak enak hati.

"Stel?" Panggil Adrian membuyarkan lamunan Stella.

"Iya om, tante.."

Alina dan Agas tersenyum lega. Mereka berlima pun berbincang-bincang hangat sambil sesekali ada beberapa perawat yang lalu lalang mengecek keadaan Stella. Chika tidak bisa menjenguk Stella, Ia harus melaksanakan tugasnya sebagai sekretaris OSIS di sekolah.

Ah, soal Rachila dan antek-anteknya...

Stella belum mengetahui itu semua. Mereka rasa Stella belum sanggup untuk mendengar dan menerima kenyataan pahit itu. Biarlah nanti waktu yang perlahan akan menjelaskan.

***

Pukul 21.00

Ruangan berukuran 5×5 meter itu lenggang. Menyisakan suara desingan AC yang berbisik lembut. Di dalam ruangan itu hanya ada dua orang. Yang satu diatas ranjang, sedang melamun entah memikirkan apa. Yang satu asyik makan cemilan di sofa sambil menonton TV.

"Yan" Panggil Stella lirih.

Adrian mendongak, "iya?"

"Aku pengen ngobrol sesuatu sama kamu"

Gerakan tangan Adrian untuk menghabiskan sebungkus snack itu terhenti. Ia tentu tidak lupa dengan kejadian sebelum Stella kritis seperti ini. Sebenarnya dirinya ingin menjelaskan, hanya saja takut jika Stella malah merasa tidak nyaman.

"B-boleh, tinggal bilang aja" Balas Adrian.

"Tapi aku pengen sambil jalan-jalan di taman, udah lama ga hirup udara segar nih" Stella melirik keluar jendela.

"Udah jam sembilan Stel, angin malam gak baik, besok aja ya?"

Stella menggeleng, "pengennya sekarang"

Adrian menarik nafas panjang, "tapi ini dingin loh Stel"

"Gapapa"

"Serius mau ke taman? Gak ngobrol disini aja?"

DEKAPAN HUJAN | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang