Perempuan itu memegang wajah Stella, "gue bukan iblis Stel, kenalin.. nama gue Lily, gue tunangannya Eros"
"APA?!"
-•-
Stella menatap tak percaya kearah perempuan di depannya ini. Jantungnya seakan berhenti berdetak. Hatinya yang sudah sering terluka, sekarang tersayat kembali, bahkan lebih dalam dan sakit. Stella menggeleng kuat-kuat, berharap perempuan ini hanya omong kosong belaka.
"B-bagaimana bisa kamu jadi tunangannya Eros? Itu terlihat sangat tidak masuk akal!"
"Ya bisa dong, kenapa gak bisa? Perjanjian bisnis? Obsesi orang tua? I don't know, gue kira lo lumayan pinter buat nebak sendiri"
"Kalau kamu memang tunangannya Eros, kenapa dia gak pernah kasi tau aku? Padahal aku sama dia udah deket sedari kecil"
Lily mengulum senyumnya, "kenal dari kecil bukan jaminan buat jadiin lo orang penting di dalam hidupnya kan?"
Deg!
Stella menggeram tertahan. Perempuan ini sebenarnya mengatakan hal yang benar atau hanya ingin menguji kesabaran dirinya?
"Terus buat apa kamu nyulik aku disini? Ga ada gunanya juga" Tanya Stella dengan mata menelisik.
"Haduh, Stella.. Stella.."
"Ya lo pikir sendiri lah, kira-kira siapa orang yang gak cemburu kalau lihat dan tau tunangannya suka sekaligus dekat sama cewek lain?" Lanjut Lily sambil mengangkat satu alisnya.
Stella mendengus, "dia yang deketin aku duluan"
"Ooh gitu, lo kira gue gatau kalau lo juga suka dia? Hey, kita sama-sama perempuan, guys"
Baiklah, Stella sudah benar-benar muak berhadapan dengan Lily, apalagi cara bicaranya yang benar-benar genit dan dibuat-buat.
"Sekarang gue cuma punya 2 pilihan buat lo"
"Apa?"
"Ambil dan minum ini, atau mati?" Lily mengambil sebuah botol kaca besar yang berisi minuman berwarna merah di pojok ruangan dan menuangkannya kedalam gelas kecil.
Stella mengernyit, "a-apa yang kamu mau lakuin? lepasin aku! minuman macam apa itu?"
Lily berjongkok dibawah Stella sambil mengangkat gelas itu tepat di depan wajahnya, "PILIH SEKARANG ATAU GUE YANG MILIHIN?!"
Stella menelan saliva-nya gugup, "a-aku gabisa kalau minum alkohol kayak gitu"
Lily tertawa kecil, "dasar bocah polos"
"Ok deh, karena gue baik hati, jadi gue saranin lo minum aja minuman ini, tenang ajaa.. lo gak bakal mati kok" Lanjutnya dengan seringai licik.
Stella menggeleng kuat-kuat. Ia benar-benar tidak pernah meminum alkohol seperti itu, dan Ia juga tidak pernah tau apa reaksi yang dihasilkan jika minum itu. Tapi yang jelas, meminum itu sama saja membuka pintu bahaya bagi dirinya sendiri.
Karena geram dengan sikap Stella yang tidak mau menuruti perintahnya, Lily pun dengan paksa membuka mulut Stella yang sedari tadi tertutup rapat.
"BUKA!"
"Emmmhhh" Stella masih berusaha menahan mulutnya agar tidak terbuka.
"Gue bilang sekali lagi, BUKA!" Titahnya tegas.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEKAPAN HUJAN | END
Teen FictionJudul awal: BUKAN LEMAH HANYA LELAH "Dia, hujan. Yang selalu mengerti isi getaran kalbu. Membelenggu atma disaat lara menguasai rongga dada. Menyimpan kenangan dalam untaian nadanya yang tak beraturan." **** Kisah ini tentang Stella Maribelle, seora...