Hai readers, gmn nih kabarnya? Semoga sehat selalu yah hihihiMaafin nih klo bab 13 ini menurut kalian kayak banyak kurangnya gitu ya, maklum aja dah soalnya aku juga lagi kurang fit buat nulis ini, tapi demi kalian apapun akan kulakukan!
Jangan lupa vote + komen nya biar aku tambah semangat!! 🙏❤️
***
Krieekk..
"STELLA! Apa yang lo lakuin?!" Teriak Adrian panik ketika melihat tubuh Stella yang sudah dipenuhi dengan darah.
"Mau bunuh diri" Jawab Stella singkat.
-•-
Adrian berjalan cepat menuju ranjang Stella sambil berusaha melepaskan pisau dari genggaman tangannya, "lepasin Stel!"
"NGGAK!"
"Stella! Please kali ini lo dengerin gue dulu!" Ucap Adrian panik.
Stella menggeleng tegas sambil masih tarik-menarik gunting dengan Adrian, "biarin aku mati Adrian!"
"Errgghh Stella, lepasin! Ini bahaya buat lo!" Adrian melototi tajam mata Stella.
"Emang itu mau aku! Aku mau mati! Aku udah gak ada gunanya lagi di sini, yan!"
"JANGAN BODOH STELLA!" Bentak Adrian.
Stella terdiam sejenak. Pisau yang telah berlumuran darah itupun terlepas dari genggaman tangannya. Melihat itu, Adrian dengan sigap langsung mengambil pisau kecil itu dan menyimpannya di saku bajunya. Ia juga langsung memanggil dokter Tommy dan para perawat menggunakan telepon yang berada di kamar itu.
"Pasien dengan nama Stella?" Dokter Tommy dan 3 perawat perempuan masuk ke kamar Stella.
Adrian yang melihat kedatangan dokter Tommy mengangguk, "tolong segera tangani Stella dok!"
Dokter Tommy hanya geleng-geleng kepala melihat keadaan lengan dan kaki Stella yang penuh darah, "astaga perempuan ini...tidak taukah dia jika hal seperti ini akan semakin memperparah keadaannya?"
"Saya permisi dulu" Adrian tersenyum kecil dan memberikan jalan untuk Dokter Tommy dan perawat-perawatnya menangani Stella.
"Aku gak mau di obati yan!" Teriak Stella.
"Mohon maaf nona harap tenang sebentar" Ucap salah satu perawat.
"Adrian!! Suruh mereka pergi!" Stella mulai memberontak.
Ketiga perawat itu pun memegang erat lengan dan kaki Stella, sementara dokter Tommy bergerak cepat membersihkan, membalut, dan memberi obat agar lukanya cepat mengering.
"Aaaaaa lepasin aku!!" Bentak Stella kepada para perawat itu.
Stella berusaha menggerakkan kedua tangannya brutal, "biarin aku mati kehabisan darah! Itu memang tujuan ku! Kalian dengerin aku gak sih? Aku tuh udah gak mau lagi hidup di dunia!"
"Sedikit lagi selesai, Stella" Ucap dokter Tommy.
Adrian memalingkan wajahnya melihat Stella memberontak seperti itu. Sebenarnya Ia tidak tega jika harus memaksa Stella begini, namun ini juga demi keselamatan nyawa Stella sendiri. Karena penyakit leukemia sangat rentan dengan kekurangan darah, bisa-bisa nyawa Stella melayang jika tidak segera ditangani.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEKAPAN HUJAN | END
Teen FictionJudul awal: BUKAN LEMAH HANYA LELAH "Dia, hujan. Yang selalu mengerti isi getaran kalbu. Membelenggu atma disaat lara menguasai rongga dada. Menyimpan kenangan dalam untaian nadanya yang tak beraturan." **** Kisah ini tentang Stella Maribelle, seora...