Eps. 02

282 54 73
                                    

"PAPA! Lihat ini!!"

Seisi rumah mewah itu digemparkan dengan teriakan Anna di pagi-pagi buta, bahkan Stella yang sedang bersiap-siap untuk ke sekolah pun sampai ter-lonjak kaget. Semua pelayan yang berada di dalam rumah langsung menghampiri Anna, tak terkecuali pak Kemal.

"Ada apa non?" Tanya mbok Siti disertai anggukan dari pelayan yang lain.

"Lihat ini! Aku menemukan jam tangan papa pecah di dekat tangga" Anna menunjuk sebuah jam tangan dengan pecahan-pecahannya yang berhamburan.

Seluruh pelayan yang melihat itu seketika terkesiap. Mereka berbisik-bisik tentang siapa yang berani melakukan hal itu, terlebih itu adalah jam tangan kesayangan majikan mereka. Yang melakukannya pastilah akan dihukum berat oleh Bryan.

"Kenapa ini? Kok ramai-ramai?" Tiba-tiba dari arah belakang, Bryan muncul dengan jas abu-abunya.

"I-itu tuan, tadi nona Anna menemukan sesuatu" Cicit pak Didit.

Bryan mengerutkan keningnya, "minggir kalian semua! biar saya lihat"

Pelayan-pelayan itu pun hanya bisa mengikuti perkataan tuannya. Mereka sebenarnya sangat takut dengan reaksi Bryan jika mengetahui hal ini. Tapi mau bagaimana lagi? Sudah terlanjur ketahuan, tidak mungkin mengelak.

Bryan menyibak kerumunan para pelayan. Ia berjalan mendekat kearah yang dituju. Dan matanya seketika melotot mengetahui apa yang telah dilihatnya. Wajahnya memerah, nafasnya memburu, dan rahangnya mengeras. Beberapa pelayan sampai beringsut menjauh karena ketakutan dengan ekspresi Bryan.

"SIAPA YANG MELAKUKAN INI?!" Bryan menunjuk marah jam tangannya.

"Tadi pas aku mau turun ke lantai 1, tiba-tiba aku nemu jam tangan papa udah kaya gini" Sahut Anna.

Bryan mengedarkan pandangannya kearah pelayan-pelayannya, "siapa yang terakhir kali berada di sekitar sini??"

"Em, itu.. tadi sekitar 10 menit yang lalu nona Stella baru saja ke kamar mandi yang ada di belakang, tuan" Jawab pak Eko takut-takut.

"Apa benar hal itu?" Tanya Bryan kembali.

Pak Rahman yang bertugas menjaga ruangan CCTV pun mengangguk, "b-benar tuan tadi non Stella sempat ke area sini"

"Hhhh panggil Stella sekarang!" Geram Bryan.

Anna yang mendengar itu tersenyum lebar, "dasar orang-orang bodoh!"

"Maaf tuan jika sebelumnya lancang, tapi kan belum tentu yang melakukan ini adalah nona Stella" Celetuk pak Kemal sambil menunduk.

"Alah tau apa kamu? Gak usah sok belain Stella deh pak" Sahut Anna dengan sorot mata tajamnya.

"Saya tidak mau tahu, segera bawa Stella ke hadapan saya!"

Dua pelayan penjaga pintu utama pun mengangguk pasrah. Dengan terpaksa, mereka menghampiri Stella yang berada di dalam pos satpam. Di dalam pos, Stella sudah rapi dan siap dengan seragam putih birunya.

"Non Stella, dipanggil tuan Bryan untuk masuk kedalam"

Stella yang sedang asyik makan dari pemberian pak Karto secara diam-diam itu pun mengangkat kepalanya, "oh ya? tumben"

"Segera ikut kami ya non" Stella pun mengiyakan.

Sesampainya di dalam rumah tersebut, Stella langsung mendapat tatapan tajam dari Bryan yang seolah-olah ingin menerkam Stella sekarang juga. Stella yang melihatnya pun langsung bergidik ngeri.

"Fitnah apalagi kali ini ya Tuhan.." Gumam Stella sambil mengusap wajahnya kasar.

"Saya harap kamu tidak mengelak kali ini" Ucap Bryan dengan suara tegas.

DEKAPAN HUJAN | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang