⚠️️WARNING! ADA 18+⚠️
-•-
Stella menggeliat pelan dan membuka matanya perlahan. Selarik cahaya matahari yang menembus kaca mobil membuat mata Stella terasa sangat silau. Penglihatannya seperti dipenuhi oleh kunang-kunang. Stella menggeleng-gelengkan kepalanya, mencoba mengumpulkan kembali kesadarannya yang entah sudah berapa lama dirinya pingsan.
"Wah si cantik udah bangun nih bos" Celetuk salah satu pria remaja yang duduk di kursi supir.
Orang yang dipanggil bos itu menoleh kearah belakang, "paksa dia duduk dengan tegap!"
Dua orang yang berada di samping Stella mengangguk. Mereka menarik kedua bahu Stella dan memaksa kepalanya untuk mendongak lurus menatap tatapan tajam dari bos mereka.
Jika kalian mengira hanya satu orang yang berada di dalam mobil itu, kalian sungguh keliru, karena ada 5 orang di dalamnya! Mereka adalah tiga dari satu geng motor terkenal se-antero Jakarta Selatan, yang diketuai oleh Xavier dan diberi nama 'BLACK WOLF'. Reputasi mereka sudah tidak main-main. Mereka bisa membunuh siapa saja yang mencoba menghalang-halangi jalan mereka hanya dengan sekali jentikan jari. Seluruh anggota nya merupakan anak dari tokoh terkenal di penjuru dunia. Ada yang keluarga pengacara Internasional, keluarga pebisnis, keluarga mafia, dan masih banyak lagi. Mereka jelas bukan orang baik.
Xavier memegang dagu Stella yang bergetar karena ketakutan. Ia mengelus-elus pipi lembut milik Stella dengan senyuman seringainya. Stella di tempat tidak bisa melakukan apapun sambil terus melafalkan doa-doa di dalam hati. Ia takut Xavier dan teman-temannya akan melakukan yang tidak-tidak dengannya.
"Lo cantik, sayang lo murahan"
Deg!
Nafas Stella seperti tercekat ketika mendengarnya. Ia baru sadar jika video hina itu pasti telah tersebar luas di media sosial, terlebih teman-teman sekolahnya juga sudah mengetahui jika itu adalah dirinya. Stella menarik nafas panjang, berusaha tetap tenang meskipun seluruh badannya sudah gemetaran.
"Kalian semua boleh mainin dia di sepanjang perjalanan" Xavier kembali menghadapkan tubuhnya kearah depan.
Anak buahnya yang berada di kursi belakang langsung bersorak ria. Mereka menatap licik dan penuh nafsu kearah Stella. Stella yang ditatap seperti itu hanya bisa menunduk dan memeluk dirinya sendiri sebagai tameng. Saat ini, Stella benar-benar telah berada di puncak ketakutannya.
"Cantik, sini dong Abang peluk" Remaja laki-laki yang berada di sebelah kanan Stella mencoba merayu.
"Hahahaha gass, Arnold!" Jawab temannya yang lain yang berada di kursi paling belakang.
Orang yang ternyata bernama Arnold itu memutar tubuh Stella untuk menghadapnya. Ia meraba-raba leher Stella, lalu perlahan-lahan turun ke area dada. Arnold tersenyum, Ia membuka dua kancing baju paling atas milik Stella.
"JANGAN!" Teriak Stella marah.
Arnold seperti tak mendengarkan ucapan Stella. Ia memainkan 99 milik Stella sambil meremas-remasnya. Sesekali Arnold juga m3nc1um-nya. Stella menggeram tertahan. Ia berusaha memberontak namun tak bisa.
"JANGAN SENTUH PUNYAKU! DASAR SETAN!" Stella mendorong kasar tubuh Arnold hingga terbanting mengenai pintu mobil.
"Wah sabar neng, sini sama gue aja, gue main halus kok hehe" Orang yang berada di sebelah kiri Stella membawanya kedalam dekapannya.
Stella melotot tajam sambil mengibas-ngibaskan tangannya, "lepass!"
Arnold berdecih kecil, "padahal di video keliatan nurut banget, coba lo yang jadi pawangnya"
"Siap! Brandon gitu loh" Remaja laki-laki yang bernama Brandon itu memeluk Stella sambil tersenyum penuh kesombongan.
Ia mengusap-usap paha Stella, lalu dengan gerakan tangannya yang lihai bak ular naik ke atas di bagian pinggang Stella. Brandon meraba-raba semu bagian paling sensitif yang dimiliki oleh perempuan.
"ARRGHH LEPAS! PERGI!" Stella berteriak kencang hingga memekakkan telinga-telinga yang ada disitu.
Alih-alih sedikit menjauh, Brandon malah makin memeluk erat tubuh mungil Stella. Ia mengendus-endus leher Stella dan melumatnya. Setiap detik bagaikan surga di mata Brandon. Bahkan saking menikmatinya, Ia sampai membentuk kiss mark di leher Stella!
Tubuh Stella mendadak membeku mendapat perlakuan itu. Ia terlalu takut untuk kembali memberontak, tapi Ia juga merasa amat sangat tidak nyaman. Hei, siapa pula yang nyaman di perlakukan "seperti itu".
PLAAK!!
Dengan segala kekuatan dan keberaniannya, Stella berhasil menampar wajah Brandon hingga meninggalkan jejak kemerahan di wajahnya. Ujung bibirnya pun mengeluarkan sedikit darah di akibatkan tamparan maut dari Stella. Stella menatap tajam kearah Brandon. Ia memang perempuan, namun bukan berarti dirinya tidak punya hak untuk melawan.
"Aku mau keluar! Turunkan aku!" Tegas Stella.
"Gak segampang itu girl" Jawab Xavier sambil bersidekap dada.
Stella mengerung bagaikan singa betina yang marah besar. Ia menendang-nendang kasar pintu mobil dan berusaha mendobraknya. Walaupun dirinya tau, pintu mobil itu terkunci otomatis yang hanya bisa dibuka dari kursi supir. Tapi setidaknya, Stella berusaha sekuat tenaganya.
"TOLONG! SAYA DICULIK!!" Stella menggedor-gedor kaca mobil ketika ada beberapa kendaraan yang melintas.
"Lepaskan aku! CEPAT!" Bentak Stella kasar.
"Ah sayang kita kan belum selesai main" Goda Brandon.
"Percuma lo berusaha keluar, lo ga akan bisa, karena yang pertama pintu itu dikunci, kedua kita sudah sampai di rumah lo" Jelas Xavier sambil menunjuk sebuah rumah megah layaknya istana di tepi jalan.
Stella terdiam sejenak dengan nafas yang ngos-ngosan akibat ketakutan berlebihan dan marah yabg tertahankan. Nyali-nya langsung menciut 1000× lipat. Tidak ada yang lebih Stella takutkan selain menatap tatapan tajam dan mendengar kata-kata pedas dari Bryan.
Mobil yang mereka tumpangi dengan mudah mendapat akses dari satpam pribadi rumah Stella. Pak Kemal yang sedang membersihkan hama di taman pun menatap heran kearah mobil mereka. Mobil itu pun berhenti di halaman rumah.
"Ayo turun!" Zidane, cowok yang duduk di belakang Stella pun menjitak bagian belakang kepalanya.
"Gausah pegang-pegang!" Desis Stella ketus.
Stella pun diseret paksa oleh Arnold untuk turun dari mobil dan memasuki rumah itu. Xavier sebagai ketua pun berada paling depan dan dengan cepat bisa membuka pintu utama rumah itu.
Krieekk...
Pintu terbuka lebar. Menampilkan rumah yang sangat mewah dengan gaya modern-klasik. Stella di dorong dan terpaksa mengikuti langkah kaki mereka untuk kembali memasuki rumah neraka itu.
"Ah, kalian sudah datang. Papa! Cepat kemari!" Anna yang sedang asyik membaca majalah di ruang tengah pun berteriak kegirangan melihat kedatangan geng Black Wolf dan Stella.
"Sejak kapan kak Anna kenal mereka?" Batin Stella dengan tatapan sejuta tanya kepada Anna.
Bryan dengan pakaian kasualnya pun muncul dari arah dapur. Ia tak seperti biasanya yang menggunakan jas dan dasi super rapi. Kali ini Ia memakai kaus oblong berwarna biru muda dan celana pendek berwarna coklat susu.
"Terimakasih telah membawa Stella kembali, saya akan beri imbalan yang setimpal" Ucap Bryan.
Xavier mengangguk, "senang bekerjasama dengan anda Pak"
Bryan tersenyum ganjil, "tugas kalian sudah selesai, kalian boleh kembali"
Xavier membungkukkan badannya, lalu memerintahkan anggotanya untuk segera keluar dari dalam rumah itu. Hingga akhirnya menyisakan Anna, Stella, dan Bryan yang berada di ruang tengah itu. Mbok Minah pun diam-diam ikut mengamati mereka dari bilik dapur.
"Pelayan! Mana peralatan saya untuk menyambut Stella?" Teriak Bryan.
Bodyguard Bryan datang dengan tergopoh-gopoh sambil membawa cambuk besi di tangannya, "ini tuan"
Bryan menyeringai licik, "let's play with me Stella!"
TBC.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEKAPAN HUJAN | END
Teen FictionJudul awal: BUKAN LEMAH HANYA LELAH "Dia, hujan. Yang selalu mengerti isi getaran kalbu. Membelenggu atma disaat lara menguasai rongga dada. Menyimpan kenangan dalam untaian nadanya yang tak beraturan." **** Kisah ini tentang Stella Maribelle, seora...