Eps. 23

149 26 85
                                    

"Aku tidak pernah menyangka semua ini akan terjadi kepadaku, tepatnya di dalam hidupku.

Aku hanya menginginkan kebahagiaan. Hanya itu dan sesederhana itu. Ah, tapi sepertinya Tuhan belum mengabulkan doa ku yang setiap malam berpilin berputar diatas langit gelap yang indah.

Semua masalah ini silih berganti, menghantam mental dan fisikku secara bersamaan. Aku sudah sekuat tenaga untuk melawannya. Aku sudah berjanji kepada diriku sendiri dan kepada mama bahwa aku sebisa mungkin tidak mengeluh.

Tapi apa? Sekali lagi, ini semua tidak sesimpel yang terlihat. Topeng yang ku gunakan terlalu tebal hingga akhirnya aku sendiri tidak tahu bagaimana tawa bahagia itu, karena selama ini tawa ku adalah dan selalu palsu.

Sepertinya aku mulai lelah. Tapi setelah dengan semua apa yang kau lakukan kepadaku, aku menjadi mempunyai sedikit alasan untuk bertahan.

Ya, aku mulai mencintaimu.

Tolong jangan pergi dari sisiku, saat ini hanya kamu. Hanya kamu yang aku butuhkan.

Cukup dunia saja yang membenciku, jangan kamu.

Karena kamu adalah cahaya ku, kamu pelangi ku, kamu payung ku, kamu segalanya untukku.

Aku, Stella Maribelle. Memilih mu, untuk menjadi pendamping hidupku, selamanya."

Stella, 12 Mei 2023.

~~~

Stella menutup diary mamanya rapat-rapat setelah bersusah payah mengumpulkan tenaga untuk menulis isi hatinya saat ini. Ia menghela nafas panjang, menghembuskannya perlahan, lalu memejamkan matanya. Seperti itu terus hingga dirinya merasa sedikit lega.

Saat ini, pukul 19.00. Suasana sudah agak tenang. Mereka semua yang berada di dalam mobil Van itu, sekarang sedang beristirahat di markas geng Alvaska. Markas mereka tidak seperti geng Adrian yang berbentuk bengkel otomotif raksasa, geng Alvaska justru sebaliknya.

Bisa kalian tebak?

Ya! Markas mereka ada di lantai paling atas alias lantai ke lima dari perusahaan dengan atas nama Eros sebagai pemilik sahnya. Eros menggunakan kamuflase seolah-olah bangunan ini terlihat seperti kantor biasa saja bagi yang melewati atau bahkan memasukinya.

Tanpa diduga, disana lah markas salah satu geng paling berpengaruh di Jakarta di sembunyikan.

Krieekk...

Pintu kamar yang ditempati Stella berbunyi. Terbuka lebar. Stella yang mengetahui siapa yang datang hanya tersenyum samar. Ia tersadar dari lamunannya.

"Boleh saya duduk di sebelah kamu?"

Stella mengangguk, "tentu dok"

"Bagaimana? Apakah kamu merasa lebih baik setelah mendapat infus dan transfusi darah?" Dokter Tommy menunjuk dua selang yang tertancap di punggung tangan Stella.

"Aku merasa lebih bertenaga dok"

Dokter Tommy mengulum senyum. Ia mengusap pucuk kepala Stella dengan tatapan sendu.

"Dok, apakah..."

Dokter Tommy menaikkan satu alisnya.

"Apakah penyakit ku ini bisa sembuh?"

DEKAPAN HUJAN | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang