Adrian menelungkupkan kepalanya diatas kedua tangannya dengan lesu, sedangkan Eros sedari tadi masih mondar-mandir tak jelas di depan pintu ruang IGD. Yang mereka pikirkan saat ini hanya Stella, tak peduli jika nanti orang tua mereka mencari-cari keberadaan kedua anaknya yang tak kunjung pulang, yang terpenting sekarang nyawa Stella bisa di selamatkan!
Krieekk..
"Pasien dengan nama Stella Maribelle?" Seorang suster keluar dari ruang IGD.
Eros mengangguk, "benar sus kami temannya, bagaimana keadaan Stella sus?"
"Silakan kalian boleh masuk, dokter Tommy ingin berbicara dengan kalian"
Eros menoleh kearah Adrian, "bro... ayo masuk"
Adrian mengangguk lemah. Ia dan Eros pun berjalan beriringan masuk kedalam ruang IGD. Sesampainya di ruang itu, ada beberapa pasien lain yang juga ada disana, namun Stella lah yang memiliki paling banyak selang. Entah itu selang infus, selang transfusi darah, atau sebagainya. Adrian sontak bergidik ngeri melihatnya.
"Temannya Stella ya?"
"Iya dok" Jawab Eros dan Adrian kompak.
"Silakan duduk dulu" Dokter Tommy menunjuk dua kursi yang berada di depannya.
"Langsung saja saya mulai, jadi begini ya... setelah saya periksa lebih lanjut ternyata pasien Stella ini mengidap suatu penyakit yang membuatnya mudah lemah akhir-akhir ini, penyebab mengapa Stella mengidap penyakit itu saya juga tidak tau pasti, tapi yang terpenting Stella harus segera di tindak lebih lanjut dan ini membutuhkan persetujuan dari pihak keluarga" Jelas dokter Tommy panjang lebar.
Adrian menelan saliva-nya kasar, "ka-kalau boleh tau Stella sakit apa ya dok?"
Dokter Tommy menghela nafas panjang dan menatap keduanya lekat-lekat, "Stella sakit Leukemia akut atau biasa di sebut kanker darah dan sekarang berada di stadium 2"
DEG!
Adrian langsung menyandarkan punggungnya lemas di bahu kursi. Hatinya berdenyut nyeri ketika mengetahui perempuan yang dicintainya mengidap penyakit mematikan itu. Adrian benar-benar tidak bisa membayangkan jika Stella pergi dari hidupnya, bisa-bisa dia sendiri yang nanti jadi sakit, atau lebih tepatnya sakit jiwa.
Sementara Eros menggeleng-geleng tak percaya. Perasaan bersalah segera menyelimuti hatinya. Semua sumpah serapah Ia keluarkan dalam hati. Eros merasa jika dirinya lah penyebab Stella bisa drop seperti ini, hingga mengidap leukemia.
"Coba aja kalau kemarin gue gak tinggalin Stella sendirian disana, mungkin ini semua gak akan memperparah keadaan Stella" Eros mengusap wajahnya kasar.
"Apa ada cara untuk menyembuhkan Stella dok?" Tanya Eros.
Dokter Tommy tampak berpikir sejenak, "mungkin dengan rutin minum obat dan melakukan kemoterapi bisa memperpanjang umur Stella"
Mata Adrian langsung membulat sempurna, "memperpanjang umur? m-maksudnya gimana ya dok?"
"Leukemia akut itu termasuk salah satu penyakit yang paling cepat menyebarnya Nak, dan entah kenapa saya lihat sel kanker di tubuh Stella ini berkembang lebih cepat dari pasien biasanya, yang mungkin bisa diperkirakan Stella hanya bisa bertahan hidup sekitar 4-5 bulan saja"
Pecah sudah air mata Adrian. Ia menangis sejadi-jadinya di ruangan itu. Eros yang melihat itu pun menghampiri Adrian dan berusaha menenangkannya.
"Sabar yan, gue juga ga nyangka semuanya bakaljadi kayak gini" Ucap Eros sambil menepuk-nepuk punggung Adrian.
Adrian menggeleng sambil menghapus air matanya, "kalau penyakit Stella bisa dipindahin ke tubuh gue, gue mau kok Er"
"Gue juga mau kalau bisa kayak gitu, cuma ini udah kehendak Tuhan yang gak bisa kita ubah bro"
KAMU SEDANG MEMBACA
DEKAPAN HUJAN | END
Teen FictionJudul awal: BUKAN LEMAH HANYA LELAH "Dia, hujan. Yang selalu mengerti isi getaran kalbu. Membelenggu atma disaat lara menguasai rongga dada. Menyimpan kenangan dalam untaian nadanya yang tak beraturan." **** Kisah ini tentang Stella Maribelle, seora...