Stella menepuk-nepuk baju rumah sakitnya. Ia menarik nafas lega ketika sudah berhasil mendarat dengan selamat di halaman rumahnya.
DOR!! DOR! DORR!
BUGHH!!
BUGH! BUGH!!
DORR!!!
Stella refleks menutup telinganya rapat-rapat ketika Ia berbalik, mendapati halaman rumahnya sudah hancur berantakan. Pot tanaman yang dirinya dan pak Kemal tanam bersama, hancur berkeping-keping. Stella menggeleng tak percaya, ternyata keadaan di luar rumahnya jauh lebih mengerikan. Darah berceceran dimana-mana, butiran-butiran peluru juga tersebar hampir di setiap inci halaman itu.
BUUGHH!!
Di tengah-tengah halaman, Adrian langsung terlempar beberapa meter akibat pukulan dahsyat dari Xavier. Adrian terkulai lemah, tubuhnya kembali mengeluarkan banyak darah dari mulut serta hidungnya. Rafi yang melihat itu mengeraskan rahangnya, geram dengan Bos dari geng Black Wolf itu.
"ADRIAN!" Pekik Stella histeris.
Adrian yang masih setengah sadar menoleh kearah sumber suara, "errgghh..."
Jantung Stella seakan berhenti berdetak melihat pemandangan yang ada di depan matanya. Stella menyeka air matanya yang tiba-tiba turun dengan deras. Dirinya terlalu terkejut dengan semua ini. Stella tak bisa berkata apa-apa lagi di tempat. Nafasnya mendadak tercekat.
Ia segera berlari kearah Adrian dengan perasaan campur aduk. Tak peduli dirinya mendapat tatapan sinis serta sejuta pertanyaan dari geng Black Wolf. Saat ini pikirannya benar-benar kalut.
Stella hanya...
Tidak menginginkan Adrian terluka, terlebih itu karena dirinya.
"Yan! Bangun yan! Adriaannn!" Stella menggoyang-goyangkan tubuh Adrian sambil terisak.
Adrian berusaha bangun dengan terbatuk-batuk, namun tubuhnya lagi-lagi mengeluarkan banyak darah segar.
"Hiks hiks, Adrian! Kamu harus bertahan! Habis ini kita pergi ke rumah sakit buat ngobatin kamu!!" Stella menangis terisak melihat tubuh Adrian yang begitu lemah dan mengenaskan.
Adrian tersenyum sambil mengusap lembut air mata di pipi Stella, "jangan nangis Stel, gue gak papa, sekarang lo pergi ya?"
Stella sontak menggeleng tegas, "GIMANA AKU MAU PERGI SEDANGKAN KAMU TERLUKA, ADRIAN?!"
"Ckckck, romantis banget, sayangnya bentar lagi cowo lo bakal mati tuh" Celetuk Xavier sambil bersidekap dada.
Stella menggeram tertahan, "kamu bukan manusia, kamu iblis!"
Zidane dan Brandon mendekat kearah bos nya sambil tertawa, "hahahaha akhirnya lo tau juga siapa kami"
"Uhuk.. uhuk.. p-pergi sekarang Stel, jangan peduliin gue" Ucap Adrian terbata-bata.
"Hiks hiks...kamu gila! GILA KAMU, YAN!!" Parau Stella sambil menelungkupkan kepalanya di dada Adrian dengan tangisan yang semakin kencang.
"Ayo bangun yan, kita pergi sama-sama dari sini, bangun Adrian!! ADRIAANN!" Stella berteriak frustasi sambil menangkup-kan kedua telapak tangannya di wajah Adrian.
"Lo... lo m-mimisan Stel, keadaan lo lebih parah" Adrian menunjuk daerah hidung Stella yang memang mengeluarkan darah.
Stella segera mengelap hidungnya dengan telapak tangan, "aku gak papa Adrian, ini ga ada apa-apanya dibanding keadaan kamu, ayo Yan bangun!"
"Stel, lo percaya sama gue kan? Sekarang pergi, lari sejauh mungkin dari sini, gue ada apartemen di jalan Bougenville, kamar no.274, itu aman buat lo" Ucap Adrian dengan nada rendah.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEKAPAN HUJAN | END
Teen FictionJudul awal: BUKAN LEMAH HANYA LELAH "Dia, hujan. Yang selalu mengerti isi getaran kalbu. Membelenggu atma disaat lara menguasai rongga dada. Menyimpan kenangan dalam untaian nadanya yang tak beraturan." **** Kisah ini tentang Stella Maribelle, seora...