Eps. 20

134 33 51
                                    

Assalamualaikum...

Yuhuu! Akhirnya sampe juga nih di bab 20 yah readers wkwkwk

Hmm bentar lagi ending nih, mungkin cerita ini bakal sampai di bab 30 aja, kira-kira sad or happy ya? Yuk yuk spam komen!

Happy reading everyone...🥰👍

-•-

Pak Kemal mengangguk kearah Pak Rahman. Ia mengisyaratkan sesuatu di balik matanya. Pak Rahman yang paham pun langsung bergerak turun ke lantai 1, sementara pak Kemal sendiri akan tetap berada di lantai 2.

Dengan berjalan perlahan sambil terus mengawasi sekitar, pak Kemal mendekati tubuh majikannya yang sedang pingsan itu. Ia menyeret kedua kaki Bryan dengan hati-hati dan memasukkannya kedalam sebuah gudang peralatan.

"Duh berat banget sih tuan Bryan ini" Keluhnya dalam hati.

Bruk!

Pak Kemal menutup keras pintu gudang. Ia tersenyum puas sambil meniup-niup tangannya yang berdebu. Pak Kemal mengambil sebuah rantai di sakunya yang tadi sudah Ia siapkan, lalu mengikatkannya ke gagang pintu. Untuk berjaga-jaga, jika Bryan telah sadar, Ia tidak akan bisa keluar begitu saja dari gudang tersebut.

Sementara di lantai 1 tepatnya di ruang CCTV....

Pak Rahman menahan nafas dibalik tembok. Ia mengusap kasar wajahnya. Tadinya Ia kira tugasnya akan mudah, tapi ternyata dirinya keliru. Karena di dalam sana, Anna sudah sadar walaupun belum sepenuhnya. Anna sedang terduduk linglung sambil mengusap-usap kepalanya yang mungkin terasa sakit.

Berpikir sejenak untuk melakukan yang terbaik, Pak Rahman kembali menyenderkan lemas punggungnya. Dirinya ini terlalu takut hanya untuk melihat wajah Anna yang benar-benar licik dan kejam. Ia juga masih ingat betul ketika Anna mengancamnya dengan kapak.

"Anda pasti tau keberadaan Stella sekarang ada dimana bukan? Tunjukkan atau kepala anda akan jadi taruhannya"

Sungguh, pak Rahman benar-benar trauma dengan kalimat itu. Dia juga manusia biasa yang masih punya keluarga untuk dinafkahi bukan?

Waktu terus berjalan cepat. Pak Rahman tentu tidak bisa diam saja tanpa melakukan apa-apa. Pak Rahman melirik kearah dalam, disana Ia melihat Anna sedang kembali berusaha mengotak-atik komputer. Pak Rahman manggut-manggut, setidaknya Ia mempunyai sedikit kesempatan.

Pak Rahman berjalan mengendap-endap ke belakang tubuh Anna. Tangan kirinya masih setia memegang tongkat bola kasti pemberian Pak Kemal. Ia benar-benar berharap rencananya kali ini berhasil.

HAPP!

"Emmmhhh lepaskan!"

BUGH!!

BUGHH!

BUGH! BUGHH!!

Dan Anna terduduk lemas diatas lantai marmer itu. Belum pingsan memang, tapi dapat dipastikan kepalanya akan pusing dan penglihatannya memburam. Pak Rahman tau Anna bukan gadis sembarangan. Anna adalah gadis psikopat, Ia memiliki ketahanan fisik yang lebih dari gadis seusianya.

Pak Rahman bergerak cepat menuju ke sebuah laci di sudut ruangan. Ia mengobrak-abrik isinya untuk mendapatkan sesuatu yang bisa mengikat tangan dan kaki Anna. Setelah mendapatkan sebuah tali rafia, pak Rahman langsung cekatan menjadikan satu kedua tangan dan kedua kaki Anna dengan tali itu.

DEKAPAN HUJAN | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang