Eps. 10

167 37 25
                                    

Ting tong!

"Adrian! Itu ada tamu, tolong bukain pintu depan ya!" Teriak bundanya dari taman belakang.

Adrian yang sedang berada di lantai 2 rumahnya pun segera turun dengan tergopoh-gopoh, "iya Bun sebentar!"

Krieek...

"Hai bro" Sapa Eros di depan pintu.

Adrian menepuk jidat, "oiya gue lupa hari ini lo mau ke rumah gue, ya udah masuk Er"

Eros mengangguk. Ia mengekor di belakang Adrian yang ternyata membawanya ke area kolam renang.

"Kita duduk disini aja ya Er. Mbak! Siapin minuman buat kita berdua ya!" Ucap Adrian sambil menunjuk dua buah kursi yang berhadap-hadapan.

Eros duduk di seberang Adrian, "to the point aja ya, gue udah tau cara nemuin Stella, Er"

"Wah bagus-bagus, gimana tuh?"

"Gini.. gue kan punya sepupu yang, yaaa bisa dibilang kayak pinter cari informasi gitu sih, dan gue udah hubungin dia tadi pagi, dia bakal bantu kita nge-lacak plat mobil yang bawa Stella pas itu, kebetulan plat mobilnya kerekam sama CCTV"

Adrian mengangguk, "terus udah ada perkembangan belom?"

Eros mengeluarkan tabletnya, "menurut sepupu gue, mobil itu merupakan salah satu mobil sewaan dari seorang mantan narapidana asal Inggris, namanya Alex. Dan orang yang terakhir kali nyewa mobil itu sebelum kejadian penculikan Stella adalah Lydia Bratouvia yang biasa dipanggil Lily, dia itu putri satu-satunya dari keluarga Bratouv yang merupakan pengusaha terkaya di Rusia"

Adrian menghela nafas panjang, "siapa lagi coba si Lily ini"

"Hm, sebenarnya gue kenal dia sih, kenal banget malahan"

Adrian membelalakkan matanya, "hah? serius lu?! atau jangan-jangan lu udah tau sebelumnya soal penculikan ini? IYA?!"

"Sabar dulu bro, gue memang kenal dia tapi bukan berarti gue ikut andil dalam penculikan Stella" Eros mengusap wajahnya kasar.

"Emang dia siapa sih?"

"Dia tunangan gue"

"Ooh tunangan, gue kira siapa" Adrian manggut-manggut

"Eh apa tadi? TUNANGAN lo bilang? Anjir serius lo Er? Kok bisa sih? Terus tujuan dia nyulik Stella buat apa dong?" Lanjut Adrian.

"Iya gue dijodohin sama ortu gue dan kita emang udah tunangan setahun yang lalu, soal kenapa dia mau nyulik Stella, itu i don't know. Gue rasa dia gasuka kalau gue deket-deket sama Stella"

Adrian menggeleng-gelengkan kepalanya, "wah parah lo Er, udah punya tunangan masih aja mau deketin si Stella, jadinya dia kan yang jadi korban, dasar buaya!"

"Ya kan-"

"Minuman sudah siap! Nih, jus jeruk spesialnya" Salah satu ART Adrian memotong percakapan mereka dan memberikan dua gelas jus jeruk kepada keduanya.

"Makasih mbak" Adrian mengangguk.

"Iya den, saya permisi dulu" ART itu membungkuk, lalu kembali masuk kedalam.

Suasana menjadi lenggang sejenak. Masing-masing dari mereka menikmati sebentar jus jeruk itu sambil tenggelam dalam pikiran masing-masing.

"Bro, dengerin kata-kata gue, lo kira gue cinta sama Lily? NGGAK! NGGAK SAMA SEKALI! Gue tuh cuma cinta sama Stella, sampe kapanpun, gue pas itu dipaksa setuju sama ortu gue soal perjodohan ini, dan gue terpaksa gak bisa nolak"

"Ya tapi lo gak bisa maksain kehendak kayak gitu, lo gak boleh egois Er! pokoknya kalau Stella sampai di apa-apain sama tunangan lo, awas aja ya"

"Gue bunuh lo sekalian sama tunangan lo itu!" Ancam Adrian sambil menuding Eros tajam.

Eros mengangguk lemah, "gue siap nanggung semuanya karena ini emang salah gue, ya udah ayok kita cari Stella, gue tau beberapa tempat yang sering dikunjungi Lily"

***

Stella berlari tertatih sambil terus bergantian menoleh kearah depan dan belakang. Setelah kejadian tadi pagi, Stella terus-terusan berusaha kabur dari rumah busuk Lily itu. Namun Ia baru berhasil membuka pintu utama setelah dengan brutal mempunyai ide untuk membakar tempat itu. Stella menemukan sebuah jerigen berisi minyak dan satu korek api di sudut ruangan. Entahlah, sekarang bagaimana keadaan Lily dan para bodyguard-nya, yang terpenting sekarang Stella harus segera menemukan jalan pulang.

Langit diatasnya berwarna abu-abu. Tidak ada sama sekali awan yang menghiasi nya. Seperti mau turun hujan namun tertahan oleh sesuatu diatas sana. Stella mengusap air matanya, Ia benar-benar takut jika tidak bisa pulang ke rumahnya. Rumah Lily seperti terletak di ujung dunia yang sepi dan hampa di tengah-tengah kepungan jejeran pohon cemara.

Stella terduduk lemas di tengah-tengah jalan. Tenaganya sudah hampir habis karena 3 hari lebih dirinya tidak mendapat asupan makanan, ditambah Stella terus-terusan berteriak dan menangis, itu semakin menguras tenaganya.

"Aku lelah Tuhan, sungguh aku lelah.." Batin Stella sambil terisak kecil.

Ia memukul-mukul dadanya sendiri. Semua yang terjadi dalam hidupnya lebih mirip seperti sinetron. Jujur, saat ini Stella benar-benar kacau. Pertanyaan demi pertanyaan muncul memenuhi kepalanya.

"Gimana reaksi papa dan kak Anna kalau tau aku gak pulang selama 3 hari?"

"Apakah Eros disana akan mencari ku?"

"Bagaimana jika Lily masih selamat dan mengejar aku sampai sini?"

"Dan.. gimana nanti kalau aku sampai h-hamil?!"

Tangisan Stella semakin kencang. Stella menggeleng-gelengkan kepalanya. Tidak. Tidak mungkin Ia hamil. Stella kan tidak melakukan apa-apa.

Mata sembab Stella perlahan-lahan menutup. Tubuhnya terkulai lemah diatas jalan aspal. Stella bukan anak lemah, dia hanya lelah dan membutuhkan waktu sejenak untuk menenangkan dirinya.

***

"Lo yakin Er, ini jalannya? Kok sepi gini sih kayak ga ada manusia idup aja" Celetuk Adrian sambil melihat sekeliling dari dalam kaca mobil.

Eros yang sedang menyetir mengangguk, "setau gue sih Lily sering ke rumah tua di daerah sini, rumah itu sengaja dibangun sama Tuan Bratouv untuk Lily yang suka keheningan"

"Ooh, tapi kesannya kok kayak serem banget ya, kalau kesini malem-malem bisa bahaya tuh"

"Kenapa emang?"

"Ada hantunya Er!"

Eros langsung menoleh tajam, "bisa gak sih lo gak usah bahas hantu-hantu terus, gue jadi ikutan takut nih"

Adrian mengangkat bahu acuh. Ia menatap lurus ke arah depan. Tidak berniat melanjutkan topik pembicaraan mereka. Entahlah, mereka ini cowok tapi takut hantu, ada-ada saja.

CIIT!

"Astaga! Shit, siapa sih itu kok di tengah jalan?" Umpat Eros.

Adrian mengernyit heran, "tunggu disini bentar Er, gue coba hampiri, mana tau dia pingsan dan tersesat"

Setelah mendapat anggukan dari Eros, Adrian pun segera turun dari mobil. Dengan langkah hati-hati, Ia berjalan mendekat kearah tubuh seseorang yang membelakangi dirinya.

"Mbak.. permisi" Adrian menepuk punggung orang itu hati-hati.

Karena tidak ada jawaban, Adrian pun berniat membalik tubuh itu untuk mengetahui siapa orang itu.

"STELLA!" Adrian langsung mundur beberapa langkah sakit kagetnya.

Eros yang melihat Adrian sebegitu terkejutnya langsung ikutan turun. Dan alangkah syok dirinya ketika mengetahui orang itu adalah Stella yang sudah sangat lemah dan pucat.

"Er! Ayo bantu gue angkat dia kedalam mobil, Stella harus segera di bawa ke RS terdekat sebelum terlambat!" Titah Adrian.

TBC.

DEKAPAN HUJAN | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang