Alarm rumah sakit berbunyi kencang, memenuhi setiap sudut ruangannya. Beberapa dokter bergerombol untuk mencari tahu apa yang terjadi, suster-suster langsung menuju kamar pasien untuk memastikan mereka semua tidak keluar kamar, dan pihak rumah sakit dengan segera menuju parkiran lantai atas.
Bisa kalian tebak apa yang terjadi?
Sebuah bom berukuran sedang meledak di parkiran itu. Mengenai puluhan mobil yang berada disana. Pelakunya tidak ditemukan, mereka menghilang entah kemana, tapi yang pasti itu sudah berhasil membuat satu rumah sakit ini terkejut sekaligus ketakutan.
Bahkan kamera CCTV di parkiran tiba-tiba rusak, entah karena ikut terkena bom atau bagaimana, tapi Eros juga tidak bisa melihat lagi pergerakan mereka, mereka tidak terlihat di CCTV manapun.
Merasa sudah semakin tidak beres, Eros meninggalkan ruangan CCTV dan menuju ke lantai 5. Tim Lily pasti juga sudah naik ke lantai 5, jadi mereka semua harus waspada. Kondisi Stella kritis, entah apa rencana mereka, yang jelas itu akan membahayakan nyawa Stella.
Soal jasad yang berada di kamar mandi, itu sudah diurus dengan baik oleh anak buah Agas. Sekarang mereka sedang berada di lorong ICU yang tak jauh dari kamar Stella, mencoba mengira-ngira apa yang akan dilakukan Lily selanjutnya.
"Apa yang terjadi di parkiran Er?" Tanya Adrian sesampainya Eros di lorong lantai 5.
"Ada bom di parkiran lantai atas, pihak rumah sakit langsung menghubungi kepolisian dan sekarang mereka semua ada disana" Eros menghembuskan nafas kasar.
"Ini pengalihan. Lily sengaja membuat pihak rumah sakit lemah dan terfokuskan dengan bom itu, sementara kita di-kecohkan dengan mayat di kamar mandi tadi" Timpal Adrian.
Agas mengangguk setuju, "tapi sedari tadi kita nggak ada melihat satu orang pun yang mencurigakan di sekitar sini"
Chika memijit pelipisnya. Ia benar-benar pusing dan muak. Lily yang sekarang bukanlah seperti sahabat yang Ia kenal 5 tahun lalu. Lily benar-benar berubah menjelma seperti iblis.
"Tapi..." Semua mata tertuju kepada ucapan Alina yang terhenti.
"Kenapa si Lily ini sangat ambisi untuk membunuh Stella? Dia benar-benar membenci Stella hanya karena Eros menyukainya? Itu tidak masuk akal kan? Pasti ada alasan lain yang lebih kuat atas semua kejadian ini" Lanjut Alina.
Hening sejenak. Masing-masing membenarkan pendapat Alina. Benar juga, masa hanya karena cemburu dan Lily selalu ingin membunuhnya? Terlebih Ia melibatkan geng Black Wolf, tidak mudah merayu geng itu untuk bekerja sama dengan orang lain.
"Kalau dipikir-pikir, kayaknya Lily bukan dalang utama deh. Aku rasa ada orang yang jauh lebih berpengaruh dan tentunya tau banyak tentang Stella. Dia pasti punya dendam sama Stella, dan ini adalah momen yang tepat untuk membalaskan dendam nya" Chika bersuara sambil mengerutkan keningnya.
"Akh ini benar-benar memusingkan!" Keluh Adrian.
"Lebih kasian Stella, dia gatau apa-apa, dia ga salah apapun, tapi dia dibenci banyak orang" Sahut Eros.
Mereka kembali diam. Adrian menyenderkan punggungnya di tembok. Pikirannya benar-benar kacau, strategi tim Lily ini cerdas, terencana, dan tidak mudah ditebak.
"Sebenarnya apa semua ini? Apa hubungannya? Dendam Anna yang berlebihan, penculikan Stella, kerjasama geng Black Wolf dengan Bryan, lalu sekarang percobaan pembunuhan. Apa motif mereka melakukan itu semua?" Adrian mencoba merangkai semua kejadian yang ada.
"Kalau geng Black Wolf sudah jelas mereka ingin menyingkirkan geng kalian berdua, sementara Anna dan Bryan hanyalah boneka penggerak Lily, dan Lily adalah tangan kanan dari seseorang yang merupakan otak utama" Jawab Agas sambil berpikir keras.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEKAPAN HUJAN | END
Teen FictionJudul awal: BUKAN LEMAH HANYA LELAH "Dia, hujan. Yang selalu mengerti isi getaran kalbu. Membelenggu atma disaat lara menguasai rongga dada. Menyimpan kenangan dalam untaian nadanya yang tak beraturan." **** Kisah ini tentang Stella Maribelle, seora...