"BUNUH MEREKA BERDUA SEKARANG!"
DOR! DORR! DOR!!
-•-
BOOM!!
Bunyi rentetan peluru disertai asap abu-abu yang mengepul tinggi, membuat semuanya terbatuk-batuk dan penglihatan mata menjadi sangat buram. Stella mengibas-ngibaskan tangannya di udara, berusaha mengusir kepulan asap itu agar menjauh dari dirinya dan Adrian.
"Bawa mereka pergi!"
Suara seseorang di luar sana terdengar lantang dan familier di telinga Stella. Stella mengernyit heran sambil mengira-ngira, di tengah ketidakpastian yang ada, tiba-tiba lengannya malah ditarik oleh seseorang dan membawanya keluar dari kepulan asap. Begitupun dengan Adrian, dia dipapah oleh dua orang laki-laki yang mungkin seumuran dengan Stella.
"Jangan biarkan mereka lolos! Kejar mereka!"
Dor! Dor! Dor!
Telinga Stella semakin menjadi sakit ketika peluru-peluru itu di tembakkan. Ia menutup telinganya rapat-rapat sambil terus melafalkan doa-doa. Stella tidak tahu pasti apa yang sedang terjadi saat ini, karena walaupun sudah keluar dari kepulan asap, dia masih belum bisa melihat dengan jelas.
Bruumm...
Sebuah mobil van berwarna hitam dengan kaca setebal 5 mm itu entah darimana asalnya berada tepat di samping Stella. Stella menoleh kesana-kemari, berusaha mencari tau apa yang saat ini harus dirinya lakukan.
"Naik ke mobil Stel!" Samar-samar suara seseorang terdengar.
"Adrian gimana? Mana dia?!" Balas Stella dengan suara yang agak kencang.
"Dia udah ada di dalam mobil! Kamu cepetan naik!"
Tanpa menunggu semakin lama, Stella pun membuka pintu mobil bagian tengah dan duduk di sana. Di dalam mobil itu, ada seorang supir, seseorang yang berada di sebelah supir entah namanya siapa namun dia sibuk menembak dari dalam mobil, dan geng Arbani termasuk Adrian.
Desain kursi mobil ini berbeda dari yang lain. Kursi di bagian tengahnya dibentuk berhadap-hadapan, jadi tidak ada kursi di bagian belakang, sedangkan di bagian tengahnya ada kotak P3K beserta alat-alat perang lainnya. Stella bergidik ketakutan. Ia benar-benar seperti seekor kucing yang tidak bisa apa-apa di tengah medan perang dan di perebutkan oleh dua pihak.
Tiga orang loncat ke mobil dari pintu bagasi dengan membawa senapan di genggamannya. Walaupun mereka sudah naik ke dalam mobil, mereka tetap menembaki geng Black Wolf yang di sana mencoba melawan dengan membabi buta.
"Jalan sekarang!" Perintah seseorang di sebelah supir.
Mobil pun melesat cepat meninggalkan halaman rumah mewah keluarga Aditama yang sudah sangat kacau seperti wilayah pasca perang.
***
"LEPASS! TOLONG LEPASKAN AKU!!" Anna berteriak meraung-raung sambil mencoba melepaskan ikatan tangan dan kakinya.
Hening.
Suasana di dalam rumah nampak sangat hening, seperti tidak berpenghuni.
Anna menolehkan pandangannya kesana-kemari, mencoba berpikir untuk menemukan benda yang bisa melepaskannya dari ikatan tali sialan itu. Sedetik kemudian, pandangan Anna tertuju ke sebuah cutter diatas meja kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEKAPAN HUJAN | END
Novela JuvenilJudul awal: BUKAN LEMAH HANYA LELAH "Dia, hujan. Yang selalu mengerti isi getaran kalbu. Membelenggu atma disaat lara menguasai rongga dada. Menyimpan kenangan dalam untaian nadanya yang tak beraturan." **** Kisah ini tentang Stella Maribelle, seora...