Haii semuanya apa kabar nih? Semoga sehat terus dan selalu dalam lindungan Tuhan yaa aamiinn...
Makasih banyak buat kalian yang udah bersedia baca kisah ini, kisah ke-empat di wattpad ku! Aku akan lebih berterimakasih jika kalian juga mau meninggalkan jejak dengan cara vote + komen biar aku makin semangat!
Happy reading everyone... ❤️
-•-
"Kenapa?" Adrian maju melangkah mendorong dada Arnold.
"Ngajak tarung lo?" Xavier menaikkan salah satu alisnya.
Adrian tersenyum smirk, "lo kira geng gue takut?"
"SERAAANGG!!"
Penyerangan itu terlaksana tak tercegah, bersamaan dengan aksi kejar-kejaran antara Stella dan Bryan. Berhasilkah Stella kabur dari cengkeraman Bryan dan Anna?
***
Setelah perintah serang itu diluncurkan oleh Xavier, kedua geng langsung mengambil posisi masing-masing. Geng Arbani di arah barat dekat pagar masuk, sedangkan geng Black Wolf di arah timur dekat dengan pintu utama. Masing-masing dari mereka tidak boleh gegabah, mereka harus menyusun rencana terlebih dulu.
"Semua bawa pistol kan?" Tanya Adrian memastikan.
Seluruh anggota mengangguk, "lengkap dengan rompi anti peluru nya bos"
"Ok jadi taktik nya gini, kita anggap ini kayak permainan basket, masing-masing orang harus punya targetnya sendiri, biar kita bisa fokus, nanti kalau targetnya sudah berhasil di lumpuhkan kalian langsung dobrak pintu utama itu"
"Siap bos!"
"Ada pertanyaan?"
"Tidak bos"
Adrian mengangguk. Ia mengarahkan pistolnya ke langit-langit, lalu menembakkannya.
DOR!
Dan pertarungan sengit telah dimulai.
Rafi dan Chakra bergerak mengendap-endap dibalik pepohonan. Mereka berdua mengincar Zidane dan Brandon, yang terhitung tidak terlalu mahir dalam menggunakan pistol. Posisi keduanya juga yang paling dekat dengan pintu utama, jadi jika Rafi dan Chakra bisa mengalahkan keduanya, mereka bisa langsung menerobos masuk kedalam rumah itu.
Dor! Dor!
Dua tembakan berturut-turut di lemparkan oleh Zidane yang menyadari keberadaan mereka. Rafi dan Chakra dengan sigap langsung berdiri berlindung di balik pohon. Mereka saling menatap sebentar, lalu mengangguk.
Dor!!
Chakra memecahkan salah satu tempat persembunyian Brandon, yaitu dibalik pot marmer yang lumayan besar. Brandon menggerung marah, Ia balik menembak asal kearah Rafi dan Chakra.
Dor! Dor! Dor! Dor!
Sementara Aldo dan Arya, mereka memiliki rencana untuk mencoba masuk lewat pintu samping yang letaknya memang tidak terlalu jauh dari posisi Arnold dan Ronny (yang tadi menyetir mobil). Jadi misi mereka adalah mengincar kaki dan tangan keduanya agar bisa lebih mudah menyusup masuk kedalam.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEKAPAN HUJAN | END
Teen FictionJudul awal: BUKAN LEMAH HANYA LELAH "Dia, hujan. Yang selalu mengerti isi getaran kalbu. Membelenggu atma disaat lara menguasai rongga dada. Menyimpan kenangan dalam untaian nadanya yang tak beraturan." **** Kisah ini tentang Stella Maribelle, seora...