Selasa, 15 Oktober 2019
Sesuai rutinitas Shena, pada istirahat pertama ini dia langsung melangkah masuk ke kelas 11 E IPA, yang tak lain tak bukan adalah kelas Herve. Ternyata, Herve tidak ada di kelas. Padahal, pada jam istirahat pertama Herve sering kali berada di kelas.
"Anes, Herve masuk ga?" tanya Sena.
"Masuk, itu di mejanya ada tasnya," kata Anes.
"Orangnya kemana?" Sena masih penasaran mengenai kehadiran Herve.
"Lagi di ruang BK," jawab Anes singkat, padat, dan jelas.
"Kenapa?" Sena tambah bingung lagi.
"Lo tanya dia aja pas udah kelar," kata Anes menutup pembicaraan. Terus terang, Sena betul-betul tidak mengerti apa yang terjadi pada cowok itu.Malam sebelumnya
Di meja makan ruang makan keluarga Mahardikha, Pak Atmaja dan Bu Sofia bersama ketiga anaknya nampak sudah siap untuk menegur anak kedua mereka."Aduh pah... Tadi aku dipanggil suruh ketemu wali kelas sama jemput Herve di sekolah, karena gengnya Herve ketahuan sama guru mau berantem lawan sekolah lain..." curhat sang ibu dengan nada seperti mau menangis.
"Tenang, Sofia. Herve masih remaja, dan juga laki-laki. Biarkan dia untuk menikmati masa remajanya dahulu. Saya juga pernah melalui masa remaja, dan juga pernah berkelahi melawan murid dari sekolah lain," respon sang ayah menenangkan sang ibunda.
"Aduh, bapak sama anak sama aja. Bukannya ngasih tahu, malah ngomporin," kata sang ibu sedikit kecewa dengan pernyataan suaminya.
"Yes mom, dad's right. You need to chill, soalnya mama itu selalu dibilang kaya masih 37 tahun padahal umur aslinya udah 47 tahun. Ntar kalo keseringan marah-marah, mukanya jadi tua loh," kata Herve sambil tertawa kecil.
"Herve! Ini bukan waktu yang tepat untuk bercanda!" wanita paruh baya itu meninggikan nada bicaranya. Lagi-lagi Herve hanya tersenyum-senyum."Herve, sekolah yang dimaksud mama... SMA Cerdas Berbangsa kah?" tanya sang ayah seperti tak asing dengan isu persaingan antar sekolah itu.
"Papa cenayang ya? Kok tahu banget?" tanya Herve.
"Ternyata benar kalau orang-orang berkata bahwa beberapa hal tak pernah berubah. Contohnya saja persaingan antara SMA Bumi Kemala dan SMA Cerdas Berbangsa ini, sudah 3 dekade ternyata murid-murid di kedua sekolah tersebut masih suka berkelahi," cerita sang kepala keluarga.
"Papa lulusan Smabukel juga kan? Angkatan berapa?" tanya Nadia selaku anak sulung.
"Bener banget. Papa angkatan 1991. Sudah lama sekali," jawab pria berusia 47 tahun itu, "dan, mau sekadar cerita aja, kalo dulu papa berantem sama anak Smaceba buat dapetin mama, eh ternyata tuan rumahnya kalah dong, jadi papa yang dapet".
"Kaya Herve. Dia pernah tanding futsal lawan sekolah lain pas SMP, trus tuan rumahnya kalah," komentar Alvin, adik Herve, soal prestasi Herve di bidang olahraga pada jenjang sekolah menengah pertama.
"Woiyadong, kan abang lo yang jadi striker," respon Herve membanggakan dirinya."Trus tadi masalah berantemnya gimana? Lo dari tadi belum cerita," tanya Kak Nadia mencoba mengembalikan topik.
"Oke, jadi gini. Kaisha kan bilang ke gue, kalo dia cekcok sama anak Smaceba. Dia nanya, "anak-anak turun ga?". Pada ngeokein lah, termasuk gue. Pas kita berangkat ke lapangan tempat kita janji mau gelut, tiba-tiba guru PPKN gue entah dari mana bisa tahu kalo kita ada di situ. Makanya, belum sempet gelut udah dibubarin," cerita Herve.
"Aduh, beruntung sekali perkelahian ini belum sempet terjadi. Kalo udah, bisa jauh lebih parah..." komentar sang ibu yang sedari tadi sudah panik atas kejadian yang menimpa anak tengahnya itu."Syukurlah," komentar Nadia yang sedari dulu sebal dengan perilaku adiknya yang suka berkelahi dalam geng itu.
"Tapi ga seru kak, soalnya ga kebagian scene orang gelut. Padahal gelutnya Kak Herve selalu gue tungguin," komentar Alvin.
"Heh dasar bocil kematian! Lo mau kah abang lo sendiri di DO gara-gara gelut lawan sekolah rival? Lepas dari segala macem tingkahnya, dia siswa berpestasi loh!" omel Nadia setelah mendengar komentar sang adik bungsu yang terkesan pro dengan tindakan Herve.
"Eh tapi bener lho kak temen segeng gue ada yang hampir di DO. Dua orang dapet SP2 karena mereka berdua udah terkenal jadi troublemaker, trus satu orang dapet SP1. Yang bikin gue kaget, Kaisha yang jadi dalang cuma dapet poin 50 trus nulis pernyataan tertulis. Gue sih dapet poin tapi cuma setengahnya Kaisha ya, soalnya walau gue terlibat, gue jadi garda belakang alias yang bertugas ngawas-ngawasin. Jadi gue dianggep saksi dan kooperatif karena gue jawab semua pertanyaan dengan jujur dan ceritain lengkap dari A sampe Z. Bodo amat dah gue dikeluarin karena cepu, soalnya gara-gara gue siswa berprestasi gue didesak abis-abisan ama guru BK buat ceritain kronologinya," cerita Herve.
"Tumben lo ga sesat Ve," ejek Nadia yang membuat Herve hanya bisa tersenyum-senyum malu.
"Nah gitu dong. Kok ga cerita dari tadi? Padahal kejujuranmu mama apresiasi," sang ibu merasa lebih tenang sejak mendengar pengakuan dari Herve.
"Kirain mama udah tau kalo Herve jujur," kata Herve.
"Oh maaf, gurunya ga bilang kalo kamu jujur soalnya. Cuma diceritain kamu berantem. Nanti papa sama mama ke sekolah deh buat klarifikasi," kata sang ibu.
"Ok mom, thanks," Herve berterimakasih pada ibunya yang telah mendukung kejujurannya.==Unbelievable==
KAMU SEDANG MEMBACA
[SUDAH TERBIT, OPEN ORDER] unbelievable // k-idols 01l
FanfictionSudah open order via DM, Shopee, Tokopedia, langsung chat aja! "Terkadang hal yang tak dapat dipercaya bisa terjadi, namun pada saat yang sama hal yang selama ini diharapkan tak bisa terjadi" Status : Completed & published Highest rank : #1 teenlit ...