Operet Berujung Kekacauan

41 28 31
                                    

Pada hari Sabtu, klub teater sekolah mengadakan pentas operet di Teater Ciputra Artpreneur, Jakarta Selatan. Pemilihan tempat itu dipilih setelah menggalang dana dan persetujuan wakil kepala sekolah bidang kesiswaan. Tempat itu dipilih karena lokasinya yang strategis dan ada juga fasilitas museum sekaligus galeri seni, yang bisa dikunjungi anak-anak sebelum atau sesudah tampil.

Di dalam gedung teater berkapasitas 1157 orang itu, kursi-kursinya banyak yang terisi. Alasan mengapa banyak yang mengisi kursi tersebut adalah karena acara operet Smabukel selalu ditunggu-tunggu oleh khalayak umum baik tua atau muda. Acara itu memang terbuka untuk umum sehingga siapa saja bisa datang asalkan bersedia membayar tiket. Maka dari itu, orang tua murid dan murid-murid Smabukel juga orang-orang lainnya sudah memenuhi teater sejenak sebelum pertunjukan dimulai. Termasuk Sena, Sindai, dan Felice yang telah janjian menonton dan duduk bersebelahan.

Drama yang ditampilkan tersebut bergenre slice of life, alias seputar kehidupan anak SMA dengan alur cerita yang ringan dan mudah dipahami. Saat drama itu dimulai, semua penonton terlihat memperhatikan alur drama tersebut dengan seksama. Beberapa ada yang merekam atau melihat sembari tersenyum pertanda senang dengan penampilan anak-anak. Namun, di tengah jalan tiba-tiba saja ada sebuah penampilan yang mengalihkan perhatian. Bukan dari para penampil, melainkan dari Anesya yang berjalan melalui jalan tengah antara kursi-kursi penonton. Anes yang berjalan dengan langkah tegak dan ekspresi sombongnya pun lantas menjadi pusat perhatian karena gaya dan pakaiannya yang seperti model catwalk. Banyak penonton yang tercengang dengan langkah tegas Anes itu.

Saat Anes tiba di panggung setelah keluar dari backstage, ia langsung bermonolog sembari bersandiwara seakan ia orang paling tersakiti di bumi. Dalam monolog tersebut, ia menceritakan bahwa ia selalu sial dalam hidupnya, dikarenakan ia tak pernah mendapatkan kasih sayang dari ayah kandungnya. Anes pun juga mempermalukan dan mengancam Aura, pemeran utama sekaligus ketua klub teater. Aura nampak sangat tertekan dan malu dengan kelakuan saudara tirinya sendiri. Bu Laras sebagai orangtua Anes dan Aura sekaligus pembina ekskul teater pun mencoba menghentikan aksi Anes, namun gagal karena Anes yang terus membangkang. Selain itu, Anes juga bertanya kepada para penonton, apakah ia tokoh jahat dalam cerita ini atau bukan, yang disambut dengan teriakan dari para penonton. Mereka juga tertawa-tawa melihat monolog Anes, mengira itu bagian dari drama tersebut.

"Ini bukan sih bagian yang gue berantem sama Marsya gara-gara Naka?" Anes membahas drama tersebut bersama Aura yang berperan menjadi pemeran utama sekaligus penulis skenario.

"Engga Nes, itu ga gue masukin," timpal Aura.

"Ya, sekarang udah kelihatan kan?" sahut Sena dengan lantang dari salah satu lini kursi. Anes pun menengok dengan perasaan kaget sembari disambut tawa dari penonton.

"Bentar bentar, si Marsya ngerebut pacarnya Chesya?" komentar salah satu pemain yang berperan menjadi tukang gosip.

"Gue ga tau berapa kali gue harus ngomongin ini tetapi mereka tuh ga pernah pacaran," komentar Anes dengan berlagak seperti orang yang paling mengetahui segalanya.

"Oh ya? Ga cuma itu tapi Chesya ama Naka keasyikan ngapel waktu Marsya lagi mencoba berdamai sama dirinya sendiri," sindir Shena.

"Loh, kenapa?" Anes balik tanya.

"Karena Chesya itu cewek ga tau diri yang bermuka dua!" Shena meninggikan nada bicaranya.

"Gue tuh masih sadar diri ya! Lo tuh yang ga tau diri!" Anes ikutan berteriak.

"Ngaca sana lo!" Shena tambah meninggikan nada bicaranya. Tawa penonton pun semakin keras seiring argumen tersebut memanas. Bahkan tak sedikit pula penonton yang bertepuk tangan. Bu Laras masih berusaha membuat suasana kondusif dengan meminta Anes untuk menyingkir dari panggung, tapi Anes masih saja bersikukuh akan tetap di sana dengan alasan operet tersebut belum usai.

Hal tersebut makin diperparah ketika adegan tokoh Chesya menaiki kuda pada komidi putar. Anes berteriak dan mendorong aktris tersebut sampai ia terjatuh tanpa ada perasaan bersalah.

"Oh, ni orang harus gue abisin," kata Sena sembari berlari ke arah panggung melihat Anes yang semakin kurang ajar. Felice dan Sindai yang panik melihat aksi Sena pun mencoba mengejarnya agar Sena tak melakukan hal-hal nekat. Raut wajah Felice terlihat sangat panik karena ia menentang hal ini untuk terjadi.

"Shena, jangan!" teriak Felice dengan nada panik sekaligus melarang Shena untuk melakukan hal-hal gila pada anak kandung guru Bahasa Indonesia dan pembina ekskul teater itu.

"Shena hajar dia!" teriak Sindai yang mendukung Shena untuk melancarkan aksinya, berkebalikan sekali dengan Felice.

Sesampainya di panggung, Sena melayangkan tamparan pada Anes yang disambut oleh kehebohan dari para penonton.

"Sialan," komentar Nanda dari kursinya saking kagetnya ia melihat kejadian tersebut. Felice telah mencoba menghentikan serangan Shena, namun gagal karena Shena menahan Anes agar tidak menjauh sembari menjambak rambutnya. Namun, Anes tetap berlari menghindari serangan Shena sambil dikejar oleh Shena, Felice yang kewalahan, dan Sindai yang seperti tim hore, bahkan saat sudah keluar gedung teater pun. Di luar gedung teater, Anes berhasil tertangkap sehingga ia dibanting Shena ke tembok.

"Hajar terus Shen! Dia pantes dapetin itu semua, soalnya dia udah khianatin lo!" teriak Sindai saat Anes, Sena, dan Felice sudah jauh darinya.

Setelah serangkaian kejadian itu, Anes, Sena, Felice, dan Sindai memasuki kamar mandi perempuan. Terjadi keheningan sejenak, sampai akhirnya Anes angkat bicara.

"Gue sama Herve udah lama putus She," Anes yang terlihat berantakan dan suntuk akhirnya mengeluarkan kata-kata.

"Ga peduli. Soalnya ini semua ga ada hubungannya sama Herve," kata Shena sembari memberi isyarat pada Felice dan Sindai untuk segera meninggalkan kamar mandi.




==Unbelievable==





[SUDAH TERBIT, OPEN ORDER] unbelievable // k-idols 01lTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang