Hari Kamis, dari sudut pandang Arsena
Kata-kata Herve dan Hans kemarin membuatku berpikir keras. Mengapa itu semua sangat mendadak? Apalagi Hans yang notabene hanya sahabat Herve sepertinya yakin sekali dengan berita yang ia berikan padaku. Mengapa mereka enggan menyebutkan siapa sebenarnya Venus? Ada sangat banyak pertanyaan yang belum terjawab.
"Heh Shena, nyariin Herve kan lo?" seru Anes saat aku kembali masuk ke kelasnya untuk yang kesekian kalinya.
"Engga, kenapa emang?" tanyaku.
"Cuma mau ngasih tahu aja, hari ini doi ga masuk," Anes memberikan sebuah berita.
"Ya trus?" aku merespon.
"Biasanya lo nyariin Herve kan? Makanya gue kasih tahu," kata Anes yang sudah hafal betul dengan kebiasaanku.
"Owalah," timpalku singkat karena malas merespon kata-kata aneh bin ga jelas dari gadis bernama lengkap Anesya Mirezka Rauzana itu.
Aku segera mendekat ke meja Cleora di baris paling belakang kelas setelah berdialog dengan Anesya.
"She, lo tahu ga sih? Si Herve sama Venus itu udah pacaran lho," kata Cleora.
"Ga mungkin," ucapku singkat, padat, dan jelas. Karena sangat aneh ia tiba-tiba menyukai seseorang yang namanya saja tak pernah kudengar. Pasti itu-itu saja.
"Ih tapi yang sekarang beneran lho. Dia sendiri bilang tadi, kalo dia suka & bahkan dia nembak Venus terus diterima!" komentar Cleora. Aku masih tak percaya bahkan setelah sejumlah orang mengatakan hal yang sama.
"Aside from itu bener apa engga, Venus itu sebenernya siapa sih? Ga ngerti gue kok bisa anak-anak kelas lo pada ngomongin dia semua?" tanyaku penasaran mengapa sedari satu kelas menceritakan cerita yang sama dengan menyebut nama perempuan itu.
"Owalah, nama asli dia itu Ifena, murid pindahan dari Bandung yang baru aja pindah ke sini awal semester ini. Kalo lo mau tahu mejanya, lihat bawah lo aja. Nah di situ tempatnya," Cleo memberikan sebuah fakta besar. Terlebih lagi, setelah aku cek meja itu milik Venus alias Ifena.
Begitu aku lihat meja tersebut, ternyata ada buku di atasnya. Buku itu bertuliskan label nama Ifena Harsya Yervanessa, yang merupakan nama lengkap anak tersebut. Ini pun kembali jadi fakta besar. Fakta besar ini sekaligus menandakan telah resmi dimulainya sebuah babak baru dari drama yang sedang berjalan, dan babak itu akan diberi judul "Aku, Herve, dan Anak Baru".
"Eh, kemarin gue lihat Herve nembak Venus di lab biologi," sahut Randy dengan mendadak.
"Ga asik, skip," sergahku. Aku langsung menyergah karena lepas itu betul-betul terjadi atau tidak, hal itu tak masuk di logikaku. Alasannya sudah pernah kusebutkan, yaitu yang dia suka hanya Aika, Anes, atau Nanda dan tipe idealnya juga modelan mereka bertiga. Pasti hanya berkisar di antara mereka-mereka saja, tak ada yang lain. Kalau yang suka Herve, banyak banget sih. Hervenya juga ngakuin.
Hari Jumat
Tiap hari Jumat siang, pasti aku ke rumah Aika untuk les Inggris. Sebelum gurunya datang, pasti kita ngobrol-ngobrol dulu. Minimal ngobrolin kejadian-kejadian kecil yang ada di sekolah gitu lah.
"Eh, temen SD gue ada yang baru pindah ke Smabukel lho, ke kelas 11-E IPA lebih tepatnya," cerita Aika.
"Oh dia, si Lepi, itu kan temen gue bimbel pas mau masuk SMA," responku. Sekadar info, aku dan Lepi memang sudah saling kenal dari sebelum dia pindah ke Smabukel, maka dari itu kita tak asing bagi satu dan lainnya.
"Ngomong-ngomong, ada anak baru lagi kan di 11 E? Yang rambutnya item panjang itu," kata Aika. Aku langsung tahu siapa yang Aika maksud.
"Oh Ifena, dia tuh dirumorin pacaran sama Herve masa. Heran banget, anak baru kok udah dirumorin pacaran sama primadona sekolah. Menurut lo sendiri logis ga sih?" aku menceritakan hal yang lagi gencar-gencarnya dibahas oleh anak 11 E IPA beberapa hari ke belakang.
"Hah? Beneran? Ga logis sih kalo menurut gue, tapi ga ada yang ga mungkin di dunia ini. Walau kemungkinannya kecil, tapi bisa aja kejadian beneran," jawab Aika.
"Rumornya sih hoax, tapi yang ngomongin banyak. Kebanyakan anak-anak yang akrab sama Herve," kataku dengan santai.
"Lo yakin hoax? Kalo bener gimana?" tanya Aika mencoba membuatku berpikir lebih dalam.
"Ya enggak lah! Salah total!" masih saja tertanam di otakku bahwa itu rumor palsu. Ya, aku sudah sering tertipu oleh rumor palsu, bahkan aku pun korban dari rumor palsu semacam itu. Aku takkan tertipu lagi apabila itu tak betulan terjadi.
"Ya udah deh kalo lo ngerasa gitu," kata Aika yang pasrah akan prinsip seorang Arsena Meyriska Raizania yang keras kepala.
==Unbelievable==
KAMU SEDANG MEMBACA
[SUDAH TERBIT, OPEN ORDER] unbelievable // k-idols 01l
FanfictionSudah open order via DM, Shopee, Tokopedia, langsung chat aja! "Terkadang hal yang tak dapat dipercaya bisa terjadi, namun pada saat yang sama hal yang selama ini diharapkan tak bisa terjadi" Status : Completed & published Highest rank : #1 teenlit ...