Berita Duka

41 22 8
                                    

Shena's POV

Hari ini hari Kamis. Pelajaran pertama untuk hari itu adalah sejarah, yang bagi murid-murid di kelasku cukup membosankan. Walaupun begitu, sebagian besar anak-anak 11 B IPA hari ini bersemangat mengikuti pelajaran sejarah karena kami menonton film Sang Kiai, yang sangat seru nan mengasyikkan tentang perjuangan KH Hasyim Asyari pendiri NU dalam melawan para penjajah Jepang. Pak Husein sendiri telah sejak lama berjanji untuk memutar film pada jam pelajaran sejarah, namun baru tercapai sekarang dikarenakan kami baru mendapatkan waktu, film, dan juga topik yang pas. Karena kebetulan pembelajaran kami mempelajari bab penjajahan Jepang, maka dari itu kami menonton film yang menampilkan perlawanan para kyai dan santri itu. Meskipun film itu bertema sejarah, ada beberapa bagian dari film tersebut yang cukup menegangkan sehingga banyak anak yang tertarik menonton bahkan memperhatikan film itu. Termasuk aku dan teman sebangkuku, Nata, yang sedari tadi mengobrol dengan suara pelan membahas film yang sedang ditonton.

Tiba-tiba saja, terdengar suara guru dari pengeras suara kelas. Guru yang bicara itu meminta semua murid dan guru untuk berkumpul di lapangan upacara.

"Perhatian perhatian. Ada pengumuman penting dari sekolah, para murid dan guru dimohon untuk segera berkumpul di lapangan upacara," kata suara guru tersebut. Seketika murid-murid pun langsung berhamburan keluar, berusaha berlari secepat mungkin menuju lapangan walau terdesak murid yang lain.

"Ayo anak-anak, jangan lari, jangan panik. Kalo masih lari-lari terus bapak suruh baris urut absen," komentar Pak Husein guru sejarah sekaligus guru BK dan koordinator tim tata tertib sekolah yang mencoba mengondisikan suasana murid-murid yang panik tanpa mengetahui hal apa yang sebenarnya terjadi.

"Nata, ada apaan sih?" tanyaku.

"Lah ga tau," komentar Nata yang sama bingungnya denganku.

"Aneh banget, kalo ada pengumuman penting kan harusnya bisa lewat grup kelas atau pengeras suara aja. Ngapain sih harus motong pelajaran dengan dikumpulin ke lapangan? Bukannya malah bikin kelas ga kondusif ya?" Nanda menyampaikan pendapatnya mengenai kejadian ini.

"Bisa aja sekolah kita baru aja diserang sam penjajah yang ga sepaham sama kita dan nyuruh kita buat tunduk ke mereka, terus kita dikumpulin buat nyusun strategi. Kaya di film yang kita tonton tadi," kata Sindai dengan nada bercanda karena terbawa suasana film yang bertema perjuangan itu.

"Sin! Lo ga lihat sikon banget! Jangan bikin kita semua tambah panik deh," komentar Elen kesal.

"Tapi mungkin beneran juga loh, sekolah kita dalam keadaan darurat sehingga kita diminta buat berkumpul biar bisa selametin diri kita bareng-bareng," komentar Felice rasional.

"Hiiiiiy, cepet ke sana!" teriak kami berlima bebarengan. Felice yang pertama kali mengatakannya pun hanya tertawa melihat reaksi kami yang seketika berubah dari kebingungan menjadi panik.

Sesampainya di lapangan upacara, kami langsung diminta untuk berbaris sesuai dengan kelas masing-masing.

"Selamat pagi anak-anak. Bapak mengumpulkan kalian di sini untuk menyampaikan sebuah berita duka. Pada jam 07.30 pagi tadi, ibu Kurnia Retnowati selaku kepala sekolah dari SMA Bumi Kemala telah berpulang ke Tuhan Yang Maha Kuasa. Penyebab beliau tiada diketahui karena serangan jantung. Semoga semua amal ibadah beliau dapat diterima di sisi-Nya," jelas Pak Yoga selaku wakil kepala sekolah bidang kesiswaan. Murid-murid awalnya terdiam, namun tiba-tiba banyak terdengar suara-suara obrolan yang tak begitu jelas.

"Karena guru-guru akan melayat dan mengantar almarhumah ke tempat peristirahatan terakhirnya, maka untuk hari ini peserta didik SMA Bumi Kemala belajar di rumah," sambung Pak Yoga yang disambut kembali dengan suara murid-murid yang mengobrol. Sepertinya mereka ingin melakukan selebrasi, tapi waktunya sungguh-sungguh kurang tepat sehingga mereka hanya bicara-bicara bersama teman yang ada di sebelahnya.

"Azab kepala sekolah korup, kematiannya dirayakan sebagai hari bahagia," celetuk Sindai sembari tertawa kecil.

"Heh jangan ngawur lo!" kata Nanda dengan nada yang tegas.

"Bener-bener ya, si Sindai dari tadi ga bisa lihat sikon," komentar Elen yang masih tetap kesal dengan sikap Sindai.

"Aduh maaf Len, abis ini makan-makan yuk," tawar Sindai yang merasa bersalah.

"Gas, tapi masalahnya ada ga tempat makan yang buka jam segini?" kata Felice setelah ia melihat jam tangannya yang masih menunjukkan pukul 08.00 pagi.

"Ya siangan lah perut gue masih kenyang sarapan," timpalku. Kami pun segera berjalan ke kelas sambil tertawa-tawa, seakan lupa jika kami baru saja mendengar sebuah berita duka.








==Unbelievable==






[SUDAH TERBIT, OPEN ORDER] unbelievable // k-idols 01lTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang