Senin, 7 Oktober 2019 dari sudut pandang Arsena
Setelah selesai mapel Bahasa Indonesia, pelajaran kedua ini adalah matematika wajib. Pelajaran yang jarang diminati orang-orang, khususnya jika terjadi hari Senin. Aku sebenarnya sudah mencoba mencintai pelajaran matematika wajib, tetapi agaknya guru sangat berpengaruh dalam mengajar, karena aku terus terang kurang paham dengan materi kelas 11 ini karena gurunya. Guru itu sering kali dijadikan bahan guyonan karena sudah tua, suaranya cempreng, dan tubuhnya sangat pendek. Bahkan Sindai, sahabatku yang bertubuh pendek itu masih lebih tinggi daripada guru tersebut (padahal gurunya pake heels loh)
Guru matematikaku mengumumkan bahwa akan ada ujian pengayaan bagi yang sudah tuntas dan remidi bagi yang belum tuntas. Nilaiku dapet 78, mepet sama KKM. KKM di sekolahku untuk Matematika wajib 76, kalau pelajaran lain ada yang 70 maupun 65.
"Shena!" panggil Ananda.
"Apa nan?" aku menjawab panggilannya.
"Lo dapet berapa?" tanya Nanda.
"78," kataku jujur.
"Oh, mepet KKM ya? Lo mau taruhan sama gue gak? Yang kalah, jajanin yang menang seminggu," tantang Ananda. Seketika aku pun langsung merasa tertantang, karena ini bisa jadi alasan yang sangat bagus sekaligus kesempatan emas untuk belajar. Sebab, mamaku seringkali mengeluh kalau aku sangat malas belajar, sehingga aku harus mencari alasan agar lebih termotivasi untuk belajar.
"Ya boleh, deal ga nih?" tanyaku.
"Deal!" balas Nanda. Hubunganku dengan Nanda memang terkadang kurang baik, karena kita sejumlah kali bertengkar perihal Herve. Walaupun kami tak lepas dari pertengkaran, tetapi aku tak menganggap dia sebagai musuh. Asal kalian tahu, Nanda dan Herve temenan sejak kelas 1 SD, maka dari itu tak ayal jika Nanda sedikit overprotective terhadap Herve, karena sudah dianggap adik sendiri walau secara usia mereka seumuran.Skip tanggal 17 Oktober 2019
Hari ini, hari Kamis, setelah istirahat pertama, tibalah pelajaran Matwa. Ngomongin Matematika Wajib, sesuai janji gurunya, kemarin Senin sudah diadakan ujian pengayaan dan remidi.
"Pagi menjelang siang anak-anak, hari ini saya akan umumkan hasil dari ujian remidi maupun pengayaan kemarin Senin. Untuk yang belum tuntas, silakan minta remidi sepulang sekolah, dan untuk yang pengayaan, nilai yang ibu pakai adalah nilai yang tertinggi," jelas guruku. Sontak sekelas deg-degan setengah kaget, dikarenakan waktu antara ujian tersebut dengan pengumumannya sangat berdekatan, hanya berselang 3 hari. Gurunya menggulir layar yang menampilkan data nilai di aplikasi Microsoft Excel, menampilkan data nilai murid kelas 11 B IPA.Karena huruf depan dari namaku adalah A, maka dari itu aku berada di nomor presensi awal. Saat membacakan nama dan nilaiku, gurunya kaget bukan kepalang. Begitu juga sekelas, termasuk aku. Tahukah kalian aku dapat nilai berapa? Ya, sembilan puluh delapan. Angka yang butuh perjuangan untuk mencapainya.
"She, serius lo dapet 98? Gila anjir," komentar Nata tak percaya. Murid lain di kelasku juga ikut heboh melihat pengumuman tersebut.
"Aduh Shena, kamu kalau teliti sedikit lagi saja, kamu dapet 100," kata sang guru. Aku pun hanya tersenyum kecil."Janjinya apa, Ananda?" tanyaku pada Nanda.
"Gue kalah, gue yang jajanin lo," kata Nanda mengingat apa yang sudah ia janjikan padaku. Horeeeee! Aku ga sabar mau dijajanin Nanda nanti pas istirahat kedua!==Unbelievable==
KAMU SEDANG MEMBACA
[SUDAH TERBIT, OPEN ORDER] unbelievable // k-idols 01l
FanficSudah open order via DM, Shopee, Tokopedia, langsung chat aja! "Terkadang hal yang tak dapat dipercaya bisa terjadi, namun pada saat yang sama hal yang selama ini diharapkan tak bisa terjadi" Status : Completed & published Highest rank : #1 teenlit ...