Membabu

132 88 8
                                    

Shena's POV

Hari Pertama

Di kelas Herve, aku sedang bercanda dengan Anes. Tiba-tiba saja, aku didorong oleh Anes sampai aku merasakan bahwa aku sedang menyenggol sesuatu. Saat aku menengok untuk melihat apa yang kusenggol, ternyata itu adalah segelas kopi. Karena gelas kopi tersebut tidak ditutup dengan rapat, kopinya pun menumpahkan sebuah makalah. Setelah ku lihat, ternyata makalah itu milik kelompok Biologinya Herve.

"Sena, itu meja Herve loh..." kata Cellyn dengan suara yang lirih, mengetahui bahwa hal buruk akan datang.

Benar saja, tak ada semenit kemudian Herve masuk. Aku masih mematung disamping mejanya, bingung harus melakukan apa.

"Lo kan yang numpahin kopi ke makalah gue?" teriak Herve. Karena Aries dan Libra memang ditakdirkan untuk berteman, maka dari itu Hans yang berzodiak Libra pun menenangkan Herve agar ia tak naik pitam.

"Iya," kataku dengan singkat, padat, jelas, dan juga jujur.

"Great, sebagai hukumannya, mulai detik ini, lo jadi sekretaris gue selama seminggu. Tugas lo simpel, tinggal lakuin apa yang gue suruh," kata Herve.

"Apa? Jadi gue suruh jadi babu lo selama seminggu?" teriakku tak terima.

"Mau seminggu atau sebulan? Gue ga terima penolakan," tantang Herve.

"Ya udah seminggu," kataku ogah disuruh-suruh dalam jangka waktu yang lama.

"Oke, kalo gitu, tugas pertama lo, bersihin ini, print materinya di labkom, abis tu beliin kopi di minimarket depan sekolahan. Terlalu ribet atau kurang ribet?" perintah Herve. Aku tak menjawabnya, aku langsung mengambil kain lap yang ada di kelas Herve, lalu aku bersihkan meja tersebut dengan gesit. Untung saja hasilnya bersih, sehingga aku langsung mencuci kain lap tersebut.
"Filenya ada di sini, cari aja laporan praktikum biologi kelompok 4 di folder tugas sekolah," perintah Herve sembari menyodorkan flashdisknya. Namun, saat Herve menyerahkan flashdisknya padaku, aku melihat Kaisha dan Hans memberikan tatapan aneh pada Herve. Aku tak tahu maknanya apa, tapi itu pasti sesuatu yang mengagetkan.

Saat aku sampai di lab komputer dan menyambungkan flashdisk Herve ke dalam komputer itu, betapa kagetnya aku melihat isinya. Ternyata di flashdisk Herve banyak sekali terdapat video porno dari berbagai genre dan negara. Sekarang aku pun paham mengapa Hans dan Kaisha memberikan tatapan aneh saat Herve menyerahkan flashdisknya padaku. Selain itu, yang membuatku tambah kaget melihat flashdisk Herve adalah adanya folder berisi foto Anes dan Nanda. Karena aku sedari tadi mengalungi flashdisk milikku, aku langsung menghubungkan flashdiskku ke komputer yang aku pakai dan menyalin folder berisi foto dan seri lengkap dorama Kurofuku Monogatari yang dia tak mau untuk mengirimnya padaku. Setelah selesai salin menyalin, aku langsung mencetak dan menjilid makalah tersebut sesuai permintaan Herve. Kebetulan, di labkom sudah ada beberapa alat untuk menjilid.

Setelah keluar dari labkom, aku segera naik untuk mengantar makalah tersebut. Di saat yang sama, aku berpapasan dengan Herve dan teman segengnya yang sedang berjalan menuju lab biologi.

"Here you go," kataku sambil memberikan makalah yang sudah dijilid rapi itu.

"Pas banget, makasih yeu," kata Herve yang sudah berada di ujung tanduk apabila dia tak mengumpulkan makalah itu hari ini.

"Kopinya gimana?" tanyaku mengingat satu lagi perintah Herve yang belum kukerjakan.

"Gapapa, gue ntar pulang sekolah nongkrongnya di situ, bisa beli sendiri," Herve memberikan keringanan.

Hari Kedua

"Sena, lo free ga abis pulang sekolah?" tanya Herve.

"Free, kenapa emang?" aku balik tanya.
"Bagus, soalnya gue susulan UH PPKN di perpustakaan. Lo tungguin, ntar kalo gue ga ngerti gue bakalan nanya lo," perintah Herve. Aku pun hanya mengiyakan.

Sesuai janji, saat pelajaran selesai, aku langsung turun ke perpustakaan dan membaca buku novel berjudul Ivanna van Dijk karangan Risa Saraswati. Herve pun menyusul dan duduk tak jauh dariku. Ia sudah membawa lembar jawab dan soal yang diberikan oleh guru PPKN. Untung saja, saat dia mengerjakan ulangan tersebut, dia tidak banyak bertanya karena dia memanfaatkan ponsel pintarnya untuk mencari jawaban. Jadi, hari kedua ini terbilang lancar.

Hari Ketiga

"Sena, denger-denger lo jagoan B Inggris. Kalo gitu, kerjain tugas B Inggris gue. Selesaiin sebelum istirahat kedua, soalnya kalo belum kelar ntar gue dinyanyiin gurunya," perintah Herve saat aku main ke kelasnya. Hanya untuk informasi, guru Bahasa Inggris Herve sudah tua dan terkenal di sekolah kalau marah suka seperti bernyanyi, karena beliau orangnya sangat disiplin.

Karena kelasku jamkos, aku pun menghabiskan waktu jamkos tersebut untuk mengerjakan tugas Herve. Karena materinya sudah kukuasai, maka dari itu tidak membutuhkan waktu lama bagiku untuk mengerjakannya. Kebetulan lagi, saat aku ke ruang guru, guru yang dimaksud Herve sedang tidak ada di ruang guru. Maka dari itu, aku bisa dengan lekas menaruhnya di meja beliau.

Hari Keempat

Jam istirahat pertama, aku ada di kelas Herve, seperti hari-hari sebelumnya. Dan benar saja, ia kembali menyuruhku melakukan beberapa hal.
"Sena, beliin gue batagor sama es teh di kantin," perintah Herve. Aku pun segera turun dan melaksanakan perintahnya.

Saat aku sampai ke kelas Herve untuk menyerahkan pesanannya, aku pun langsung berteriak karena sudah lelah dengan semua perlakuan Herve.
"Ini pesanannya tuan, ini hari terakhir saya ya," kataku dengan nada kesal.
"Heh, maksud lo apa hari terakhir?" Herve tak terima.
"Ini kan baru hari Jumat. Curang dong! Harusnya ampe Selasa lagi!" Kaisha nimbrung.

"Maaf ya tuan pengadu domba, Tuan Herve tak pernah berkata bahwa perjanjian itu berlangsung selama 7 hari, melainkan ia hanya berkata itu berlangsung selama seminggu. Seminggu sekolah itu hanya sampai Jumat, jadi sudah sesuai perjanjian bukan?" kataku dengan nada nyebelin. Herve dan Kaisha seketika kicep.

"Permisi tuan, tugas saya telah selesai". Aku pun langsung melenggang pergi sembari terkekeh melihat tingkah mereka.





==Unbelievable==

[SUDAH TERBIT, OPEN ORDER] unbelievable // k-idols 01lTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang