Shena Di Ujung Tanduk

113 85 7
                                    

Shena's POV

Hari ini jam pertama dan kedua tidak ada pelajaran, dan KBM baru dimulai pada jam ketiga. Hal itu disebabkan oleh pada jam pertama dan kedua diadakan parade marching band. Sayangnya, aku datang terlambat sehingga pada saat aku selesai menaruh tas di kelas, paradenya sudah berangkat dan aku tak mengerti teman-teman sekelasku ada dimana.

Aku berlari tunggang langgang di jalanan depan sekolah sembari mencari teman-teman sekelasku. Tiba-tiba saja, aku tak sengaja menabrak seseorang yang nampaknya memiliki tinggi badan yang berbeda jauh denganku.

"Eh, Sena," kata orang yang kutabrak itu, "kok kelihatannya panik banget sampe lari-lari?"

"Krisna?" aku menyahut dengan setengah berteriak begitu menyadari siapa yang kutabrak.

"Ya iya lah, lo pikir siapa emang?" jawab Krisna dengan nada sedikit sombong.

"Krisna lah, siapa lagi orang yang lagaknya sok-sokan kek gini!" aku balas berteriak.

"Udahlah, udah telat juga, percuma lo lari-lari. Mending lo ngobrol ama gue aja," goda Krisna.

"Ngobrol apaan?" aku balik tanya.

"Denger-denger, minggu lalu lo abis dijadiin babu sama Herve kan?" tanya Krisna mengenai kejadian minggu lalu.

"Lo tau darimana?" aku kaget sekaget-kagetnya. Tiada kusangka Krisna mengetahui soal perjanjian itu.

"Dari aneka sumber," komentar Krisna dengan ekspresi jahil.

"Emang susah jadi seleb. Beritanya ada dimana-mana," kataku sombong.

"Nyesel gue ngomong ama lo. Udah deh, mending lo ga usah ngecrushin Herve aja. Dia ga baik buat dicrushin," Krisna tiba-tiba mengalihkan topik.

"Jadi lo ngode nyuruh gue jauhin Herve buat deketin lo? Gue sih ogah ya, soalnya lo sama brengseknya sama dia," omelku.

"Apa sih yang harus gue lakuin biar lo ga bilang gue brengsek atau kata-kata kasar lainnya?" Krisna sedikitnya kecewa dengan kata-kataku.

"Ya udah, jangan jadi Herve," kataku sembari melangkah pergi meninggalkan Krisna.

Skip Pelajaran Komputer

Setelah istirahat pertama, anak-anak kelas 11 B IPA segera turun ke lab komputer untuk mengikuti pelajaran komputer. Menurutku, pelajaran hari ini cukup mudah dikarenakan aku sudah pernah mencoba menggunakan jenis perangkat lunak yang diajarkan oleh sang guru. Jadi, terasa cepat sekali pelajaran itu berlangsung. Setelah selesai mengerjakan tugasnya, aku pun mengirimkan salinan file-nya ke alamat surel sang guru, sesuai dengan permintaan beliau yang diberikan ke seluruh murid.

Setiap murid yang selesai duluan, termasuk aku, diberikan kebebasan untuk mengakses internet selagi masih ada waktu. Aku pun mengambil kesempatan tersebut untuk mengakses salah satu situs web e-novel yang kugunakan. Setelah mencari nama penulisnya di kolom pencarian, tanpa membutuhkan waktu lama aku langsung menemukan cerita tersebut.


Ketika sedang membacanya, aku menyadari Ananda yang duduk tepat di sebelahku sedang mencuri-curi pandang ke arah layar komputerku. Seketika aku kaget sekaligus panik, karena bagian yang sedang kubaca adalah bagian dimana pasangan utama di cerita tersebut sedang melakukan hubungan intim.

"Weh Shena, ga bener nih bacaan lo!" komentar Ananda dengan suara yang cukup keras, namun untungnya suaranya tidak terdengar ke seluruh ruangan dikarenakan suasana lab komputer cukup gaduh. Kegaduhan tersebut bermula dari salah seorang murid lelaki yang sedang berbuat iseng kepada temannya, lalu dilanjutkan dengan nyaris semua personil kelas menertawakan tingkah mereka.

Di sisi lain, aku mencoba menenangkan Ananda agar tak bicara terlalu keras. Namun, Ananda sepertinya tidak mengindahkan kode yang kuberikan itu.

"Bu.... Shena baca cerita mesum!" ejek Ananda dengan suara agak keras sembari mengangkat tangannya.

"Nan!" aku mengepalkan tanganku bersiap untuk memukul kepala Ananda.

"Ampun She, ampun!" Ananda sepertinya mengerti aku kesal dengannya.

Untung saja, gurunya sedang repot menenangkan dua murid lelaki yang gaduh itu sehingga dialog antara aku dan Nanda tak terdengar sama sekali olehnya. Kalau misalkan terdengar, aku benar-benar berada di ujung tanduk! Bayangkan saja rasanya ketika seorang guru mengetahui kau sedang melihat media yang menjurus ke arah pornografi di lingkungan sekolah dan jam pelajaran! Pastinya itu akan jadi momen yang sangat canggung. Walau aku sendiri tak pernah mengalaminya, aku sudah dapat membayangkan perasaan tersebut.

Kukira kegaduhan yang terjadi hanya berhenti sampai di ruang komputer, namun ternyata aku salah besar. Saat aku keluar dari lab komputer, tersaji pandangan yang sangat gila. Ya, benar-benar gila dan tak disangka. Kedua sepatuku ada dalam keadaan basah total, namun sepatu kanannya lebih basah daripada yang kiri. Aku kaget sekaligus bingung melihat keadaan tersebut.

"She, sepatu lo udah direndem sebelum gue ke kamar mandi..." Felice angkat bicara.

"Hah gimana-gimana?" tanyaku sembari mengambil sepatuku yang basah.

"Jadi kan tadi gue ke kamar mandi yang di samping labkom, nah itu gue lihat ada yang ngambang di bak air. Begitu gue deketin buat lihat itu apaan, ternyata sepatu lo," cerita Felice.

"Lah gila aneh banget," komentarku sembari berjalan tanpa alas kaki, hanya memakai kaos kakiku saja. Setelah kami sedikit bergeser dari labkom, aku pun langsung mencari tempat untuk menjemur sepatuku dengan perasaan masih tak percaya.

Pelajaran berikutnya adalah pelajaran Fisika, yang notabene merupakan pelajaran wali kelas kami. Di kelas, ternyata wali kelas kami sudah menunggu di meja guru dengan tatapan serius.

"Bapak tahu apa yang terjadi tadi," Pak Frans, guru BK kami, angkat bicara. Seketika sekelas pun benar-benar tenang, saking tenangnya sampai kalian dapat mendengar suara peniti terjatuh.

"Bapak juga paham kalian sebagai remaja seringkali berpikir untuk menjahili teman kalian. Namun, sebaiknya sebelum kalian menjahili teman kalian, kalian pikirkan dulu apakah perbuatan kalian menyusahkan orang lain atau tidak," nasihat Pak Frans.

"Maka dari itu, bagi yang merasa melakukan, silakan mengaku ke saya atau Bu Silvi. Bapak tunggu sampai istirahat kedua selesai. Jika melebihi batas waktu yang bapak tentukan, akan bapak cari sendiri dan bapak akan berikan sanksi yang lebih berat setelah ketemu," Pak Frans melanjutkan kata-katanya, yang langsung membuat para murid bicara ke teman yang berada di dekatnya, menerka-nerka siapa pelakunya dan metode apa yang akan Pak Frans lakukan untuk mencari sang pelaku, sebab setahu kami tidak ada CCTV yang mengarah ke kamar mandi yang terletak di sebelah lab komputer.

"Tanpa suara!" Bu Silvi menenangkan kami semua yang hampir gaduh mendengar kata-kata Pak Frans.

"Bapak yakin pelakunya pasti anak kelas kalian. Karena hari ini satu-satunya guru prakarya sedang ada acara di luar kota, jadi kelas yang jadwal prakaryanya bersamaan dengan jadwal komputer kalian kosong," Pak Frans kembali bicara. Kelas pun kembali dipenuhi dengan kasak kusuk suara murid-murid yang mencari siapa pelakunya.

"Bapak tidak mau banyak bicara, maka sekian yang bisa bapak sampaikan. Bapak masih tunggu pengakuan kalian. Terima kasih. Silakan lanjutkan pelajaran kalian," tutup Pak Frans sembari berjalan ke luar kelas.

Pelajaran Fisika hari ini sedikit tidak kondusif. Karena Bu Silvi masih membahas soal kejadian tadi, dan juga bertanya padaku bagaimana kronologi kejadiannya karena posisiku adalah korban dalam situasi tersebut. Namun, aku juga tidak mengerti kronologinya karena aku mengetahuinya setelah keluar dari lab komputer. Felice selaku yang menemukannya pertama kali juga ditanyai oleh sang wali kelas. Wah, kalau begini bukan cuma aku yang diujung tanduk, tapi sekelas juga!





==Unbelievable==



[SUDAH TERBIT, OPEN ORDER] unbelievable // k-idols 01lTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang