Bolos

36 24 0
                                    

Shena's POV

Hari ini, harinya cukup panas yang menyebabkan aku kepanasan dan keluar kelas untuk mencari angin. Kebetulan tidak ada guru yang datang, sehingga jam pelajarannya jamkos. Kalau jam kosong, sasarannya pasti antara kantin atau perpustakaan buat ngadem. Jarang banget sih yang ke perpus, pasti ujung-ujungnya mampir kantin. Namanya juga anak putih abu-abu, alias SMA.

"She, kita mau ke kantin, lo mau ikut ga?" ajak Nanda.

"Ikut dong!" aku menuruti ajakannya.

Kami pun langsung bangkit dari bangku kami masing-masing dan bersiap untuk keluar dari kelas. Aku juga melihat banyak sekali anak-anak kelas 11 B IPA yang beranjak dari kursinya dan pergi keluar kelas. Semua murid kelasku tampaknya berkeinginan kuat untuk meninggalkan kelas sekarang.

"Nan! Kok lo pake bawa tas segala sih! Jan ngawur deh, ini baru jam setengah 11!" aku kaget sehingga nyaris berteriak begitu mengetahui Nanda mengambil tas dari kursinya dan menggendongnya di bahu.

"Gapapa, ga ada yang tau juga kok. Guru-guru lagi pada rapat," kata Ananda. Memang benar kata Ananda, alasan hari ini banyak jamkos adalah karena guru-guru sedang rapat sehingga tak dapat mengajar di kelas, dan bahkan diberi tugas pun tidak.

"Ya udah lah," aku pun menyanggupi permintaan Nanda. Bodohnya, aku juga melakukan hal yang sama. Alasannya tak lain tak bukan adalah bosan alias gabut.

Sadar tak sadar, murid-murid lain juga mengikuti jejak Ananda. Mereka semua mengambil tas dan melangkah keluar, bahkan murid-murid yang "bijak" dan jauh dari masalah sekalipun. Terlebih lagi murid-murid yang sering terlibat dalam masalah, mereka sudah beranjak pergi dari ruangan kelas sejak tadi. Mungkin supaya jika ada guru yang masuk kaget mengapa tidak ada orang dan tas di kelas.

Sesampainya di kantin belakang, aku pun juga melihat anak-anak dari kelas Herve berkumpul di situ. Bahkan ada beberapa siswa laki-laki yang menyelinap keluar gedung sekolah dengan melompat pagar belakang. Karena kantin belakang memiliki akses langsung ke komplek rumah warga, maka dari itu tempat tersebut menjadi sasaran empuk bagi para murid tukang bolos.

"Eh, ada Ifena," aku tersadar dari lamunanku saat melihat Nanda sudah bersama Ifena. Tmi aja, aku sama Ifena udah baikan karena Ananda, dan juga karena satu dan lain hal. Selain itu, karena kami sudah baikan, aku juga berada dalam sebuah misi jadi-jadian yang mengharuskanku untuk mengenali Ifena secara dalam.

"She, lo sama Venus tungguin gue di bawah pager belakang. Nanti lo berdua loncatin pager pas mobil gue udah sampe dibawahnya," kata Ananda padaku dan Venus. Kami berdua langsung mengangguk tanda mengerti.

Tak lama kemudian, mobil Nanda berhenti di bawah pagar, bebarengan dengan kami turun dari pagar. Nanda langsung tancap gas ke rumahnya di kawasan Cipete. Fyi, rumah Nanda dan Ifena sebelahan, dan juga mereka sepupu. Karena jaraknya cukup dekat dari sekolahan, kurang dari 20 menit kita sudah sampai.

"Nan, ga ditanya-tanyain sama bonyok lo kenapa pulangnya pagi?" aku malah yang jadi panik soal acara bolos keluar sekolah ini. Karena benar, senakal-nakalnya aku, aku belum pernah bolos keluar sekolah.

"Rumah kosong, ortu kerja ampe sore kakak gue kuliah adek gue sekolah," Ananda menerangkan keadaannya rumahnya di waktu pagi menjelang siang hingga sore hari.

"Kalo lo gimana Fen? Gue kan belum terlalu kenal sama lo," kataku. Jujur saja, jika bukan karena Herve dan Ananda aku tak bakal mengenal siapa Ifena. Sisi positif dari misi tersebut adalah aku bisa mengenal Ifena lebih jauh, sekalian dapat teman baru.

"Papa kerja, mama sama adek masih di Bandung, pindahnya sekalian kenaikan kelas bulan Juni besok," jawab Ifena.

"Lo punya adek?" tanyaku.

"Adek kembar, tapi masih di Bandung karena dia otw UN SMP aka kelas 9, tanggung kalo ikut ke Jakarta. Kalo lo belum tau, gue kan aksel makanya gue ama Kak Nanda bedanya dua tahun tapi bisa seangkatan," jelas Ifena.

"Owalah baru tau kamu aksel, pinter dong," kataku. Aku baru mengetahui kalau Ifena itu siswi akselerasi dan terus terang aku kaget mengetahui fakta ini.

"Ga terlalu sih," kata Ifena sembari tertawa kecil.

Di sisi lain, Ananda sedang mencari film menarik di aplikasi Netflix yang ada di SmartTV miliknya, yang mana waktu tersebut dimanfaatkan olehku dan Ifena untuk mendekatkan diri antara satu dan lainnya.

"Eh bentar-bentar, Herve ngechat dari tadi belum gue bales," kataku. Karena Ananda dan Ifena, Herve pun jadi sering ngechat aku sekarang. Kata Ananda sih, karena Ifena udah bosen jadi Herve disuruh ngechat aku. Nanda yang sudah memutuskan untuk nonton Stranger Things pun juga ngikut Ifena melihat ke arah ponselku.




==Unbelievable==


[SUDAH TERBIT, OPEN ORDER] unbelievable // k-idols 01lTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang