Shena's POV
Pencarian besar-besaran Alvin membuahkan hasil baik bagiku, karena aku dianggap sebagai pahlawan oleh anak-anak di sekolah. Padahal, aku menemukan Alvin secara kebetulan setelah melihatnya di rumah tetanggaku. Namun, selain itu, hasil baiknya adalah Kamseupay kembali memiliki anggota sejumlah 6 orang, dan aku juga sudah baikan dengan anak-anak Kreatif khususnya Anes dan Aura, walau aku sudah tak ada di geng Kreatif lagi. Hal itu disebabkan oleh kami semua yang mengenal Herve memutuskan untuk kompak mencari adiknya yang hilang.
Tapi, ada suatu hal yang membuatku sedikit merasa aneh mengenai hilangnya Alvin. Mengapa berita Alvin sudah ditemukan dalam kondisi sehat walafiat tidak tersebar luas dan menjadi sorotan seperti berita hilangnya? Dan juga, dari apa yang kuketahui dari Nanda, orangtua Juan dan orangtua Herve saling mengenali. Jika ternyata Alvin ada di rumah Juan, mengapa orangtua Herve tidak menelepon orangtua Juan? Hal ini yang sangat aneh, yang terkesan seperti Alvin dengan sengaja "dihilangkan", alias dibuat hilang dengan maksud untuk menutupi hal lain yang tak kita ketahui. Tidak mengagetkan apabila hal tersebut betulan terjadi, secara keluarga Mahardikha adalah salah satu keluarga yang sangat berpengaruh di kawasan Jabodetabek dan sudah memiliki nama besar, sehingga sebuah kesalahan kecil yang dilakukan oleh salah satu anggotanya sangat berisiko untuk mencoreng nama baik satu keluarga.
Karena aku sudah berhasil menemukan adik Herve dan mengurangi rasa panik sekaligus stres dari keluarga Mahardikha, aku memutuskan untuk mampir di kelas Herve. Sepertinya, tak mungkin aku diminta meninggalkan kelas itu setelah berita aku menemukan Alvin tersebar di sekolah.
"Eh, ada senuk. Dimana ada Herve, selalu ada senuk," sahut Hans dengan nada mengejek sembari tertawa kecil."Sori ye, nama gue Shena. Betewe, entah gue yang amnesia apa gimana, kok gue jadi lupa nama lo siapa ya? Hantu kah? Apa hansip gitu?" aku membalas ejekan Hans.
"Hah? Haiyaaaa," kata Hans sambil memasang raut wajah lucu. Aku yang berada di dekatnya pun hanya bisa tertawa, walaupun sebenarnya kesal juga."Aduh, gue lupa bawa celana!" keluh Herve, "padahal, nanti abis pulang sekolah kan langsung gas sparing futsal". Karena aku berada di dalam kelas Herve, maka dari itu aku bisa mendengar nyaris semua suara yang bersumber dari atau di sekitar kelas itu.
"Ya udah ga usah pake celana," kataku ngawur dalam konteks bercanda."Lah gimana ceritanya? Jadi gue futsalan pake kolor doang?" Herve membalas perkataanku dengan candaan.
"Pake lah pake, biar antimainstream. Ga pake celana, tapi pake kolor," saranku sambil tertawa kecil.
"Yaelah ga gitu juga tolol," komentar Herve.
"Cekrek! Cekrek! Cie, siapa nih yang lagi ngobrol-ngobrol mesra di depan gue," ejek Hans sembari mengangkat ponsel dan bergaya ala paparazzi.
"Hans!" teriakku dan Herve bersamaan.
"Lo jangan asal ngefoto bisa ga sih? Bisa berabe gue kalo sampe masuk Smabukelfess," Herve panik karena tak ingin digosipin seolah dia pacaran denganku, khususnya di base menfess sekolah.
"Hehehe, bahas apa sih, kok keliatannya serius banget?" tanya Hans kepo.
"Bahas celana," kataku jujur, "Herve lupa bawa celana buat latihan futsal soalnya".
"Beli aja, lo baru dapet duit jajan kan?" tanya Hans.
"Bener," kata Herve, "ngapa gue ga kepikiran dari tadi ya. Kalo gitu, ntar gue ijin ama coachnya deh kalo gue bakalan agak telat dateng latian."
"Betewe, kalian pas kelas 2 SMP kelasnya dimana? Gue 8B," aku mencoba mengalihkan topik.
"Tiba-tiba banget bahasannya. Gue 8E, bareng sama Hans. Karena gue dulu pas SMP satu sekolah ama dia, sekelas juga," komentar Herve.
"Iya juga, tapi kan kita beda sekolah sama Shena pas SMP," Hans tertawa mendengar kata-kataku dan Herve.
"Believe it or not, jokes "ga pake celana" itu udah triple O banget. Overplayed, overused, & outdated. Itu semua udah ada dari gue masih SMP, lupa kelas 7 atau 8, intinya segitu. Nah, pas gue sekitar umur 12 atau 13, gue itu suka banget sama idol group AKB48, suka diem-diem cosplay jadi Paruru juga. Apalagi pas senbatsu terakhirnya, High Tension, keluar, langsung auto jalan-jalan keliling sekolah nyanyi High Tension deh. Sampe bikin julukan sendiri juga," aku bercerita dengan panjang kali lebar kali tinggi.
"Apa tuh julukannya?" tanya Herve.
"Shenazaki Haruka, plesetannya Shimazaki Haruka," responku yang langsung disambut oleh gelak tawa dari Herve dan Hans.
Sayangnya, keseruan kami terpaksa terhenti oleh bunyi bel yang menandakan jika waktu istirahat pertama yang telah usai. Maka dari itu, aku mengucapkan perpisahan dan segera pergi.
==Unbelievable==
KAMU SEDANG MEMBACA
[SUDAH TERBIT, OPEN ORDER] unbelievable // k-idols 01l
FanfictionSudah open order via DM, Shopee, Tokopedia, langsung chat aja! "Terkadang hal yang tak dapat dipercaya bisa terjadi, namun pada saat yang sama hal yang selama ini diharapkan tak bisa terjadi" Status : Completed & published Highest rank : #1 teenlit ...