Event 10

524 65 4
                                    

Jika di hari Jumat yang cerah ini Hana juga Satya menghabiskan waktu untuk bersenang-senang menikmati pesta pernikahan kedua orangtuanya, maka lain halnya dengan anak-anak The One yang kini tengah kebingungan memecahkan teka-teki yang disebabkan oleh absennya dua staf The One yang lagi-lagi entah kebetulan atau tidak mengambil cuti secara bersamaan.

Orang yang paling gusar diantara yang lainnya adalah Marko. Laki-laki berperawakan tinggi itu sudah terhitung menghubungi Hana sebanyak dua puluh kali. Dan hasilnya tetap sama, tidak ada satupun panggilannya yang diangkat.

Arin dan Windy yang melihatnya pun sudah menyerah untuk menasihati. Pasalnya sudah berkali-kali Windy mengatakan perihal absennya Hana hari ini, tidak lain dan tidak bukan karena untuk menghadiri pernikahan sang Papa. Bukan karena akan menikah dengan Satya!

"Gara-gara lo sih, Mbak. Pake bilang Mbak Hana cuti karena diem-diem mau nikah sama Mas Satya segala. Tuh anak jadi galau nggak jelas. Kerjaannya juga jadi semrawut." Keluh Arin sambil mengerjakan beberapa kerjaan yang seharusnya Marko selesaikan.

"Ck! Woi, Marko. Gue kan cuma bercanda. Lo baperan banget sih jadi cowok."

Marko yang ditegur Clara hanya mendengus dan memilih untuk pergi menghampiri Bene dan Cakra yang sedang memakan mie pedas di pantry.

Siapa juga yang tidak kemakan omongan Clara, kalau perempuan itu mengatakannya dengan begitu meyakinkan.

"Jangan-jangan Hana beneran cuti karena mau nikah sama Satya."

"Yakali, Clar. Mereka aja jarang ngomong berdua. Masa tiba-tiba nikah." Sangkal Windy.
"Ya kalau nggak, kenapa Hana kelihatan gugup waktu gue tanya tentang mobilnya Satya yang ada di butik khusus jual gaun sama jas buat nikah?"

Dan setelah mendengarkan penjelasan Clara tersebut, hampir seluruh anak-anak The One terdiam begitu saja.

Seolah-olah mereka tengah membuat skenario cocoklogi kisah asmara antara Hana dan Satya yang diam-diam terjalin tanpa sepengetahuan mereka. Membuat Clara yang sedari awal hanya berniat bercanda itu tertawa terbahak-bahak.

"Guys!! Kenapa kalian jadi mikir serius banget? Gue cuma bercanda woi! Kalian kan juga udah tau kalau Hana cuti buat ke nikahan bokapnya. Terus si Satyanya juga cuti karena ada urusan sama Adiknya di Bogor, aelah."

"Sialan, lo Clar!  Hampir aja gue suudzon ke mereka." Omel Bene.

"Lah, emangnya mereka ada kemungkinan buat pacaran? Selama ini juga interaksi mereka kayak kanebo kering. Nggak mungkin banget lah buat ada hubungan spesial."

"Iya juga sih." Ujar Cakra menyetujui, yang di balas anggukan oleh Seno, Windy, Arin, Bene dan Dino, kecuali Marko.

Karena sepertinya laki-laki itu sudah terlanjur terbawa perasaan.

"Daripada galau, mending lo makan mie gledek yang udah gue bikin deh, Mar. Toh, Hana emang lagi di nikahan bokapnya. Kalau nggak percaya, cek aja story instagram yang baru doi posting." Ujar Bene sambil mencomot tisu untuk mengusap keringat dan juga ingusnya.

"SERIUSAN BANG?!"

"Santai dong ngomongnya! Hampir keselek gue, sialan!" Omel Cakra tak lupa sambil mengebrak meja, kemudian berlari kearah kulkas untuk mengambil sekotak susu pisang yang entah milik siapa.

"Hah! Gila, ini mie pedes banget! Orang yang pertama kali nemu resepnya siapa sih?! Mau gue ajak bertumbuk rasanya."

"Tau nggak doyan pedes malah nekat makan." Komentar Windy.

"Cie...kok lo tau gue nggak doyan pedes sih, Win?" Tanya Cakra sambil menaik turunkan kedua alisnya.

"Kan lo pernah cerita."

Colleague, Brother or Lover?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang