Merasa haus saat tengah malam sangatlah tidak enak. Bukan, bukan karena takut pergi seorang diri ke dapur. Melainkan karena harus bangun dari tidur yang sedang nyenyak-nyenyaknya. Seperti halnya yang tengah Hana alami sekarang. Terbangun karena tenggorokannya yang terasa kering."Ughh..."
Sambil mengucek mata yang masih setengah terpejam, Hana menyibak sleeping bagnya. Bangun untuk duduk dengan mata mengerjap-ngerjap mengumpulkan nyawa yang masih tertinggal setengah di alam mimpi.
Dengan mata setengah mengantuknya itu, Hana mengamati teman-temannya yang masih tidur dengan pulasnya. Para laki-laki tidur di lantai beralaskan karpet dan sleeping bag. Mereka adalah Bene, Dino, dan Marko. Minus Cakra karena ia lebih memilih untuk pulang. Lalu sisanya ada Windy, seperti halnya dirinya, mereka berdua tidur di atas sofa. Privilege karena mereka perempuan.
"Sekarang jam berapa sih?" Monolognya sambil mencari-cari ponselnya yang entah ada di mana.
Di bawah bantal? Nihil.
Meja? Sama aja. Di sana hanya ada kotak-kotak pizza yang sudah kosong dan belum sempat mereka bereskan.
Yang belum Hana cek tinggal..
tasnya!Diambilnya tasnya yang berada di kaki sofa. Dan benar saja ponselnya ada disana.
"Nah, ketemu. Dan ternyata baru jam setengah satu. Berarti gue baru tidur satu setengah jam." Ucapnya.
Pantas saja ia masih merasa sangat mengantuk.
Hana bangkit dari sofa. Lalu berjalan berjinjit agar tidak membangunkan teman-temannya menuju ke pantry.
"Permisi ya, Ko, gue harus ngelangkahin lo. Salah lo sendiri punya kaki panjang banget." Ujarnya kelewat pelan saat akan melangkahi Marko yang tidur di samping Bene.
Setibanya ia di pantry, segera dituangnya air mineral ke dalam mug keramik yang ia ambil asal dari atas meja. Tidak peduli itu miliknya atau bukan, asalkan bersih Hana tidak mempermasalahkannya. Sehabis ia gunakan pun pasti akan Hana cuci lagi kok. Jadi tenang saja.
"Itu mug punya gue kan?"
"Uhuk...uhukk..uhuk!"
Hana menepuk-nepuk dadanya dengan mata memelototi sosok berhoodie yang berdiri di hadapannya. Karena tidak ingin suara batuknya membangunkan teman-temannya, Hana mencoba meredamnya dengan membekapnya menggunakan telapak tangan.
Siapa sih orang jahil yang sudah dengan sengaja mengejutkannya barusan?
Orang itu tau kalau dirinya sedang minum tidak sih?!
Masih sambil berusaha menghentikan batuknya, Hana memperhatikan lebih seksama siluet tubuh orang tersebut.
Sial, karena pencahayaan yang kurang Hana jadi tidak bisa melihat wajahnya dengan jelas.
"Sorry... sorry, gue nggak maksud ngagetin lo."
Kalau dari suaranya barusan, sepertinya Hana mengenalinya. Suaranya terdengar seperti...Satya!
Klik!
"Lo nggak apa-apa?"
Setelah orang itu menyalakan senter hp, barulah Hana dapat bernafas dengan lega.
Benar. Oang yang berdiri di hadapannya saat ini adalah Satya yang mengenakan hoodie ungu terong dengan kupluk hoodie yang menutupi kepala.
"Lo ngapain jam segini masih belum tidur?" Tanya Satya usai meraih mug keramik dalam genggaman Hana untuk ia isi air kembali.
"Kebangun gara-gara haus."
"Oh," balas Satya singkat sebelum meneguk hingga tandas air yang berada di dalam mug.
![](https://img.wattpad.com/cover/334504367-288-k365935.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Colleague, Brother or Lover?
Literatura KobiecaFrom colleague, became brother, and ended up being a boyfriend? Is it possible? Written in Bahasa